MERASA TIDAK DIKASIHI OLEH TUHAN (MALEAKHI 1:1-5)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Maleakhi 1:1-5 - “(1) Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. (2) ‘Aku mengasihi kamu,’ firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’ ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’ demikianlah firman TUHAN. ‘Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’ (5) Matamu akan melihat dan kamu sendiri akan berkata: ‘TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel.’”.
MERASA TIDAK DIKASIHI OLEH TUHAN (MALEAKHI 1:1-5)
I) Latar belakang / pendahuluan ( Maleakhi 1:1).

 Maleakhi 1:1: “Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi.”.

1) Saat penulisan Maleakhi.

Pada tahun 722 SM Israel / Kerajaan Utara dikalahkan oleh Asyur dan orang-orang Israel diangkut ke dalam pembuangan. Pada tahun 587 SM Yehuda / Kerajaan Selatan dikalahkan oleh Babilonia dan orang-orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan. Di antara tahun 538-444 SM, orang-orang Yehuda kembali dari pembuangan. Sedangkan Maleakhi menulis kitabnya kira-kira pada tahun 440 SM. Jadi, Maleakhi menulis kitabnya untuk orang-orang Yehuda sesudah kembali dari pembuangan. Jadi, kata ‘Israel’ dalam ay 1 menunjuk kepada orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan.

2) Kerohanian pada saat itu betul-betul brengsek, baik imam-imamnya maupun rakyatnya.

Dosa-dosa mereka antara lain:

a) Mempersembahkan binatang cacat (Maleakhi1:6-14).

b) Pengajaran yang brengsek dari para imam (Maleakhi2:1-9).

c) Kawin campur dan perceraian (Maleakhi2:10-16).

d) Tidak memberikan persembahan persepuluhan (Maleakhi3:6-12).

e) Dosa-dosa lain (Maleakhi3:5,13-14).

Kepada ‘gereja’ brengsek seperti itulah Maleakhi menu­liskan kitab ini.

Penerapan:

1. Berikan Firman Tuhan untuk menangani gereja / orang Kristen yang brengsek! Selama orang kristen / gereja brengsek itu masih mau mendengar Firman Tuhan, maka masih ada kemungkinan bagi mereka untuk direformasi. Saudara bisa memberikan Firman Tuhan dengan cara memberitakannya melalui mulut saudara (melalui khotbah, pengajaran sekolah minggu, atau penginjilan pribadi), atau saudara bisa memberikan Firman Tuhan yang tertulis, seperti buku-buku rohani, dengan catatan bahwa saudara harus memilihkan buku rohani yang baik / bermutu.

2. Memang gereja brengsek juga sangat membutuhkan doa saudara, tetapi kalau gereja itu hanya didoakan dan tidak diberi Firman Tuhan, maka gereja itu tidak mungkin bisa diper­baiki!

3) Siapakah Maleakhi itu?

Kata bahasa Ibraninya adalah MALAKHI, yang sebetulnya berarti my angel / my messenger [= malaikatku / utusanku].

Itu menyebabkan ada penafsir yang menganggap bahwa ‘Maleakhi’ sebetulnya bukanlah suatu nama. Penulis kitab ini hanya memperkenalkan diri sebagai ‘utusan Allah’, tetapi menyembu­nyikan identitasnya.

Calvin menganggap bahwa Maleakhi adalah julukan dari Ezra.

Siapa sebenarnya Maleakhi itu tidak diketahui dengan jelas.

4) ‘Ucapan ilahi’ (Maleakhi 1:1).

NIV/NASB/RSV: ‘oracle’ [= ucapan ilahi / sabda dewa].

KJV/Lit: ‘burden’ [= beban].

Kata bahasa Ibraninya adalah MASSA. Kata MASSA ini berasal dari kata kerja NASA, yang berarti ‘to lift up’ [= mengangkat]. Jadi MASSA berarti ‘sesuatu yang diangkat’, dan karena itu bisa diartikan ‘beban’.

Lalu apa yang dimaksud dengan ‘beban’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi merasa berat untuk menyampaikan Firman yang penuh kecaman itu.

Penerapan: Kalau saudara adalah orang yang senang melakukan kecaman, dalam arti saudara menikmati (enjoy) saat pengecaman itu, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan keroha­nian saudara! Jelas bahwa saudara sedang kekurangan kasih! Bereskan dulu kerohanian saudara, baru menge­cam orang lain (bdk. Mat 7:1-5)!

Matius 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.

b) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi menyampaikan Firman Tuhan dengan beban, dalam arti yang sama seperti kalau kita berkata: “Orang itu mempunyai beban untuk melayani.”.

Penerapan: Apakah saudara adalah orang yang melayani Tuhan / memberitakan Firman Tuhan dengan beban? Atau saudara melayani Tuhan hanya sebagai suatu rutinitas, dengan acuh tak acuh, terpaksa, berat hati, asal-asalan, dsb?

c) Kata ini menunjuk pada hukuman / penghakiman / teguran Allah. Tetapi lalu ada orang yang menambahkan: kata-kata Allah keras dan penuh ancaman, tetapi tetap ada penghiburan karena dalam ay 1 dikatakan bahwa kata-kata itu ditujukan ‘kepada Israel’.

Catatan: Bahasa Inggrisnya: ‘to Israel’ [= kepada Israel], bukan ‘against Israel’ [= terhadap / menentang Israel].

5) ‘Firman Tuhan ... dengan perantaraan Maleakhi’ (ay 1).

Maleakhi dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan. Tuhan sebetulnya tidak membutuhkan manusia, karena Dia bisa berbicara secara langsung atau memakai seorang malaikat. Tetapi biasanya Ia tetap menggunakan manusia untuk menyampai­kan Firman Tuhan.

Tujuan ay 1 ini adalah untuk menunjukkan bahwa yang disampai­kan oleh Maleakhi ini adalah Firman Tuhan yang tidak bisa disamakan seperti khotbah-khotbah jaman sekarang ini.

Ada 2 pandangan extrim / salah tentang khotbah jaman sekarang:

a) Khotbah itu cuma kata-kata manusia / pendeta.

Ini menyebabkan orang Kristen lalu tidak menghiraukan khotbah.

b) Khotbah itu tidak ada salahnya (infallible).

Ini menyebabkan orang Kristen menerima apa saja yang dika­takan oleh pendeta, sekalipun itu adalah hal yang tidak sesuai dengan Kitab Suci atau tidak berdasarkan Kitab Suci. Ini bisa terjadi pada ‘orang Kristen’ yang mengidolakan pendeta tertentu sedemikian rupa sehingga ia beranggapan pendeta itu tidak bisa salah!

Kedua sikap di atas ini salah. Khotbah jaman sekarang tidak ada yang bebas dari kesalahan. Karenanya pada waktu mendengarkan khotbah, kita harus selalu membandingkannya dengan Firman Tuhan / Kitab Suci.

Bdk. Kisah Para Rasul 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.

Hanya kalau khotbah itu betul-betul didasarkan pada Kitab Suci, barulah khotbah itu bisa dianggap sebagai suatu kebenaran.

Tetapi apa yang disampaikan oleh Maleakhi (juga oleh penulis-penulis Kitab Suci yang lain) tidak sama dengan khotbah jaman sekarang, karena kata-katanya memang betul-betul tak ada salahnya (infallible & inerrant).

Adanya faktor manusia dalam penyampaian / penulisan Kitab Suci / Firman Tuhan, menyebabkan orang-orang dari golongan Liberal mengatakan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan sudah ber­campur dengan kesalahan, sehingga tidak lagi infallible & inerrant.

Terhadap pandangan sesat dari golongan Liberal ini ada 2 hal yang bisa kita katakan sebagai jawaban:

1. Tuhan sudah mempersiapkan para penulis Kitab Suci itu sehingga mereka menjadi orang yang cocok secara sempurna untuk menuliskan Firman Tuhan.

E.J. Young, dalam bukunya yang berjudul “Thy Word Is Truth” (hal 64), mengutip kata-kata B. B. Warfield sebagai berikut:

“A light that passes through the coloured glass of a cathe­dral window, we are told, is light from heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come out discoloured by the personality through which it is given, and just to that degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express purpose of communicating to the word given through it just the colouring which it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed by the architect for express purpose of giving to the light that floods the cathedral precisely the tone and quality it re­ceives from them? What if the word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the purpose, through which it is given?” [= Sebagaimana sinar yang melalui kaca berwarna dari jendela suatu katedral, adalah sinar dari surga, tetapi dikotori oleh warna-warna dari kaca yang dilaluinya; begitu juga dikatakan bahwa firman Allah yang melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluar dengan dikotori oleh kepribadian melalui mana firman itu diberikan, dan sampai pada tingkat itu berhenti menjadi firman yang murni dari Allah. Tetapi bagaimana jika kepribadian ini telah dibentuk oleh Allah menjadi kepribadian yang persis cocok sehingga mewarnai firman yang melaluinya sesuai tujuan Allah? Bagaimana jika warna dari jendela dengan kaca berwarna telah direncanakan oleh sang arsitek, dengan tujuan memberikan sinar yang memasuki katedral itu sifat dan kwalitet yang diterimanya dari warna-warna itu, persis seperti yang dikehendakinya? Bagaimana jika firman Allah yang datang kepada umatNya dibentuk oleh Allah menjadi firman Allah, dengan memakai kwalitet dari orang-orang yang dibentuk olehNya untuk tujuan itu, melalui siapa firman itu diberikan?] - ‘Thy Word Is Truth’, hal 64.

Penjelasan kata-kata Warfield ini:

Sinar yang masuk ke dalam katedral melalui kaca berwarna dari jendela katedral, telah dinodai / dikotori oleh warna kaca yang ia lewati. Orang (Liberal) lalu menganalogikan: demikian juga setiap firman Allah yang melewati / melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluarnya sudah dikotori oleh kepribadian melalui mana firman diberikan, dan pada saat itu tidak lagi merupakan firman Allah yang murni.

Tetapi Warfield lalu berargumentasi: Bagai­mana kalau warna dari kaca jendela itu telah direncanakan oleh arsitek untuk memberikan warna dalam katedral persis seperti yang ia kehendaki? Bagaimana kalau kepribadian manu­sia, yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan firman-Nya itu, telah dibentuk oleh Allah menjadi suatu kepribadian yang cocok persis untuk menyampaikan firman yang diberikan kepada­nya?

2. Yesus Kristus sendiri adalah Allah dan manusia dalam 1 pribadi. Jadi bisa dikatakan bahwa Ia juga mengandung faktor manusia. Tetapi Allah bisa menjagaNya sehingga Ia sama sekali tidak pernah berbuat dosa / kesalahan, tetapi sebaliknya hidup suci murni. Kalau Allah bisa menjaga Yesus yang mempunyai faktor manusia itu sehingga tetap bebas dari kesalahan, mengapa Ia tidak bisa melakukannya dalam penulisan Kitab Suci?

II) Kasih Allah kepada Israel (Maleakhi 1: 2-5):

1) Pernyataan kasih Allah.

Maleakhi 1: 2: ‘Aku mengasihi engkau’.

Dalam bahasa Ibraninya ini ada dalam bentuk past tense [= waktu lampau].

NIV menterjemahkan ‘I have loved you’ [= Aku telah mengasihi engkau].

Catatan: bahasa Ibrani tidak membedakan antara past tense, perfect tense ataupun past perfect tense. Semua bentuknya sama.

Ini tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi Israel pada jaman dahulu, tetapi tidak lagi pada saat itu. Allah tetap mengasihi pada saat itu! Darimana kita bisa mengetahui hal itu?

a) Mal 3:6 mengatakan Allah tidak berubah.

Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Jadi, kalau dahulu Ia mengasihi Israel, sekarang pun Ia pasti mengasihi Israel!

Penerapan: Pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, apakah saudara sering mengira bahwa Allah tidak mengasihi saudara lagi? Itu adalah bisikan setan yang ingin membuat saudara putus asa dan bahkan makin menjauh dari Tuhan. Tuhan tidak pernah berubah dalam kasihNya kepada saudara! Kalau dahu­lu, pada waktu saudara masih adalah anak setan, saudara dikasihi, dipanggil, dan diselamatkan oleh Allah, maka tidak mungkin sekarang setelah saudara menjadi anak-Nya, saudara justru dibuang oleh Allah.

Bdk. Roma 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”.

b) Allah mau berbicara / menegur Israel melalui Maleakhi.

Itu berarti bahwa Ia masih mengasihi Israel. Kalau Ia tidak mengasihi, maka Ia tidak akan menegur (Ibrani 12:5b-6 Amsal 3:11-12).

Ibrani 12:5-6 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.’”.

Amsal 3:11-12 - “(11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. (12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”.

Penerapan: Setiap saudara mendengar teguran melalui khot­bah, saat teduh, dsb, ingatlah bahwa itu menunjukkan kalau Allah mengasihi saudara. Karena itu jangan keraskan hati saudara!

2) Keragu-raguan / ketidakpercayaan Israel akan kasih Allah kepada mereka (ay 2b).

a) Maleakhi 1: 2b berbunyi: “Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagai­manakah Engkau mengasihi kami?’”.

Kalimat ini tidak betul-betul diucapkan oleh orang Israel. Maleakhi hanya ‘membaca’ pikiran mereka. Maleakhi menyusun kitabnya dalam bentuk dialog / debat.

b) Orang Israel tahu / mengerti Kitab Suci tetapi masih menyangsikan kasih Allah. Karena apa?

1. Keadaan setelah kembali dari pembuangan, jauh lebih buruk dari pada sebelum mereka pergi ke dalam pembuangan.

Misalnya keadaan Bait Allah pada saat itu. Mula-mula Bait Allah tidak ada karena sudah dihancurkan. Setelah mereka membangunnya kembali, keadaan Bait Allah itu kalah jauh dibandingkan Bait Allah yang dahulu, yang dibangun oleh Raja Salomo.

Bdk. Ezra 3:12 - “Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika peletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.”.

2. Sekalipun mereka sudah kembali dari pembuangan, tetapi mereka belum merdeka. Mereka masih ada di bawah kekua­saan Persia.

3. Mesias yang dijanjikan tidak kunjung datang.

Jadi, Israel meragukan kasih Allah, karena situasi dan kondisi di sekitar mereka kelihatannya tidak cocok dengan Firman Tuhan yang mengatakan bahwa Allah mengasihi mereka.

Penerapan: Kalau situasi dan kondisi di sekitar saudara kelihatannya tidak cocok dengan Firman atau janji Tuhan, maukah saudara tetap percaya pada Firman / janji Tuhan itu?

3) Maleakhi membuktikan kasih Allah (Maleakhi 1: 2b-4).

a) Yakub dan Esau adalah saudara kembar. Esau adalah anak yang sulung, sehingga seharusnya sedikitnya ia mempunyai hak yang sama dengan Yakub.

b) ‘Aku (Allah) mengasihi Yakub tetapi membenci Esau’ (Maleakhi 1: 2b-3a).

Apa artinya?

1. ‘Membenci’ berarti ‘kurang mengasihi’.

Hal seperti ini sering digunakan dalam Kitab Suci.

Contoh:

a. Dalam Kejadian 29:31, terjemahan hurufiahnya seharusnya adalah ‘Lea dibenci’, dan kata bahasa Ibrani yang dipakai adalah kata yang sama yang dipakai dalam Mal 1:3a ini.

Artinya bisa dilihat dari Kejadian 29:30 yaitu: Yakub lebih mencintai Rahel daripada Lea.

Kejadian 29:30-31 - “(30) Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. (31) Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukaNyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul.”.

Ay 31 (KJV/RSV): ‘Leah was hated’ [= Lea dibenci].

b. Dalam Ul 21:15-17 kata-kata ‘tidak dicintai’ terjemahan hurufiahnya sebetulnya adalah ‘yang dibenci’.

Ulangan 21:15-17 - “(15) ‘Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, (16) maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung. (17) Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan.’”.

KJV: ‘(15) If a man have two wives, one beloved, and another hated, and they have born him children, both the beloved and the hated; and if the firstborn son be hers that was hated: (16) Then it shall be, when he maketh his sons to inherit that which he hath, that he may not make the son of the beloved firstborn before the son of the hated, which is indeed the firstborn: (17) But he shall acknowledge the son of the hated for the firstborn, by giving him a double portion of all that he hath: for he is the beginning of his strength; the right of the firstborn is his’.

c. Bandingkan Lukas 14:26 dengan Matius 10:37. Dari perbandingan ini bisa kita dapatkan bahwa membenci bapa, ibu, dsb, artinya adalah: kita harus mengasihi Allah / Yesus lebih dari mereka.

Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.

Mat 10:37 - “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”.

2. Ini menunjuk pada Predestinasi / pemilihan, di mana Allah memi­lih Yakub, tetapi menolak Esau.

Bdk. Roma 9:10-16 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”.

c) Maleakhi tidak terlalu menunjukkan bagaimana Allah menun­jukkan kasih-Nya kepada Yakub, tetapi Maleakhi lebih mene­kankan bagaimana Allah menunjukkan ‘kebencian-Nya’ kepada Esau.

Maleakhi 1: 3b-4: “(3b) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’”.

1. Baik Israel maupun Edom, sama-sama dikalahkan oleh Nebukadnezar (Babilonia). Tetapi, kalau Israel bisa kembali, Edom tidak!

2. Edom mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri (ay 4a), dan mereka yakin bahwa mereka bisa bangun dari kejatuhan mereka. Tetapi Tuhan berkata bahwa itu tak mungkin terjadi karena Tuhan akan merobohkan apa yang mereka bangun (ay 4b). Dan memang sejarah menunjukkan bahwa Edom dikalahkan dan dihancurkan oleh: Persia, Nabatean, orang Yahudi di bawah Makabe, Makedonia, dan orang Islam. Mereka tidak pernah bangkit!

Maleakhi 1: 3 yang menunjukkan kejatuhan Edom, telah terjadi dan telah dilihat oleh Israel.

Maleakhi 1: 4 yang menunjukkan bahwa Tuhan akan menghancurkan usaha Edom untuk bangkit kembali, akan terjadi dan akan dilihat oleh Israel.

Bdk. Maleakhi 1: 5 - “Matamu akan melihat dan kamu sendiri akan berkata: ‘TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel.’”.

3. Edom disebut ‘daerah kefasikan’ (Maleakhi 1: 4).

NIV: ‘The Wicked Land’ [= Tanah / negeri jahat].

Ini kontras sekali dengan sebutan ‘holy land’ [= tanah / negeri kudus] bagi Kanaan / Israel.

4. Tentang Edom dikatakan bahwa ‘Tuhan murka selama-lama­nya’ (ay 4).

Kepada Israel Ia juga murka, tetapi hanya sementara.

Bandingkan dengan:

Mazmur 89:31-34 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu.”.

Mazmur 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

Mazmur 30:6 - “Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.”.

Sedangkan kepada Edom Ia murka selama-lamanya. Ini kontras antara sikap Allah kepada ‘orang pilihan’ (elect) dan kepada ‘orang yang tidak dipilih’ (reprobate).

5. Sekarang perlu dipertanyakan: apakah ay 5 menunjukkan kasih Allah kepada Edom / non Israel? Tidak! Perhatikan penjelasan di bawah ini:

 Maleakhi 1:5: ‘TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel’.

NIV: ‘Great is the LORD - even beyond the border of Israel’ [= Maha besar TUHAN - bahkan sampai melampaui perbatasan Israel].

Tetapi, kata bahasa Ibraninya (yaitu MEAL) bisa berarti ‘above, over, upon’ [= atas / di atas]. Jadi arti kalimat ini adalah: ‘TUHAN maha besar atas daerah Israel’.

Jadi Maleakhi 1: 5 ini menunjukkan kasih Allah kepada Israel, bukan kepada Edom / non Israel. Tafsiran ini lebih cocok dengan kontex (karena kontex ini justru menunjukkan kasih Allah kepada Israel, dan tidak kepada Edom / non Israel).

Juga tafsiran ini didukung oleh Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani) dan Latin Vulgate.

Kesimpulan:

Dalam bagian ini Maleakhi ingin berkata: ‘bandingkan nasibmu dengan Edom. Nasibmu masih jauh lebih baik dari nasib mereka. Jadi, itu merupakan bukti kalau Allah mengasihi kamu’.

Hal yang penting yang bisa kita pelajari di sini ialah: Dalam menghadapi ‘gereja’ yang rusak / bejat, hal yang pertama diberitakan adalah kasih Allah. Memang nanti kita akan melihat bahwa Maleakhi juga menegur, tetapi tegurannya akan sia-sia kalau mereka tidak diyakinkan lebih dulu akan kasih Allah terhadap mereka.

Penerapan: Kalau menghadapi gereja / orang Kristen yang rusak, jangan terus menerus menegur atau ‘mengancam’ mereka dengan hukuman Allah! Beritakanlah kasih Allah terlebih dulu, khususnya yang Ia tunjukkan di kayu salib! Dengan kata lain, beritakanlah Injil kepada mereka dan tekankanlah kasih Allah / Kristus kepada mereka.

III) Menyadari kasih Allah kepada kita.

Kalau saudara masih sering membolos dalam Kebaktian / Pemahaman Alkitab, sering tidak saat teduh, memelihara dosa-dosa terten­tu, mengeluarkan uang / tenaga / pikiran / waktu sesedikit mungkin untuk Tuhan, maka saudara bukanlah orang yang menga­sihi Tuhan. Itu bisa terjadi karena saudara tidak / kurang menyadari kasih Tuhan.

Supaya saudara bisa sadar / percaya akan kasih Allah kepada saudara:

1) Lihatlah ke belakang.

Maleakhi mengajak bangsa Israel melihat ke belakang, kepada Yakub, Esau, Edom, dsb.

Kita juga bisa melihat ke belakang, kepada salib / pengorbanan Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa saudara. Itu bukti kasih Allah kepada saudara (bdk. Roma 5:8)!

Roma 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”.

2) Lihatlah pada predestinasi / pemilihan yang dilakukan oleh Allah atas diri saudara.

Maleakhi mengajak Israel melihat pada pemilihan Yakub dan Israel. Kita juga perlu melihat hal itu. Saudara bisa menjadi orang Kristen karena Allah telah memilih / menentu­kan saudara untuk menjadi anakNya, dan dalam pemilihan itu Ia memilih saudara sedikit pun bukan karena adanya kebaikan apapun dalam diri saudara.

Roma 9:11,15-18 - “(11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - ... (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.”.

2Timotius 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.

Dan itu adalah bukti bahwa Ia mengasihi saudara.

3) Bandingkan diri saudara dengan orang lain.

Maleakhi mengajak Israel untuk membandingkan diri dengan Edom. Kita juga perlu melakukan hal itu, tetapi harus secara positif.

Kita bisa melakukannya secara negatif, misalnya membandingkan diri kita dengan orang yang lebih kaya, lebih sehat, lebih cantik / ngganteng, dsb, dari diri kita. Ini salah! Mengapa tidak membandingkan diri dengan orang yang lebih miskin, lebih sakit, lebih menderita dari kita?

Tetapi, yang terutama kita harus membandingkan diri kita dengan orang lain / kafir, dalam hal rohani. Mungkin ada orang yang kaya, sehat, cantik, dsb, tetapi ia bukan anak Allah. Maka nasib saudara tetap jauh lebih baik dari dia. Itu menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara.

4) Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan kepada perasaan saudara!

Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan perasaan, maka pasti yang betul adalah Firman Tuhan!

Contoh dari text kita ini:

a) Maleakhi 1: 2: Firman Tuhan berkata ‘Aku mengasihi engkau’, tetapi perasaan Israel: ‘Allah tidak mengasihi mereka’. Maleakhi lalu membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang benar, bukan perasaan Israel.

Camkan itu! Firman Tuhan selalu lebih benar dari perasaan saudara!

b) Maleakhi 1: 4: Edom merasa yakin bahwa mereka bisa bangun. Tetapi Firman Tuhan berkata ‘mereka tidak mungkin bangun’. Sejarah membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang benar.

Karena itu kalau saudara merasa bahwa Allah tidak / kurang mengasihi saudara, jangan pedulikan perasaan itu. Bacalah dan renungkanlah Firman Tuhan yang jelas menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara (Yohanes 3:16 Roma 5:8). Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan pada perasaan saudara.

Maukah saudara melakukan keempat hal di atas ini supaya saudara bisa menjadi orang yang sadar, percaya, yakin akan kasih Allah kepada saudara?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post