YOHANES 11: 1-45: YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (1)

MUJIZAT YESUS KRISTUS :YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (1)
INJIL YOHANES 11 :1-45
------------------------------------------------------
Ini adalah cerita panjang mengenai mukjizat Yesus Kristus yang spektakuler pada masa itu yang dicatat secara lengkap oleh Yohanes di dalam Injilnya. Kita akan membahasnya dalam setiap perikop untuk menemukan makna kebenaran yang hendak disampaikan oleh Yohanes.

[ I ]. JALAN MENUJU KEMULIAAN.

“Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.” (Yohanes 11:1-5)

YOHANES 11: 1-45: YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (1)
Satu hal yang paling berharga dalam hidup seseorang adalah memiliki sebuah rumah, di mana ia dapat pergi kapan saja dan pulang untuk menemukan istirahat, dengan keadaan yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Bagi Yesus itu merupakan hal yang sangat berharga mengingat Dia tidak memiliki rumah sendiri, bahkan Dia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58). Di sebuah rumah di Betania inilah, Yesus memiliki tempat itu. Di mana ada tiga orang yang mengasihi-Nya, dan di sana Dia bisa menemukan istirahat dari ketegangan hidup.

Pemberian terbesar yang bisa diberikan manusia kepada orang lain adalah pengertian dan kedamaian. Memiliki seseorang yang dapat kita datangi setiap saat dan mengetahui bahwa mereka tidak akan menertawakan impian kita atau salah memahami kepercayaan kita, adalah merupakan suatu hal yang paling indah. Kita semua tentu akan berusaha membuat rumah kita sendiri seperti itu. Itu tidak membutuhkan biaya, dan tidak membutuhkan keramahan yang berkelimpahan. Yang dibutuhkan hanyalah hati yang penuh pengertian.

Tidak ada orang yang dapat memberikan sebuah pemberian yang lebih besar untuk diberikan kepada sesamanya selain istirahat untuk kaki yang penat; dan itulah pemberian yang Yesus dapatkan di rumah di Betania, di mana Marta, Maria, dan Lazarus tinggal.

Nama Lazarus berarti “Tuhan adalah pertolonganku”, dan namanya sama dengan Eleazar. Lazarus jatuh sakit, dan saudara-saudara perempuan mengirim pesan kepada Yesus bahwa memang demikian. Sangat menarik untuk dicermati bahwa dalam pesan para saudara-saudara perempuan itu tidak memasukkan permintaan kepada Yesus untuk datang ke Betania. Mereka tahu itu tidak perlu; mereka tahu bahwa berita yang sederhana sudah cukup untuk menggerakkan hati Yesus datang ke Betania.

Agustinus mencatat ini. dan mengatakan itu cukup bahwa Yesus harus tahu; karena tidak mungkin seorang pria pada saat yang sama mencintai seorang teman dan meninggalkannya. CF Andrews menceritakan tentang dua orang sahabat yang mengabdi bersama dalam Perang Dunia Pertama. Salah satu dari mereka terluka dan dibiarkan terbaring tak berdaya dan kesakitan di tanah tak bertuan. Yang lain, dalam bahaya hidupnya, merangkak keluar untuk membantu temannya; dan, ketika dia mencapainya, pria yang terluka itu melihat ke atas dan berkata dengan sederhana, "Saya tahu, kamu akan datang.”

Ketika Yesus datang ke Betania, Dia tahu sakit apa saja yang menimpa Lazarus. Bahwa apa pun yang salah dengan Lazarus, Dia mempunyai kuasa untuk mengatasinya. Akan tetapi Dia melanjutkan mengatakan bahwa sakitnya itu terjadi demi kemuliaan Allah dan diri-Nya. Hal ini benar dalam arti yang rangkap – dan Yesus mengetahuinya: 

(a). Penyembuhan itu pasti akan menyebabkan manusia bisa melihat kemuliaan Allah dalam tindakan-Nya. 

(b) Akan tetapi masih ada hal lain lagi. Di dalam Injil keempat ini Yesus tiap kali dia menceritakan tentang kemuliaan-Nya yang dihubungkan dengan Salib.

Yohanes memberitahu kita dalam Yohanes 7:39 bahwa Roh itu belum datang karena Yesus belum dimuliakan, artinya, karena Ia belum mati di kayu Salib-Nya. Ketika orang-orang Yunani datang kepadanya, Yesus berkata: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan" (Yohanes 12:23). Dan tentang Salib-Nya dia berbicara, karena dia langsung berbicara tentang biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati. Dalam Yohanes 12:16 Yohanes mengatakan bahwa para murid mengingat hal-hal ini setelah Yesus dimuliakan, yaitu setelah Dia mati dan bangkit kembali.

Dalam Injil Ke-empat jelas bahwa Yesus menganggap Salib sebagai kemuliaan tertinggi-Nya dan sebagai jalan menuju kemuliaan. Jadi ketika dia mengatakan bahwa penyembuhan Lazarus akan memuliakan dia, dia menunjukkan bahwa dia tahu betul bahwa pergi ke Betania dan menyembuhkan Lazarus berarti mengambil langkah yang akan berakhir di Salib, dan memang sungguh demikian. Dengan mata terbuka Yesus menerima Salib untuk menolong sahabat-Nya. Dia mengetahui harga yang harus dibayar untuk menolong dan Dia bersedia untuk membayarnya.

Jika pencobaan atau penderitaan datang kepada kita, khususnya jika itu disebabkan karena kesetiaan kita kepada Yesus, pandangan dunia tentang memikul salib akan berbeda jika kita memandang Salib itu sebagai kemuliaan, dan satu-satunya jalan menuju kesukaan yang lebih besar lagi. Bagi Yesus, tidak ada jalan lain yang menuju kepada kemuliaan selain daripada Salib, dan oleh karena itu Salib itu harus ada juga pada mereka yang mengikuti Yesus.

[ II ]. MASIH ADA WAKTU TETAPI TIDAK BANYAK.

“Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” (Yohanes 11:6-10)

Kita mungkin merasa heran bahwa Yohanes menunjukkan kepada kita bahwa Yesus tinggal selama dua hari penuh di mana dia berada ketika dia menerima berita tentang Lazarus. Ada beberapa pendapat mengenai hal ini: 

(1) Pendapat bahwa Yesus sengaja menunggu dan menunda keberangkatannya ke Betania, sehingga ketika Ia tiba di Betania Lazarus pasti sudah mati; 

(2) Pendapat lain mengatakan, bahwa Yesus memang sengaja mengulur waktu, sehingga ketika waktunya tiba, maka mukjizat yang Dia lakukan akan menjadi lebih mengesankan. Keajaiban menghidupkan kembali seorang pria yang telah mati selama empat hari akan menjadi berita yang spektakuler; 

(3) Alasan sebenarnya mengapa Yohanes menceritakan kisah dengan cara ini adalah karena dia selalu menunjukkan kepada kita bahwa Yesus mengambil tindakan sepenuhnya atas inisiatifnya sendiri dan bukan atas bujukan orang lain.

Dalam kisah mengubah air menjadi anggur di Kana di Galilea (Yohanes 2: 1-11 ) Yohanes menunjukkan kepada kita Maria datang kepada Yesus dan menceritakan masalahnya. Jawaban pertama Yesus kepada Maria adalah: "Jangan repot-repot tentang ini. Biarkan saya menanganinya dengan cara saya sendiri." Dia mengambil tindakan, bukan karena dia dibujuk atau dipaksa untuk melakukannya, tetapi sepenuhnya atas inisiatifnya sendiri.


Ketika Yohanes menceritakan kisah saudara-saudara Yesus yang mencoba menantangnya untuk pergi ke Yerusalem ( Yohanes 7:1-10), ia menunjukkan kepada kita Yesus pada awalnya menolak untuk pergi ke Yerusalem dan kemudian pergi pada waktu-Nya sendiri. Itu selalu menjadi tujuan Yohanes untuk menunjukkan bahwa Yesus melakukan sesuatu, bukan karena Ia ditekan untuk melakukannya, tetapi karena Dia memilih untuk melakukannya pada waktu-Nya sendiri.

Itulah yang dilakukan Yohanes, dan ini adalah peringatan bagi kita. Sering kali kita ingin Yesus melakukan sesuatu dengan cara kita; kita harus membiarkan dia melakukannya dengan cara-Nya sendiri. “Biarkan Aku menanganinya dengan cara-Ku sendiri." Dia mengambil tindakan, bukan karena dia dibujuk atau dipaksa untuk melakukannya, tetapi sepenuhnya atas inisiatifnya sendiri. Sering kali kita ingin Yesus melakukan sesuatu dengan cara kita; kita harus membiarkan dia melakukannya dengan cara-Nya sendiri.

Ketika Yesus akhirnya mengumumkan bahwa Ia akan pergi ke Yudea, murid-murid-Nya terkejut dan terhuyung-huyung. Mereka ingat bahwa terakhir kali dia berada di sana, orang-orang Yahudi berusaha mencari cara untuk membunuhnya. Pergi ke Yudea pada waktu itu bagi mereka - seperti yang dikatakan secara manusiawi - cara yang paling pasti untuk bunuh diri.

Kemudian Yesus mengatakan sesuatu yang mengandung kebenaran yang agung dan permanen. "Apakah tidak ada," dia bertanya, "dua belas jam dalam sehari?" Ada tiga kebenaran besar yang tersirat dalam pertanyaan itu.

(1). Suatu hari tidak bisa berakhir sebelum waktunya. Ada dua belas jam dalam sehari, dan mereka harus mengakhiri tak peduli apa yang terjadi. Periode hari itu tetap, dan tidak ada yang bisa memperpendek atau memperpanjangnya. Di dalam pengaturan waktu oleh Tuhan, manusia mempunyai harinya, entah itu pendek atau panjang.

(2). Jika ada dua belas jam dalam sehari, maka ada cukup waktu untuk segala sesuatu yang harus dilakukan manusia. Tidak perlu terburu-buru.

(3). Tetapi, meskipun ada dua belas jam dalam sehari, hanya ada dua belas jam. Itu tidak dapat diperpanjang; dan oleh karena itu, waktu tidak dapat disia-siakan. Ada cukup waktu, tetapi tidak terlalu banyak; waktu yang kita miliki harus digunakan dengan maksimal.

Tidak ada apa pun di dalam dunia ini yang dapat memberi kelonggaran waktu kepada manusia. Inilah kenyataan yang paling mengerikan dalam kehidupan manusia. Ada dua belas jam pada satu hari – akan tetapi juga hanya dua belas jam. Tidak ada keperluan untuk tergesa-gesa, akan tetapi benar juga tidak ada kesempatan untuk membuang-buang waktu. Ada waktu cukup dalam kehidupan, akan tetapi tidak pernah ada waktu untuk dibuang-buang percuma.

[ III ]. SIANG DAN MALAM.

Yesus melanjutkan dengan menjabarkan lebih lanjut tentang apa yang telah dikatakan-Nya mengenai waktu. Yesus berkata bahwa jika seseorang berjalan dalam terang, ia tidak akan tersandung; tetapi jika dia mencoba berjalan di dalam gelap, ia akan tersandung.

Yohanes sekali lagi mengatakan tentang hal-hal yang mempunyai dua arti, yang satu yang berada pada permukaan dan adalah benar; dan yang lain yang berada di bawah permukaan yang bahkan lebih benar.

(1). Ada makna permukaan yang sepenuhnya benar dan yang harus kita pelajari. Hari Yahudi, seperti hari Romawi, dibagi menjadi dua belas jam yang sama, dari matahari terbit sampai terbenam. Itu tentu saja berarti bahwa lamanya satu jam bervariasi menurut panjang hari dan musim dalam setahun. Secara dangkal, Yesus hanya bermaksud bahwa seseorang tidak akan tersandung ketika matahari bersinar, tetapi ketika hari menjadi gelap dia tidak akan dapat melihat jalan. Tidak ada penerangan jalan pada masa itu, setidaknya tidak di tempat-tempat pedesaan. Dengan tibanya waktu malam, maka waktu untuk perjalanan terpaksa harus berakhir.

Yesus berkata bahwa seseorang harus menyelesaikan pekerjaannya pada siang hari, karena jika malam tiba pekerjaannya harus sudah selesai. Jika seseorang memiliki satu keinginan, mungkin saja dia akan sampai di penghujung hari dengan pekerjaannya yang selesai. Keresahan dan kesibukan hidup sering kali hanya karena kita berusaha mengejar pekerjaan yang seharusnya sudah selesai. Seseorang harus menghabiskan modal waktunya yang berharga dan tidak menyia-nyiakannya untuk pemborosan yang tidak berguna, betapa pun menyenangkannya, sehingga pada akhir setiap hari dia tidak pernah kekurangan waktu.

(2). Akan tetapi di bawah arti yang dangkal itu, masih ada arti yang lain. Siapa yang bisa mendengar ungkapan “Akulah terang dunia” tanpa menghubungkannya dengan Yesus? Berkali-kali Yohanes menggunakan kata-kata “gelap” dan “malam” untuk menggambarkan kehidupan tanpa Kristus, kehidupan yang didominasi oleh kejahatan.


Dalam kisah dramatisnya tentang Perjamuan Terakhir, Yohanes menggambarkan bagaimana Yudas keluar untuk mengatur pengkhianatan itu. Maka setelah menerima bagian rotinya, dia segera pergi dan pada waktu itu hari sudah malam (Yohanes 13:30). Malam hari itulah waktunya orang pergi meninggalkan Kristus dan kejahatan menguasai dia.

Berita Injil didasarkan atas kasih Allah; akan tetapi entah kita suka atau tidak suka, pada intinya ada ancaman juga. Manusia mempunyai cukup banyak waktu untuk berdamai dengan Allah melalui Kristus; dan jika ia tidak berbuat demikian, maka penghakiman menyusul. Maka Yesus berkata, “Selesaikanlah pekerjaan yang terbesar, selesaikanlah pekerjaan untuk berdamai dengan Allah sementara engkau mempunyai terang dunia, sebab waktunya akan datang bahwa bagimu juga malam hari akan tiba dan pada waktu itu engkau sudah terlambat.”

Tidak ada Injil lain yang begitu yakin bahwa Tuhan mengasihi dunia ini seperti Injil yang Ke-empat ini; akan tetapi tidak ada Injil lain juga yang begitu yakin bahwa kasih itu mungkin dapat ditolak. Di sini ada dua catatan: kemuliaan keberadaan di dalam waktu, dan tragedi karena sudah terlambat.
Next Post Previous Post