TEGURAN TERHADAP SIKAP MEMANDANG MUKA (YAKOBUS 2:1-7)

Matthew Henry

Dalam pasal 2 ini, Rasul Yakobus mengecam tindakan berdosa yang menghormati orang kaya dan menghina orang miskin, yang dikaitkannya dengan sikap membeda-bedakan dan ketidakadilan. Ia juga menunjukkan bahwa tindakan itu bertolak belakang dengan Allah, yang telah memilih orang miskin, yang kepentingan-Nya sering dirugikan, dan nama-Nya dihujat, oleh orang kaya. 
TEGURAN TERHADAP SIKAP MEMANDANG MUKA (YAKOBUS 2:1-7)
Ia menunjukkan bahwa seluruh hukum Allah harus dilaksanakan, dan bahwa belas kasihan harus dijalankan, seperti halnya keadilan. Ia menyingkapkan kesalahan dan kebodohan orang-orang yang menyombongkan iman tanpa perbuatan, dengan memberi tahu kita bahwa ini hanya iman yang mati belaka, dan merupakan iman seperti yang ada pada setan-setan, bukan iman Abraham, atau Rahab.

TEGURAN TERHADAP SIKAP MEMANDANG MUKA.

Di sini Rasul Yakobus sedang mengecam suatu kebiasaan yang sangat bejat. Ia menunjukkan betapa jahatnya dosa Di sini Rasul Yakobus sedang mengecam suatu kebiasaan yang sangat bejat. Ia menunjukkan betapa jahatnya dosa prosōpolēpsia (memandang muka), yang agaknya justru menjadi suatu kejahatan yang sedang bertumbuh dalam gereja-gereja Kristus bahkan pada zaman-zaman gereja yang mula-mula, dan yang pada masa-masa sesudahnya, dan yang telah merusak dan memecah belah bangsa-bangsa dan masyarakat Kristen dengan menyedihkan. Di sini terdapat:

I. Peringatan terhadap dosa ini yang dikemukakan secara umum.

 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka (Yakobus 2:1). Perhatikan di sini:

1. Ciri-ciri seorang Kristen sepenuhnya tersirat. Mereka adalah orang-orang yang telah beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka menyambutnya, mereka menerimanya, mereka menguasai diri mereka berdasarkan iman itu. Mereka menerima ajaran, serta tunduk kepada hukum dan pemerintahan, Kristus. Mereka memilikinya sebagai suatu jaminan, mereka menyimpannya sebagai suatu harta karun.

2. Betapa penuh hormatnya Yakobus berbicara tentang Yesus Kristus. Ia menyebut-Nya Tuhan yang mulia, karena Dia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.

3. Karena Kristus adalah Tuhan yang mulia, maka dari situ seharusnya kita belajar untuk tidak menghormati orang Kristen selain karena hubungan mereka dan keserupaan mereka dengan Kristus. Engkau yang mengaku percaya akan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus, tidak boleh menjadikan penampilan lahiriah manusia dan keuntungan duniawi sebagai ukuran dalam memberi hormat. 

Kemuliaan Tuhan Yesus sama-sama dinikmati oleh orang Kristen yang paling miskin bersama-sama dengan yang kaya, dan di hadapannya segala kemuliaan duniawi sia-sia belaka. Ketika mengaku beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita tidak boleh bersikap memandang muka terhadap orang, sehingga menutupi atau mengurangi kemuliaan Tuhan kita yang mulia. Apa pun pemikiran orang tentang sikap ini, jelas ini adalah suatu dosa yang sangat menjijikkan.

II. Kepada kita telah disampaikan penjelasan dan peringatan akan dosa ini, dengan sebuah contoh mengenai hal tersebut (Yakobus 2: 2-3). 

Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas, dst. Kumpulan di sini maksudnya adalah pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk mengambil keputusan mengenai perbedaan-perbedaan di kalangan anggota jemaat, atau untuk menentukan bilamana teguran harus diberikan kepada seseorang, dan teguran apakah itu. Karena itu, kata Yunani yang dipakai di sini, yaitu synagōgē, menandakan semacam kumpulan seperti yang ada di rumah-rumah ibadat orang Yahudi, ketika mereka berkumpul untuk bersidang memutuskan keadilan.

Maimonides (seorang cendekiawan Yahudi abad kedua belas), berkata (sebagaimana yang saya temukan dikutip oleh Dr. Manton) “bahwa dinyatakan dengan jelas oleh perundang-undangan Yahudi bahwa, ketika seorang miskin dan seorang kaya sama-sama mengajukan tuntutan, maka yang kaya tidak boleh disuruh duduk sedangkan yang miskin berdiri, atau duduk di tempat yang lebih jelek, melainkan harus keduanya sama-sama duduk atau sama-sama berdiri.” 

Terhadap pernyataan inilah ungkapan Rasul Yakobus jelas-jelas mengacu, dan oleh karena itu kumpulan yang dibicarakan di sini pastilah sesuatu yang menyerupai kumpulan orang di rumah ibadat Yahudi, ketika mereka berkumpul untuk mendengarkan kasus persidangan dan menjatuhkan putusan. Dengan inilah persidangan dan putusan jemaat Kristen mereka dibandingkan.

Namun kita harus berhati-hati supaya jangan menerapkan apa yang dikatakan di sini kepada jemaat yang berkumpul untuk menyembah. Karena tentu di dalam pertemuan-pertemuan ibadah bisa jadi ada tempat untuk berbagai macam orang menurut kedudukan dan keadaan mereka, yang bukan merupakan perbuatan dosa. 

Orang yang menjalankan praktik ini secara ketat, berarti tidak memahami Rasul Yakobus. Mereka tidak memperhatikan kata hakim (yang dipakai di ayat 4), atau seperti yang sudah dikatakan bahwa mereka dinyatakan telah melakukan pelanggaran hukum, apabila memandang muka seperti yang dikatakan di sini, menurut ayat 9. Sehingga, katakanlah sekarang seperti ini: “Ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu (ketika yang dimaksud adalah kumpulan yang sifatnya sama dengan yang ada pada rumah ibadat Yahudi) yang terlihat menonjol dari pakaiannya, dan seorang tokoh penting, dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan engkau bersikap membeda-bedakan, serta menilai dengan keliru, hanya karena orang yang satu berpenampilan lebih baik, atau keadaannya lebih baik, daripada yang satunya.” Jadi perhatikanlah:

1. Sisa-sisa umat Allah tersebar di antara berbagai macam orang, di antara mereka yang mengenakan pakaian yang halus dan indah, dan di antara mereka yang mengenakan pakaian yang buruk dan jelek.

2. Dalam hal agama, orang kaya dan orang miskin sejajar. 

Kekayaan seseorang tidak menjadikannya semakin dekat dengan Allah, begitu juga kemiskinan seseorang tidak menjauhkan dia dari Allah. Yang Maha tinggi tidak memandang bulu. Itu sebabnya dalam hal nurani, kita juga jangan begitu.

3. Segala penghormatan yang diberikan dengan tidak sepantasnya terhadap kebesaran dan kekayaan duniawi seharusnya secara khusus diwaspadai dalam masyarakat Kristen. 

Di sini Yakobus bukan mendorong orang berperilaku kasar atau tidak tertib. Kita harus memberi hormat dengan sepantasnya kepada orang lain, dan boleh saja ada beberapa perbedaan dalam sikap kita terhadap orang-orang dengan kedudukan yang berlainan. 

Namun, sikap hormat ini tidak boleh dilakukan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat Kristen ketika menentukan jabatan di dalam gereja, atau dalam memberikan teguran dari gereja, atau di dalam apa saja yang murni merupakan persoalan agama. Di sini, kita tidak boleh menilai seorang pun menurut ukuran manusia. Merupakan watak seorang warga Sion untuk memandang hina orang yang jahat, tetapi memuliakan orang yang takut akan Tuhan. 

Jika seorang miskin adalah seorang yang baik, maka kita tidak boleh kurang menghargai dia gara-gara kemiskinannya. Sedangkan jika seorang kaya kebetulan adalah seorang yang fasik (sekalipun barangkali ia mempunyai pakaian yang bagus dan pekerjaan yang bagus), kita tidak boleh lebih menghargai dia gara-gara kekayaannya.

4. Mengenai seberapa pentingnya menentukan aturan mana yang akan kita pakai untuk menilai orang. 

Jika kita membiarkan diri biasa menilai orang berdasarkan penampilan luarnya, ini juga akan mempengaruhi roh kita dan perilaku kita di dalam kumpulan-kumpulan ibadah. Ada banyak orang, yang kejahatannya membuat dia keji dan hina, namun menjadi tokoh di dunia. Di sisi lain, ada banyak orang Kristen yang rendah hati, saleh, dan baik, yang berpakaian buruk. Namun, tidak boleh apabila dirinya maupun Kekristenannya dipandang lebih buruk oleh karena hal ini.

III. Di sini dikemukakan mengenai besarnya dosa ini (Yakobus 2: 4-5). 

Ini adalah dosa membeda-bedakan yang amat luar biasa. Ini merupakan ketidakadilan, dan berarti menempatkan diri kita melawan Allah, yang telah memilih orang miskin, dan akan memuliakan serta meninggikan mereka (yang berlaku baik), dan mencegah orang yang hendak menghina mereka.

1. Dalam dosa ini ada sikap membeda-bedakan yang memalukan. 

Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu? Di sini pertanyaannya diajukan, sebagai pertanyaan yang tidak mungkin tidak dijawab oleh setiap nurani manusia yang mau mengajukannya dengan sungguh-sungguh kepada dirinya sendiri. 

Menurut terjemahan yang ketat terhadap naskah aslinya, pertanyaan ini berbunyi, “Bukankah kamu telah membuat perbedaan? Dan, di dalam perbedaan itu, bukankah kamu menilai dengan peraturan yang keliru, dan menggunakan ukuran yang keliru? Dan bukankah tuduhan akan sikap membeda-bedakan yang dikecam oleh hukum itu sepenuhnya melawan kamu? Tidakkah hati nuranimu sendiri memberitahumu bahwa kamu bersalah?” Tuduhan terhadap hati nurani sangat bermanfaat, ketika kita harus berurusan dengan orang-orang yang mengaku beriman, sekalipun mungkin mereka sudah jatuh ke dalam keadaan yang sangat bobrok.

2. Sikap memandang muka ini disebabkan oleh kejahatan dan ketidakadilan di dalam pikiran. 

Ketika watak, perilaku, dan tindakan bersikap membeda-bedakan, maka begitu juga hati dan pikiran, dari mana segala sesuatu mengalir, adalah jahat. 2. Sikap memandang muka ini disebabkan oleh kejahatan dan ketidakadilan di dalam pikiran. 

Ketika watak, perilaku, dan tindakan bersikap membeda-bedakan, maka begitu juga hati dan pikiran, dari mana segala sesuatu mengalir, adalah jahat. “Engkau telah bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat. Yakni, engkau menjadi hakim menurut ukuran yang tidak adil dan pendapat yang bobrok yang telah engkau bentuk bagi dirimu sendiri. 

Telusurilah sikapmu yang membeda bedakan itu sampai engkau menemukan pikiran-pikiran tersembunyi yang menyertai dan mendukung sikap itu, dan engkau akan mendapati bahwa semua itu luar biasa jahat. Engkau diam-diam lebih menyukai kemegahan lahiriah daripada keanggunan batiniah. Engkau lebih menginginkan hal-hal yang kelihatan daripada yang tidak kelihatan.” Kebejatan dosa tidak pernah sungguh-sungguh dimengerti seutuhnya sampai kejahatan pikiran kita tersingkap. Inilah yang amat memperparah kelemahan watak dan hidup kita, yaitu karena kecenderungan hati selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kejadian 6:5).

3. Sikap memandang muka ini adalah dosa yang menjijikkan, karena ini menunjukkan bahwa diri kita secara langsung bertentangan dengan Allah ( Yakobus 2:5). “Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman? dst. Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin (Yakobus 2: 6). 

Allah telah membuat orang-orang yang tidak engkau pandang menjadi pewaris sebuah kerajaan, dan telah memberikan janji yang sangat besar dan mulia kepada orang-orang yang nyaris bisa engkau beri perkataan yang baik atau tatapan yang penuh hormat. Bukankah ini adalah sebuah kejahatan besar di dalam dirimu, yang mengaku-ngaku menjadi anak Allah dan serupa dengan Dia? Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Dengan segala kasihku akan engkau, dan segala hormatmu terhadapku, aku memohon kepadamu supaya mau merenungkan hal-hal ini.

Perhatikanlah bahwa banyak di antara orang yang miskin di dunia ini adalah orang-orang yang dipilih Allah. Menjadi pilihan Allah tidak menghalangi mereka menjadi orang miskin, sedangkan kemiskinan mereka sama sekali tidak mengurangi bukti-bukti pemilihan mereka. Kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Matius 11:5). Allah telah merancang untuk menyerahkan ajaran-Nya yang kudus supaya dikasihi dan dihargai oleh manusia, bukan melalui keuntungan secara lahiriah berupa kemegahan dan keindahan, melainkan melalui nilai dan keunggulan yang ada di dalamnya. Oleh karena itulah, Dia memilih orang miskin di dunia ini.

Sekali lagi, perhatikanlah bahwa banyak orang miskin di dunia ini yang kaya imannya. Jadi, yang termiskin pun dapat menjadi kaya, dan secara khusus inilah yang semestinya mereka kejar. Dari orang yang memiliki kekayaan dan kedudukan, diharapkan supaya mereka kaya dalam perbuatan baik, karena semakin banyak yang mereka miliki, semakin banyak pula yang bisa mereka pakai untuk berbuat baik. Namun, dari orang yang miskin di dunia ini, diharapkan supaya mereka kaya di dalam iman, karena semakin sedikit yang mereka miliki di sini, semakin mampu pula mereka, dan semestinya, hidup dalam pengharapan dengan penuh iman akan hal-hal yang lebih baik di dunia yang lebih baik.

Perhatikan lebih jauh, orang-orang Kristen yang percaya kaya dalam hak, dan menjadi pewaris sebuah kerajaan, sekalipun barangkali dalam hal harta mereka saat ini sangat miskin. Apa yang diberikan kepada mereka hanya sedikit, tetapi apa yang disimpan bagi mereka tidak terlukiskan besarnya dan banyaknya. 

Perhatikanlah lagi, di mana ada orang yang kaya di dalam iman, di situ ada pula kasih ilahi. Iman yang bekerja dengan kasih akan ada di dalam diri semua pewaris kemuliaan. Catat sekali lagi, dalam benak kita, surga adalah sebuah kerajaan, dan sebuah kerajaan yang dijanjikan kepada mereka yang mengasihi Allah. Kita membaca tentang mahkota yang dijanjikan kepada mereka yang mengasihi Allah, di pasal sebelumnya (ay. 12).

Di sini kita mendapati ada pula sebuah kerajaan. Dan, karena mahkota ini adalah mahkota kehidupan, begitu juga kerajaan ini akan menjadi kerajaan yang kekal. Semua ini, apabila dijabarkan bersama-sama, menunjukkan betapa tingginya orang miskin di dunia ini dihormati sekarang, apabila mereka kaya di dalam iman. Ditambah lagi, mereka akan ditinggikan oleh Allah nantinya. Oleh sebab itu betapa berdosanya apabila orang miskin dihina. Sesudah menyampaikan renungan sedemikian rupa seperti ini, teguran yang diberikan sungguh menyayat: Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin (Yakobus 2: 6).

4. Sikap memandang muka, dalam artian di sini, berdasarkan kekayaan atau penampilan lahiriah orang, ditunjukkan sebagai suatu dosa yang amat besar, dikarenakan berbagai kejahatan yang disebabkan oleh kekayaan dan kebesaran duniawi, serta kebodohan orang Kristen yang memberikan penghormatan tidak semestinya kepada orang-orang yang hampir-hampir tidak menghargai Allah mereka atau mereka sendiri, “Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? ( Yakobus 2:7).

Renungkan bagaimana seringnya orang kaya menjadi pemicu terjadinya kejahatan dan kedurjanaan, penghujatan dan penganiayaan. Renungkan betapa banyaknya malapetaka yang engkau alami sendiri, dan betapa besar celaan yang dilontarkan terhadap agamamu dan Allahmu oleh orang-orang yang kaya dan berkuasa dan memiliki kedudukan di dunia. 

Ini akan membuat dosamu tampak semakin luar biasa berdosa dan bodoh, karena kamu mendukung apa yang justru cenderung menjatuhkan engkau, dan menghancurkan segala sesuatu yang engkau bangun, dan mempermalukan Nama yang mulia yang olehnya kamu dipanggil.” Nama Kristus adalah nama yang mulia. Nama itu mencerminkan kemuliaan dan memberikan nilai bagi mereka yang menyandangnya.
Next Post Previous Post