KEILAHIAN YESUS DALAM INJIL YOHANES

Tulisan Yohanes tentang Keillahian Tuhan Yesus, tidak sulit untuk diidentifikasikan karena pada awal penulisa Injilnya ia langsung memberikan paparan tentang Logos. Namun dari tulisannya ini juga terdapat berbagi sanggahan tentang konsep Logos. Guthrie mengatakan kaum Alogi menolak tulisan-tulisan Yohanes sebab mereka menganggap doktrin Yohanes tentang Logos bertentangan dengan seluruh Perjanjian Baru. Dalam Cullmann, Marantika mengatakan:

Hubungan antara oknum-oknum dan sifat-sifat Allah tidak patut dipertanyakan. Menurut beliau Logos dikaitkan dengan Kristus hanya dalam tulisan-tulisan rasul Yohanes saja, dan Yohanes pun mengemukakan sebagai paradoks “Logos itu sungguh-sungguh Allah, namun Logos itu bersama-sama Allah.” Kalau paradoks ini belum terpecahkan dalam Perjanjian baru, maka tidak dibenarkan kalau kita berusaha menyelesaikannya. 
KEILAHIAN YESUS DALAM INJIL YOHANES
Menurut Cullmann, Logos adalah “Allah bersaksi.” Allah bertindak dalam pemberitaan diri dan pernyataan diri. Segala percakapan mengenai relasi antara kedua kodrat Kristus adalah sia-sia. Allah yang bertindak melalui Logos sama dengan Logos yang bertindak dalam penciptaan

Setelah memberikan paparan lengkap pada pasal pertama, dalam setiap pemberitaan berikutnya Yohanes selalu menunjuk kepada keilahian Yesus, ada ungkapan “...Ia ini anak Allah...” (Yohanes 1:34). Barcley mengatakan bahwa pada waktu Yesus dibaptis terjadi sesuatu yang telah membuat Yohanes benar-benar yakin bahwa Yesus adalah Anak Allah. Keilahian Yesus semakin tampak saat murid-murid yang pertama mengatakan “... kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus) (Yohanes 1:41). Pernyataan yang dikeluarkan oleh Andreas saat bertemu dengan Yesus adalah bentuk pernyataan yang mengakui secara langsung keilahian Kristus. 

Pfeiffer dan Harrison mengatakan Mesias, adalah kata Ibrani untuk “yang diurapi”, memiliki padanan kata Yunaninya, Kristus. Barclay menulis bahwa keduanya berarti “diurapi”. Lebih jauh akan menjelaskan akan hal ini Barclay kembali mengatakan bahwa pada zaman dulu, dan juga pada zaman kita sekarang, dalam upacara penobatan seseorang menjadi raja maka orang yang bersangkutan diurapi dengan minyak. Mesias dan Kristus sama-sama berarti Raja yang diurapi Allah. Menjelaskan hal ini Tomatala mengatakan:

Pada sisi lain, ada indikasi kuat dalam Perjanjian Lama secara lebih spesifik menunjuk langsung penggunaan istilah “Yang Diurapi” yang ditunjukkan kepada “Raja Mesias” yang eskatologis. Penggunaan seperti ini terdapat dalam Mazmur 2:2; Daniel 9:26; I Samuel 2:10, yang menubuatkan tentang kedatangan Mesias dari keturunan Daud (II Samuel 7:12). 

Dari dasar inilah orang-orang Yahudi mengembangkan konsep Mesias Perjanjian lama yang kemudian berakar dalam keyakinan mereka (Yesaya 9:11; 11:4; Zakharia 9:9-10), kesadaran Mesianik ini terbukti begitu kuat di kalangan orang Israel, walaupun dalam penggunaan praktis istilah ini tidak sering dipakai oleh mereka, khususnya pada “masa antara” yang mengantarai era Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Sang Mesias, Kristus atau Yang diurapi yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama telah datang ke dalam dunia, yaitu Yesus Kristus. Pada Yohanes 8:58 menarik untuk diperhatikan ungkapan Yesus sendiri, Yohanes mencatat bagian ini dalam Injilnya sebagai penegasan keberadaan Kristus yang bersifat Pra-eksistensi, Yohanes menyatakan sifat kekekalan yang dimiliki oleh Yesus. Marantika mengatakan

Yesus Kristus mengklaim sendiri secara konsisten, bahwa Dialah Tuhan dengan menyatakan diriNya sebagai Yahweh Perjanjian Lama. Berkalikali Ia menggunakan ungkapan “EGO EIMI” yang berarti “Aku adalah yang ada” (Yohanes 8:58). Ungkapan Yunani ini merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Ibrani Yahweh, yaitu nama Allah dalam Perjanjian Lama. Perulangan pemakaian panggilan ini oleh Yesus meyakinkan kita, Yesus memproklamirkan secara tegas bahwa diriNya adalah Tuhan Allah.

Pada bagian ini Yohanes meyakinkan para pembacanya memalui ungkapan Kristus tentang pra-eksistensinya. Dalam peristiwa penampakan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, sebelum Ia naik ke Surga, Thomas adalah salah satu dari murid-murid memberikan pengakuan terhadap keilahian Kristus “...ya Tuhan ku dan Allah ku...” (Yohanes 20:28). 

Guthrie mengatakan bahwa ini menandakan taraf tertinggi dari kepercayaan yang dilaporkan dalam Kitab Injil ini. Pikiran luhur mengenai fitnah ilahi dari Yesus sudah jelas, dan merupakan kesimpulan yang tepat bagi laporan Yohanes mengenai jalan kepercayaan. sumber YLSA memberi keterangan bahwa makna pengakuan Thomas dalam Yohanes 20:28 di mana penampakan Yesus yang telah bangkit itulah yang mendambakan pengakuan akan ke-Allah-an-Nya.

Sifat keilahian yang ditulis oleh Yohanes sebenarnya langsung ia nampakkan pada pembukaan Injilnya, cara penulisan yang sangat berbeda dengan Injil Matius yang memulainya dengan silsilah Tuhan Yesus. Begitu juga dengan Lukas yang sangat menonjolkan pribadi Yesus dari sisi kemanusiaan-Nya. Namun hasil laporan yang ditulis oleh Markus sangat memberikan penekanan pada sisi keilahian yang dimiliki oleh Tuhan Yesus, itu tampak pada pasal 1:1, Markus mengatakan bahwa Yesus Kristus Anak Allah. Dari uraian di atas tampak bahwa sangat jauh perbedaan yang terdapat dalam gaya penulisan ketiga Injil dengan Injil Yohanes.

Setelah Yohanes menampilkan keillahian Yesus pada bagian pertama penulisannya, ia kembali memperlihatkan satu tanda yang secara jelas membuktikan keillahian Tuhan Yesus. Saat peristiwa air menjadi anggur di Kana, inilah mujizat yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus untuk mengawali pelayananNya pertama kali di Galilea.

Setelah peristiwa itu, Yohanes kembali melaporkan beberapa mujizat yang di buat oleh Tuhan Yesus. Yesus menyembuhkan seorang anak pegawai istana yang sakit (Yohanes 4:46-54). Yesus juga menyembuhkan seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun mengalami sakit (Yohanes 5:1-9). Yesus memberi makan sebanyak 5000 orang dengan lima roti dan dua ikan (Yohanes 6:1-15).

Dari serentetan peristiwa yang dilaporkan oleh Yohanes dalam Injilnya, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Yohanes sangat memperhatikan sisi keillahian Yesus sesama kehadiranNya di dalam dunia.

Yesus

Yohanes mulai menyebut nama Yesus pada pasal 1:29, setelah ia memberi kesaksian tentang dirinya. Nama “Yesus” dalam bahasa Yunani ”iesous” artinya Jesus (Jehoshua atau The name of our Lord. Artinya bahwa nama Yesus adalah sebuah nama keilahian-Nya. Dalam Ensiklopedi menjelaskan bahwa Yesus adalah nama pribadi Juru selamat. 

Sumber YLSA menuliskan bahwa Yesus sendiri menunjukkan kedudukan-Nya sebagai Tuhan yang memberi perintah kepada hamba-hamba-Nya. Sehingga untuk lebih menekankan sifat keilahian yang dimiliki oleh Tuhan Yesus, dari nama-Nya terdapat banyak gelar yang diberikan kepada-Nya.

Tuhan

Menurut pandangan Marantika istilah Tuhan berasal dari bahasa Yunani “Kyrios”. Guthrie menulis bahwa sebuah “Kurios” bagi Yesus dalam kitab-kitab Injil sinoptik sering dimaksudkan sebagai gelar kehormatan, agak mirip dengan sebutan umum “Tuan” dalam percakapan popular. Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa Perjanjian Baru menyebut Yesus “Tuhan”. Suatu gelar yang tidak hanya berarti “Tuan” melainkan kata “Kurios” ini lazim pula sebagai gelar ilahi yang bermakna “Tuhan”. Marantika mengatakan bahwa pemakaian istilah “Tuhan” bagi Yesus Kristus mengandung enam pengertian. Yaitu:

1. Berhubungan dengan Kemesiasan-Nya. Ia disebut Tuhan yang berarti berhubungan dengan Kemesiasan-Nya.

2. Berhubungan dengan jabatan-Nya sebagai Juru selamat penghapus dosa.

3. Berhubungan dengan kesatuan-Nya dengan Allah Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Allah Israel adalah Juru selamat (Yesaya 45:15,21; Ulangan 32:15).

4. Terkandung dalam nama Tuhan bagi Yesus Kristus ialah berkenan dengan kuasa-Nya.

5. Nama Tuhan bagi Yesus Kristus adalah pribadi yang disembah.

6. Pemakaian titel Tuhan oleh Yesus Kristus menunjuk kepada fungsinya sebagai hakim dan raja dikala Ia kembali yang kedua kalinya ke bumi dipenghujung sejarah dunia.

Dengan demikian gelar “Tuhan” yang dimiliki oleh Yesus adalah sebagai bukti bahwa ia adalah Allah. Gelar itu juga memberikan sebuah pemahaman kepada setiap umat manusia bahwa Yesus satu-satunya sang juru selamat bagi manusia. Yesus adalah Allah yang layak disembah oleh segenap umat manusia. Artinya bahwa gelar “Tuhan” yang dimiliki oleh Tuhan Yesus sungguh membuktikan keilahian yang dimiliki-Nya. 

Hal terpenting dalam hal ini adalah pengakuan dari Tuhan Yesus sendiri bahwa Ia adalah Tuhan (Yohanes 13:13). Brill mengatakan bahwa “pengakuan yang paling berharga atas Ketuhanan Yesus Kristus tentu adalah pengakuan yang diucapkan-Nya sendiri. Dalam satu contoh yang membuktikan bahwa Yesus memiliki sifat-sifat Tuhan yaitu sifat kekekalan. Bandingkan juga Markus 2:28; 2:5-12; Matius 14:33.

Anak Allah 

Dalam penulisannya, ada beberapa kali Yohanes menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Yohanes 1:14, 18; 3:16, 18). Walker mengatakan bahwa paling sedikit sebanyak delapan kali Yohanes menggunakan istilah “Anak Allah” dalam Injil-Nya. Kurang lebih sebanyak 33 kali digunakan dalam Perjanjian Baru. Guthrie memberikan lima alasan yang melatarbelakangi penggunaan istilah “Anak Allah” dalam Perjanjian Lama di antaranya: 

1. Mahluk-Mahluk Malaikat disebut anak-anak Allah. 

2. Dasar bagi penggambaran Adam sebagai seorang anak Allah. 

3. Dalam arti yang lebih khusus, orang-orang Israel disebut anak-anak Allah 

4. Pengertian istilah yang berlaku secara individu kemudian dipakai secara keseluruhan (Hosea 11:1), hubungan ayah – anak antara bangsa Israel dengan Allah.

5. Gagasan mengenai Anak Allah dipakai secara khusus bagi raja yang teokratis (2 Samuel 7:14).29

Guthrie kembali memberikan komentar bahwa konsep ini sama sekali berbeda dari penggunaan gelar Anak Allah dalam Kitab-kitab Injil. Menjelaskan gelar “Anak Allah” dalam Perjanjian Baru, Marantika mengatakan: Sebenarnya gelar “Anak Allah” sudah tidak lagi diragukan penggunaannya oleh gereja abad pertama. Injil Markus dimulai dengan pernyataan, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus, Anak Allah (Markus 1:1) orang sida-sida mengaku Yesus sebagai Anak Allah (Kisah Para Rasul 8:37), sehingga merasa berhak dibaptiskan. 


Pengalaman itu mengatakan bahwa sebuta Yesus Anak Allah sudah biasa bagi gereja abad pertama. Lebih lanjut rasul Yohanes memberikan pernyataan yang kuat , “Barang siapa mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah “ (1 Yohanes 4:15). “Siapakah yang mengalahkan dunia selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah (1 Yohanes 5:5). Semuanya itu kutuliskan kepadamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:13)

Dari apa yang diungkapkan di atas berarti sebutan “Anak Allah” sudah dipakai oleh gereja mula-mula. Namun ada golongan yang menolak jika dikatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, mereka adalah kaum Adopsianisme. Lebih jauh menjelaskan tentang faham ini Wellem menuliskan bahwa, ajaran yang mengajarkan bahwa Yesus adalah biasa yang diangkat menjadi Anak Allah. 

Yesus adalah seorang manusia bisa yang bijaksana dan taat kepada Tuhan Allah dengan sempurna, oleh karena itu kepada-Nya dipersatukan dengan Roh Allah. Yesus melaksanakan perintah Allah dengan sempurna, sehingga Ia diangkat ke tingkat ke tingkat ilahi sebagai Anak Allah dan disembah sebagai Tuhan

Kaum ini tidak mempercayai gelar Yesus sebagai Anak Allah dalam pengertian rohani, melainkan mereka menganggap bahwa Yesus hanya di adopsi atau diangkat. Soedarmo menulis bahwa manusia Yesus ini dari sebab pemenuhan tugas itu diterima oleh Allah dan disebut Anak Allah. 

Menjelaskan bagian ini Guthrie mengatakan; Dalam mempertimbangkan arti kebapakan Allah, kita memasukkan beberapa, pembahasan mengenai arti yang khusus pada waktu Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Pengertian umum mengenai Allah sebagai Bapa ini menyatakan secara tidak langsung bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan hal ini harus dianggap sebagai pendahuluan yang perlu untuk penggunaan gelar tersebut secara lebih khusus sering kali Yesus berbicara tentang Allah sebagai “ Bapa”, “Bapa-Ku”, “Bapa-Ku yang di surga”, “Bapa-Mu yang di surga”. Semuanya ada 51 kali

Dari apa yang dinyatakan di atas dapat disimpulkan bahwa Yesus disebut sebagai Anak Allah dan menyebut Allah sebagai BapaNya adanya hubungan yang unik dengan BapaNya. Marantika menulis bahwa gelar Anak Allah dipakai untuk menyatakan Karya Yesus, yang dilakukan sebelum kedatangan-Nya ke dunia ini dan pada akhir zaman.36 Artinya bahwa Yesus adalah pencipta alam semesta dan akan datang kembali ke dunia untuk kedua kalinya.

Baca Juga: 13 Pokok Kristologi Dalam Injil Yohanes

Dengan demikian gelar Anak Allah yang dimiliki oleh Yesus tidak dipahami dengan konotasi biologis, melainkan harus dipahami secara Alkitabiah. Dalam Ensiklopedi dituliskan bahwa gelar ini menetapkan adanya keakraban antara Dia dengan Allah adalah persis sama keakraban seorang anak ialah Bapa-Nya. Tomatala menuliskan bahwa Yesus, Anak Allah adalah sebutan Mesianis terpenting, yang sejalan dengan sebutan anak manusia yang telah diungkapkan sebelumnya. Kepentingan sebutan Anak Allah ini bagi Yesus berkaitan dengan Esensi-Nya (Hakikat-Nya). 

Sebagai Allah yang Agung atau Mulia pribadi ke dua dalam Oknum Allah Yang Esa. Menurut Tomatala tugas Mesianis yang menjadi tanggung jawab Yesus sebagai Anak Allah tidak hanya menunjukkan kesatuan-Nya dengan Bapa atau menunjukkan pra-eksistensi-Nya saja, melainkan sebutan Allah bagi Tuhan Yesus berarti bahwa Dia adalah pelaksana rencana Bapa. Dengan perkataan lain, pernyataan Allah sebagai sekutu umatnya, sebagai penyelamat umatnya (Roma 8:32; Galatia 4:4; Roma 5:10). 

Kesimpulan

Dalam Injil Yohanes, Yesus disajikan dengan penekanan pada aspek keilahian-Nya. Injil Yohanes merupakan salah satu dari empat Injil dalam Perjanjian Baru dalam Alkitab, dan memiliki gaya narasi yang unik dan mendalam.

Berikut beberapa ayat yang menekankan keilahian Yesus dalam Injil Yohanes:

1. Keilahian-Nya sebagai Firman (Logos): "Inilah Firman itu menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." (Yohanes 1:14)

2. Pengakuan dari Yohanes Pembaptis: "Ini adalah Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia!" (Yohanes 1:29)

3. Kesetaraan dengan Bapa: "Tetapi Yesus menjawab: 'Bapa-Ku sampai sekarang bekerja dan Aku juga bekerja.'" (Yohanes 5:17)

4. Kesaksian-Nya tentang diri-Nya sendiri: "Sebelum Abraham jadi, Aku adalah." (Yohanes 8:58)

5. Perumpamaan "Aku adalah": "Ia berkata lagi kepada mereka: 'Aku adalah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.'" (Yohanes 8:12)

6. Klaim keilahian yang lebih jelas: "Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30)

7. Pengakuan Tomas setelah kebangkitan Yesus: "Lalu Tomas menjawab Dia, kata-Nya: 'Ya Tuhan-Ku dan Allah-Ku!'" (Yohanes 20:28)

Injil Yohanes secara khusus menekankan bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia. Ayat-ayat di atas menjadi bukti bahwa penulis Injil Yohanes menyampaikan pesan tentang keilahian Yesus yang kuat dan menjadi inti dari ajaran-ajarannya.

Supriadi Oet
Next Post Previous Post