YESUS GEMBALA YANG BAIK (YOHANES 10:1-15)

Kita akan merenungkan pertanyaan ini: apakah saya benar-benar mengenal gembala itu? Ataukah saya hanya mengenal/ mengetahui perikop Alkitab tentang gembala yang baik?

Menurut Yohanes 10:1-15, Yesus adalah Gembala yang baik. Pengertian “baik” di sini bukan utamanya menggambarkan satu pribadi yang punya performance atau penampilan luar yang baik, tetapi menunjuk pada “baik” dari dalamnya. Punya karakter yang agung, penuh kebaikan, bisa bersimpati, dan ada kemurahan hati dalam dirinya. Ada orang yang “baik” dari luarnya, tapi di dalam hatinya rupanya punya motivasi jahat. Ada orang yang “baik” di depan kita, tapi bisa menusuk kita dari belakang. Kebaikan Yesus sebagai gembala bukan seperti itu. Gembala yang baik ini dikontraskan dengan pencuri dan perampok (Yohanes 10:10). 
YESUS GEMBALA YANG BAIK (YOHANES 10:1-15)
Pencuri/perampok adalah orang jahat dengan maksud yang jahat/destruktif. Yang ada dalam benak mereka bukanlah kebaikan domba-domba tapi tujuan egois mereka sendiri (bnd. ayat 10a: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan”). Jadi, dikontraskan dengan pencuri/perampok, Yesus mau menyatakan bahwa Ia tidak pernah memiliki motivasi atau maksud buruk atau jahat untuk para pengikut-Nya. Apa pun yang Ia lakukan untuk domba-domba-Nya lahir dari motivasi dan maksud baik, tidak pernah bertujuan buruk untuk mencelakakan domba-domba-Nya.

Menurut Yohanes 10, khususnya Yohanes 10:11-15, ada dua kebenaran tentang Yesus sebagai Gembala yang baik.

1. Pertama, Kebaikan-Nya yang tidak pernah berubah dalam segala situasi terhadap domba-domba-Nya Yohanes 10:11-13 dimulai dengan ungkapan “Akulah Gembala yang baik” dan diteruskan dengan suatu pemaparan. Gembala yang baik ini dikontraskan dengan orang upahan. Orang upahan ini sebenarnya juga adalah pekerja yang baik, tetapi baiknya adalah pada waktu keadaan baik, baiknya adalah pada waktu ia tidak dirugikan. Jadi pada situasi normal (tidak ada bahaya), ia akan bekerja dengan baik dan bersedia untuk menggembalakan. 

Tetapi pada saat berbahaya (mis.: diserang kawanan binatang buas atau menghadapi pencuri & perampok), ia menempatkan kepentingan diri di atas segala yang lain, sehingga ia lari meninggalkan kawanan dombanya. Dikatakan bahwa ia lari dan “tidak memperhatikan” domba-domba itu. Tidak ada concern & caring mendalam terhadap domba-domba yang dipercayakan, apalagi pada waktu keadaan berbahaya. Sebaliknya, gembala yang baik benar-benar bertanggung-jawab dengan domba-domba peliharaannya dalam keadaan apa pun. Gembala yang baik adalah konsisten baiknya dalam keadaan tidak ada bahaya maupun dalam keadaan berbahaya. 

Dalam keadaan buruk/berbahaya, Gembala yang baik tidak meninggalkan domba-domba-Nya, berjuang membela mereka, dan bahkan bila perlu Ia rela mati demi untuk domba-dombanya. Salah satu contoh yang agung tentang gembala yang baik adalah Daud. Daud pernah berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya” (1 Samuel 17:34-35).

Gambaran metafora yang dipakai Yesus di sini menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan domba itu tidak pernah lepas dari bahaya, dari keadaan-keadaan yang mengancam. Itulah realitas hidup kita di dunia ini. Sebagai orang percaya, kita tidak pernah kebal dari bahaya dan kesulitan. Yesus adalah Allah/Gembala yang baik bagi kita. Kebaikan-Nya dan perhatian-Nya tidak hanya terbukti pada waktu keadaan lancar (ada padang rumput yang hijau, ada air yang tenang, ada tuntunan yang jelas), tetapi juga pada saat kita “berjalan dalam lembah kekelaman” (yakni ada bahaya, ada musuh). 

Seperti yang dikatakan oleh Daud: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:4). Jadi Tuhan adalah gembala yang baik ketika kita berada di padang rumput dan air yang tenang, tetapi Dia juga adalah gembala yang baik ketika kita melewati lembah kekelaman.

Salah satu permasalahan kita adalah kita seringkali memahami keadaan yang berubah-ubah dalam hidup kita itu identik dengan berubahnya Tuhan. Banyak orang mengukur kebaikan Tuhan berdasarkan keadaan yang sedang terjadi/dialami. Akibatnya, pengalaman kita dengan kebaikan Tuhan sangat bergantung pada keadaan yang sedang kita alami. Tuhan itu baik kalau keadaanku baik (hadir dan mengasihi kita). 

Kalau keadaanku buruk, berarti Tuhan tidak baik padaku (tidak peduli, tidak mengasihi, tidak menyertai). Kita bahkan bisa menganggap keadaan buruk itu sebagai keadaan yang tidak diberkati Tuhan. Di saat keadaan berubah menjadi sukar, kita sulit percaya bahwa Allah memberikan kasih, kepedulian, pemeliharaan, dan penyertaan yang sama kepada kita. Akibatnya, dalam keadaan buruk dan terpuruk, kita menganggap adanya jurang pemisah yang besar antara kita dengan Allah. Jadinya semakin terpuruk, kita semakin frustrasi karena menganggap Tuhan itu sudah meninggalkan kita.

Yohanes 10 menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik dalam segala keadaan. Berarti Dia adalah Gembala yang memadai dan satu-satunya yang kita butuhkan dalam hidup ini. Bayangkan kalau Tuhan kita itu terbatas, yakni hanya jadi gembala pada saat keadaan baik saja. Berarti nanti kalau keadaan berubah jadi buruk, kita perlu gembala lain. 

Banyak orang ketika keadaan susah mencari pertolongan dari sumber/gembala yang lain karena kita menganggap Yesus itu tidak cukup sebagai Gembala yang baik. Pada waktu orang berada dalam krisis, ketika dikelilingi oleh bahaya di padang gurun, akan berpaling kepada siapa pun yang memberikan jalan keluar. Yesus adalah Gembala segala keadaan, maka kita tidak perlu berganti gembala ketika keadaan berubah.

Yesus adalah Gembala kehidupan yang tidak usah diganti-ganti, tidak peduli bagaimanapun keadaan kita.

2. Kedua, Pengenalan-Nya yang sempurna atas domba-domba-Nya Yohanes 10:14-15 dimulai dengan ungkapan “Akulah gembala yang baik” dan diteruskan dengan suatu pemaparan. “Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Hubungan antara Gembala yang baik dan domba-domba-Nya digambarkan sebagai hubungan yang intim, karena saling mengenal. Tetapi jelas ada perbedaan antara pengenalan kita kepada Yesus dan pengenalan Yesus kepada kita. Yang satu bersifat terbatas, yang satu tidak terbatas. 

Di mata seorang gembala yang tidak terlatih (tidak memiliki mata yang tajam) semua domba itu sama. Akan tetapi seorang gembala yang baik bisa mengenali perbedaan-perbedaannya, misalnya cacat-cacat tertentu atau ciri khas-ciri khas tertentu. Di ayat 3b dikatakan bahwa seorang gembala itu “memanggil domba-dombanya menurut namanya.” Bukan hanya memanggil, tetapi memanggil dengan nama. Para gembala di Palestina waktu itu memberi nama domba-dombanya menurut karakteristiknya. Misalnya: si hidung panjang, si telinga hitam, mata besar, dsb. Sama seperti setiap domba itu berbeda dengan yang lain, maka setiap orang percaya itu berbeda satu dengan yang lain. Gembala yang baik tahu perbedaan-perbedaan itu.

Tuhan Yesus tahu setiap domba-domba-Nya dengan pengenalan yang mendalam/intim. Yang paling mengenal diri kita sepenuhnya bukan orang terdekat kita, bahkan juga bukan diri kita sendiri. Hanya Tuhan yang menciptakan kita dan yang maha tahu. Sang gembala tahu yang lemah dan yang kuat, yang keras kepala dan yang penurut, yang terluka dan yang tidak terluka. Dia tahu segala sesuatu tentang kita. Pengenalan-Nya menjangkau sampai ke bagian-bagian terdalam dalam hidup kita. Ia mengetahui berapa banyaknya rambut kepala kita (Matius 10:29-31). 

Dia tahu setiap kekuatan dan setiap kelemahan. Dia tahu setiap sukacita kita dan setiap beban kita. Dia tahu setiap kemenangan kita dan setiap pergumulan kita. Dia tahu berhasilnya kita dan gagalnya kita. Dia tahu apa jebakan-jebakan yang berbahaya bagi kita. Tidak ada satu hal pun yang mengagetkan Dia atau membuat kasih-Nya berkurang pada kita. Bukan hanya Dia tahu, tapi Dia juga mengerti kita. Dia memandang kita dengan penuh pengertian, simpati dan kasih yang discerning

Karena Dia tahu natur kita, Dia juga tahu kebutuhankebutuhan kita. Dia tidak hanya tahu nama dan tahu natur kita dengan karateristiknya, tapi Dia juga tahu kebutuhan-kebutuhannya yang khusus. Gembala yang baik akan mempertimbangkan karakteristik-karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan khusus ini. Yesus adalah Gembala yang baik karena “the good shepherd knows his sheep personally and therefore knows best how to minister to them.” 

Jikalau Ia tahu secara sempurna siapa kita, maka Dia berhubungan dengan kita sesuai dengan siapa kita. Maka tidak menutup kemungkinan cara yang Dia pakai untuk kita berbeda dengan cara yang Dia pakai untuk orang lain. Hal ini mengingatkan kita bahwa cara Tuhan dalam menggembalakan setiap kita itu berbeda-beda. Ada yang mungkin harus dengan cara disiplin yang keras. Kita tidak perlu merasa iri dan inferior. Kita juga tidak perlu merasa sombong atau lebih baik.

Jikalau kita memiliki Gembala yang baik, maka panggilan kita adalah mengenal Dia. Yohanes 10: 14: “Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Tidak dikatakan “mengenal tentang Aku” tapi “mengenal Aku.” Bukan hanya dari kata orang, bukan hanya dari khotbah seorang pendeta, bukan hanya dari kesaksian orang lain, dan bahkan bukan hanya dari nats Alkitab, tetapi dari pengalaman berjalan dituntun oleh gembala yang baik. Apakah ada kualifikasi? Apakah harus jadi domba yang brillian atau cantik? Apakah harus energetik? Tidak. Hanya menjadi domba yang mengikuti sang gembala ke mana pun Ia tuntun dengan keyakinan bahwa sang gembala tahu yang terbaik untuk domba-domba-Nya.

Penutup

Ada seseorang yang pernah berkata, “When you have nothing but Jesus, you will find out that He is enough.” Bisakah kita meyakini “The Lord is my Shepherd, that’s enough”? Yohanes Adrie Hartopo
Next Post Previous Post