3 Iman Seperti Daud

Pengharapan bangsa Israel sepenuhnya dicurahkan pada Daud namun Petrus menyadarkan mereka bahwa David is not the end because David hope Someone; Daud berharap pada Kristus, the Holy one yang tidak dapat dikuasai oleh kematian. 

Iman Daud jauh melampaui ruang dan waktu, ia memandang pada Kristus pengharapan sejati seperti yang diungkapkannya dalam Mazmur 16:7-11, mazmur Mesianic dan dikutip kembali oleh Petrus dalam khotbah pertamanya. 
3 Iman Seperti Daud
Apa yang dapat kita mengerti melalui iman yang seperti Daud ini?

I. Esensi Iman: Bersandar pada Allah

Dengan tajam, Petrus mengajak kita untuk memahami esensi iman yang sejati. Hanya dengan memandang pada Allah dan bersandar pada-Nya maka kita tidak mudah tergoyahkan (Kisah Para Rasul 2:25). Bukan hal yang mudah menjaga keseimbangan di atas landasan yang senantiasa bergerak maka agar kita tidak mudah terjatuh, dibutuhkan kekuatan dan konsentrasi penuh. 

Bayangkan, untuk menjaga keseimbangan di atas air yang tenang saja kita sudah kesulitan apalagi harus berdiri di atas ombak air yang besar. Landasan yang goyah ini adalah gambaran dunia modern di mana kita hidup di dalamnya. Segala sesuatu di dunia tidak ada yang pasti maka celakalah orang yang hidupnya tidak mempunyai sandaran yang kokoh, ia akan mudah diombang-ambingkan arus dunia. 

Orang dunia hidupnya selalu merasa hampa dan mengalami kejenuhan karena mereka telah membuang batu penjuru yang kokoh. Puji Tuhan, tangan-Nya yang kokoh senantiasa memegang tangan kita; Dia tidak pernah sekalipun membiarkan kita tergeletak. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: sudahkah kita menjadikan Tuhan Yesus menjadi batu penjuru yang kokoh dalam hidup kita?

Dunia menganggap hari Senin sebagai hari pertama, first day maka tidaklah heran kalau orang Kristen hanya beriman di hari Minggu saja, mereka memisahkan antara yang rohani dan yang duniawi. Segala sesuatu yang akan kita kerjakan besok seharusnya adalah sebagai akibat dari apa yang kita terima hari ini; berkat Firman yang kita per oleh seharusnya direlasikan dan menjadi kekuatan kita untuk menapaki hari Senin dan hari-hari berikutnya. 

Sayang, hari ini banyak orang Kristen yang tidak beriman pada Tuhan Yesus dengan sungguh, manusia merasa tidak cukup hanya dengan satu Tuhan sehingga mencari allah-allah lain sebagai cadangan. Manusia merasa diri mampu menjalankan hidup tanpa harus bersandar pada Tuhan.

Manusia tidak menyadari kesombongan ini justru merupakan titik awal kejatuhan mereka. Hanya sandar Allah saja kita akan menjalani hidup di dunia dengan penuh kepastian.

II. Kehidupan Iman: Sukacita di dalam Allah

Alkitab mengajarkan supaya kita bersandar pada Tuhan adalah demi untuk kebaikan kita; dengan bersandar pada-Nya maka kita akan merasakan tenteram (Kisah Para Rasul 2:26). 

Pengertian tenteram bukan berarti pasif atau empty. Tidak! Tenteram adalah kalau kita dapat melepaskan diri dari gejolak bahkan meski kita berada di tengah gejolak pun kita tidak ikut larut dalam gejolak. Banyak orang yang menggambarkan tenteram atau damai dengan lukisan di tengah-tengah bukit-bukit batu yang putih tertutup salju ada danau yang sangat tenang seolah-olah turut larut dalam dinginnya udara dan ditumbuhi dengan pohon bambu dengan daunnya yang melambai ditiup angin. 

Lukisan ini bukanlah gambaran tenteram melainkan gambaran suasana yang dingin dan mencekam, mystical aspect akibatnya kita masuk dalam suatu kekosongan, emptiness. Damai dalam Tuhan adalah ketika dunia bergejolak, kita justru merasa tenteram karena kita tahu pasti tangan kita berpegang pada tangan Tuhan yang tidak akan goyah. Air yang bergolak bukanlah ancaman tapi kita justru menikmati golakan air tersebut. 

Dunia semakin hari semakin menekan kita, hidup kita selalu berada dalam ketegangan maka tidaklah heran kalau sekarang orang lebih tidak tahan terhadap penyakit. Hati-hati, ketika hidup kita tertekan, dunia akan memberikan jalan keluar, seperti: narkoba, minuman keras atau berlibur sepanjang hari dan melupakan pekerjaan seperti yang diungkapkan Kiyosaki.

Salah! Bayangkan, orang berada di tempat tidur, makan, minum dan segala aktivitas mulai dari bangun sampai tidur lagi dilayani orang lain maka itu tidak akan membuat sehat tetapi justru mempercepat kematian kita. Itu bukan leisure atau sukacita sejati.

Tekanan hidup bisa dari politik, sosial, bahkan orang tua. Hari ini banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa dengan mendidik anaknya untuk selalu menjadi the best one sudah menekan hidup anak. Karena hal itu bukan demi untuk kebaikan si anak tetapi sesungguhnya hanyalah demi untuk kebanggaan dirinya.

Orang tua tidak tahu bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dan setiap anak mempunyai titik kelelahan, fatic point. Kalau anak sudah mencapai titik lelah tapi dipaksa terus untuk selalu berprestasi akibatnya si anak menjadi tertekan dan depresi maka tidaklah heran akhir-akhir ini kita menjumpai banyak anak yang bunuh diri atau menjadi gila. 

Standar dunia menilai kesuksesan adalah kalau seseorang kaya, mempunyai kedudukan, dan lain-lain tapi dunia tidak pernah tahu dan tidak mau tahu kalau sebenarnya hidup seseorang menjadi tegang dan tertekan. Celakanya, ketika orang mau melarikan diri dari tekanan, mereka malah terjebak dalam tekanan yang lain, seperti narkoba.

Tuhan tidak menciptakan manusia untuk hidup dalam tekanan dan kesulitan. Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk memuliakan Dia dan menikmati bait-Nya, to glorify Him and to enjoyed Him forever.

Adalah benar, sejak kejatuhan manusia dalam dosa, dunia selalu penuh dengan onak dan semak duri namun biarlah di tengah badai, kita tetap bersorak sorai dan bersukacita karena Kristus sudah menang dan tugas setiap anak Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita ini. Itulah sebabnya dunia tidak dapat mengerti kenapa Paulus masih bisa bersukacita dan memuji Tuhan ketika ia berada dalam penjara. Sikap Paulus seharusnya menjadi teladan bagi kita.

III. Jalan Iman: Melangkah Bersama Allah

Dunia sudah berada dalam tekanan yang tinggi sehingga dunia akan menjadi panik dan marah kalau diajak berpikir tentang segala sesuatu yang sifatnya masa depan. Berbeda dengan 20 tahun lalu di mana hidup manusia tidak setegang hari ini sehingga orang selalu berpikir untuk jangka panjang. Namun dunia semakin hari berjalan makin cepat, hal ini tampak dari perkembangan musik yang dapat rasakan sekarang. 

Dulu orang mencipta musik dengan teratur, yaitu not ¼ ( ) dan hitungan 1 ketuk, seiring perkembangan jaman yang berjalan cepat, orang lalu mencipta musik dengan not 1/8 ( ); not 1/16 ( ) bahkan not 1/32 ( ); makin lama makin cepat sampai mulut manusia tidak bisa menyanyikan lagunya. Ingat, hidup Ke-kristenan bukan cuma untuk hari ini tapi Kekristenan memandang pada Kristus di depan, ada rentan waktu di mana kita turut berjalan di dalamnya dan menikmati sukacita sejati.

The total history of human being, seluruh totalitas sejarah manusia dari titik alfa hingga titik omega boleh berjalan, dunia boleh berjalan makin cepat namun Tuhan tetap berkuasa atas sejarah; Dia tidak pernah melepaskan benang merah sejarah manusia. Tuhan telah menetapkan tujuan bagi setiap manusia untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya (Efesus 2:10). 

Baca Juga: Iman, Pengetahuan Dan Keselamatan

Pekerjaan baik bukan hanya di dalam gereja saja tapi pekerjaan ini menyangkut seluruh totalitas hidup kita dan Tuhan ingin kita menggenapkan-Nya di mana pun dan apa pun profesi kita. Ketika menggenapkan semua rencana-Nya, Dia pasti akan menolong kita menghadapi semua tantangan dan kesulitan dunia. 

Dunia selalu berputar tetapi biarlah kita tidak ikut larut di dalamnya karena kita berada di titik pusat putaran. Karena itu jangan serahkan hidupmu pada dunia tetapi sandarkan hidupmu pada Tuhan maka kita akan merasakan ketenteraman dan sukacita sejati. Pdt. Sutjipto Subeno

Amin!

Next Post Previous Post