YOHANES 11: 1-45: YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (3)

MUJIZAT YESUS KRISTUS : YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (3/SELESAI)

[ VII ]. KEBANGKITAN DAN HIDUP (2)

“Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 11:25-27)
YOHANES 11: 1-45: YESUS MEMBANGKITKAN LAZARUS (3)
Ketika Marta menyatakan kepercayaannya sesuai dengan iman orang Yahudi yang ortodoks tentang kehidupan sesudah kematian, tiba-tiba Yesus mengatakan sesuatu yang memberi kehidupan dan makna yang baru kepada kepercayaan itu. "Akulah Kebangkitan dan Hidup," katanya. "Barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”

Apa sebenarnya yang dia maksud? Bahkan pemikiran seumur hidup tidak akan mengungkapkan arti penuh dari perkataan Yesus ini; tetapi kita harus mencoba untuk menangkapnya sebanyak yang kita bisa. Satu hal yang jelas - Yesus tidak berpikir dalam hal kehidupan fisik; karena, berbicara secara fisik, tidak benar bahwa orang yang percaya kepadanya tidak akan pernah mati. Orang Kristen mengalami kematian fisik seperti yang dialami orang lain. Kita harus mencari makna yang lebih dari sekadar makna fisik.

[1]. Yesus sedang memikirkan kematian akibat dosa. Dia berkata: "Bahkan jika seseorang mati dalam dosa, bahkan jika, melalui dosa-dosanya, dia telah kehilangan semua yang membuat hidup layak disebut kehidupan, Aku dapat membuatnya hidup kembali." Dalam hal fakta sejarah itu banyak benarnya.

Seseorang bisa menjadi begitu memikirkan kebutuhan diri sendiri saja sehingga dia mati untuk kebutuhan orang lain. Seseorang bisa menjadi begitu tanpa perasaan sehingga dia mati terhadap perasaan-perasaan orang lain. Seseorang bisa menjadi begitu terlibat dalam ketidakjujuran kecil dan ketidaksetiaan kecil dalam hidup, sehingga dia sudah mati terhadap kehormatan. Seseorang bisa menjadi begitu putus asa sehingga dia dipenuhi oleh kematian rohani. Yesus Kristus dapat membangkitkan orang-orang ini. Kesaksian sejarah adalah bahwa Dia telah membangkitkan berjuta-juta orang semacam itu, dan sentuhan-Nya tidak kehilangan kuat-kuasa-Nya seperti zaman kuno itu.

(2). Yesus juga berpikir tentang kehidupan yang akan datang. Dia memberikan jaminan dalam hidup manusia bahwa kematian bukanlah akhir segala sesuatu.

Melalui Yesus Kristus kita tahu bahwa kita sedang dalam perjalanan, bukan menuju senja, melainkan menuju fajar; kita tahu, bahwa kematian adalah pintu gerbang di kaki langit. Dalam arti yang sebenarnya, kita bukan pada jalan yang menuju kematian, melainkan yang menuju ke kehidupan.
Bagaimana ini terjadi? Itu terjadi ketika kita percaya kepada Yesus Kristus. Apa artinya? Percaya kepada Yesus berarti menerima segala sesuatu yang Yesus katakan sebagai mutlak benar, dan memper-taruhkan hidup kita di atasnya dalam kepercayaan yang sempurna. Ketika kita melakukan itu, kita memasuki dua hubungan baru:

(1). Kita memasuki hubungan baru dengan Allah. 

Ketika kita percaya bahwa Allah adalah seperti yang Yesus katakan kepada kita, maka kita menjadi benar-benar yakin akan kasih-Nya; kita menjadi benar-benar yakin bahwa Dia di atas segalanya adalah Allah yang menyelamatkan. Ketakutan akan kematian lenyap, karena kematian berarti membawa kita kepada Dia yang mencintai jiwa-jiwa manusia.

(2). Kita memasuki hubungan baru dengan kehidupan. 

Ketika kita menerima jalan Yesus, ketika kita menerima perintah-perintah-Nya sebagai hukum-hukum kita, dan ketika kita menyadari bahwa Dia ada untuk membantu kita hidup seperti yang Dia perintahkan, hidup menjadi sesuatu yang baru. Hidup itu diliputi oleh keindahan yang baru, Itu dibalut dengan keindahan baru, kemenarikan yang baru, dan kekuatan yang baru. Dan ketika kita menerima jalan Kristus menjadi jalan kita, kehidupan akan menjadi sesuatu yang indah sehingga kita tidak bisa memahami akhirnya sebagai sesuatu yang tidak lengkap.

Jika kita percaya kepada Yesus, jika kita menerima apa yang Dia katakan tentang Allah dan tentang kehidupan dan segala sesuatu dipancangkan di atasnya, sebenarnya kita kita telah dibangkitkan karena kita dilepaskan dari rasa takut yang menjadi ciri kehidupan tanpa Tuhan; kita dilepaskan dari frustrasi yang menjadi ciri dari kehidupan yang ditunggangi oleh dosa; kita dilepaskan dari kesia-siaan hidup tanpa Kristus. Kehidupan dibangkitkan dari kematian akibat dosa dan menjadi begitu kaya sehingga tidak bisa mati, melainkan mendapatkan di dalam kematian, jembatan yang menuju kepada kehidupan yang lebih tinggi.

[ VIII ]. EMOSI YESUS.

“Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.” (Yohanes 11:28-33)

Marta kembali ke rumah untuk memberitahu Maria bahwa Yesus telah datang. Dia ingin memberikan berita itu kepadanya secara diam-diam, tanpa memberi tahu para pengunjung, karena dia ingin Maria memiliki waktu sendirian bersama Yesus, sebelum orang banyak mengerumuni mereka dan tidak memungkinkan adanya keleluasaan pribadi.

Akan tetapi, ketika para pengunjung melihat Maria bangkit dengan cepat dan keluar, mereka langsung mengira bahwa dia telah pergi mengunjungi makam Lazarus. Sudah menjadi kebiasaan, terutama bagi para wanita, selama seminggu setelah penguburan pergi ke makam untuk menangis pada setiap kesempatan yang ada. Sambutan Maria persis sama dengan sambutan Marta. Seandainya Yesus sudah tiba pada waktunya, Lazarus pasti masih hidup.

Yesus melihat Maria dan semua orang yang bersimpati menangis. Kita harus ingat bahwa ini bukanlah tangisan yang lembut. Itu akan menjadi ratapan dan jeritan yang hampir histeris, karena menurut pandangan Yahudi, semakin tak terkendali tangisan, semakin besar kehormatan yang diberikan kepada orang mati.

Sekarang kita memiliki kesulitan masalah terjemahan. Kata yang diterjemahkan oleh King James Version dan Revised Standard Version sebagai “semangat yang sangat dalam” berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani, “embrimasthai”. 

Kata ini digunakan tiga kali dalam Perjanjian Baru. 

Pertama, kata ini digunakan dalam Matius 9:30 ketika Yesus dengan tegas memerintahkan orang-orang buta untuk tidak mempublikasikan di muka umum bahwa Yesus telah menyembuhkan dia. 

Kedua, kata ini juga digunakan dalam Markus 1:43 ketika Yesus dengan tegas meminta si penderita kusta untuk tidak mempublikasikan di muka umum bahwa Dia telah menyembuhkannya. 

Yang ketiga, kata ini juga digunakan dalam Markus 14:5 ketika para penonton mencela wanita yang mengurapi kepala Yesus dengan minyak urapan yang mahal itu, karena mereka mengira bahwa perbuatan kasih ini adalah pemborosan yang sia-sia. Dalam setiap contoh ini, kata “embrimasthai” itu memiliki ketegasan tertentu, hampir kemarahan, di dalamnya. Ini lebih berarti menegur, memberi perintah tegas. Beberapa orang ingin mengikuti pengertian ini dan menerjemahkannya: “Yesus didorong untuk marah dalam roh.”

Mengapa kemarahan? Diduga bahwa tampilan air mata oleh para pengunjung Yahudi ke Betania adalah kemunafikan belaka, bahwa kesedihan buatan ini membangkitkan murka Yesus. Ada kemungkinan bahwa ini benar dari para pengunjung, meskipun tidak ada indikasi bahwa kesedihan mereka adalah palsu belaka.

Tetapi dugaan itu jelas tidak bisa ditujukan kepada Marta dan Maria, sehingga kata “embrimasthai” tidak bisa ditujukan kepada mereka. Revised Standard Version menerjemahkan “Yesus sangat tersentuh dalam roh.” Sekalipun tidak tepat, yang pasti adalah ada emosi yang begitu dalam menguasai Yesus sehingga erangan yang tidak disengaja keluar dari hati-Nya. Inilah salah satu hal yang paling berharga dalam Injil. Begitu dalam Yesus merasakan kesedihan manusia sehingga hatinya diliputi kesedihan.

Bagi siapa pun, orang Yunani yang membaca ini - dan kita harus ingat bahwa Injil Ke-empat ini ditulis untuk orang Yunani - ini akan menjadi gambaran yang mengejutkan dan luar biasa. Yohanes telah menulis seluruh Injilnya dengan tema bahwa di dalam Yesus kita melihat pikiran Allah. Dia menunjukkan kepada kita, Allah yang hati-Nya diperas oleh rasa kesedihan, demi kesedihan bangsa-Nya. Hal yang terbesar yang dilakukan oleh Yesus adalah menyampaikan berita kepada kita, bahwa Tuhan adalah Allah yang memedulikan dan memelihara kita.

[ IX ]. SUARA YANG MEMBANGKITKAN ORANG MATI.

“Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.” (Yohanes 11:33-45)

Kita sampai pada adegan terakhir. Sekali lagi kita kita diberi gambaran tentang Yesus yang diperas oleh rasa kesedihan, sambil ikut merasakan kesedihan hati manusia. Bagi seorang pembaca Yunani, kalimat yang berbunyi: “ Dan menangislah Yesus” merupakan bagian yang paling mengherankan dalam cerita yang menakjubkan ini. Bahwa Anak manusia dapat menangis, hal itu hampir tidak dapat dipercaya.

Kita harus bisa menggambarkan sebuah makam yang biasa di Palestina. Makam itu merupakan sebuah gua alamiah atau lubang yang dibuat di dalam batu karang. Ada lubang untuk masuk dan di sini usungan jenazah diletakkan. Di sebelah belakangnya ada sebuah ruangan yang biasanya berukuran panjang enam kaki, lebar sembilan kaki, dan tinggi sepuluh kaki. Biasanya ada delapan rak yang ditatah di dalam batu karang, tiga pada tiap sisi dan dua di tembok yang menghadap kepada lubang masuk, dan pada rak inilah mayat itu dibar8ingkan. Tubuhnya dibungkus dengan kain lenan dan kepalanya dibungkus tersendiri. Makam itu tidak mempunyai pintu, tetapi di depan lubang itu adalah semak dan di dalamnya ada batu besar dan bundar seperti roda kereta yang dapat digulingkan menutupi lubang masuk itu dan memeteraikan kuburan itu.

Yesus minta agar batu itu digulingkan. Marta hanya dapat memikirkan satu alasan untuk membuka kubur itu, bahwa Yesus ingin melihat wajah sahabatnya yang telah meninggal untuk terakhir kalinya. Marta tidak melihat penghiburan di sana. Dia menunjukkan bahwa Lazarus telah berada di dalam kubur selama empat hari. Intinya adalah ini. Itu adalah kepercayaan Yahudi bahwa roh orang yang telah meninggal melayang-layang di sekitar makamnya selama empat hari, mencari jalan masuk lagi ke dalam tubuhnya. Namun setelah empat hari akhirnya arwah tersebut pergi karena jasad tersebut sudah sangat membusuk sehingga tidak dapat dikenali lagi.

Kemudian Yesus mengucapkan kata-kata perintah-Nya yang bahkan kuasa maut pun tidak berdaya untuk menentangnya. “Lazarus, marilah keluar!” Dan Lazarus keluar. Merupakan hal yang mengerikan untuk memikirkan tubuh yang terbungkus itu terhuyung-huyung jalan keluar dari makam. Yesus memerintahkan mereka untuk membuka kain-kain bungkusan mayat itu dan membiarkan ia pergi. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan:

(1). Yesus berdoa. Kuasa yang mengalir daripada diri-Nya bukanlah kuasa-Nya sendiri, melainkan kuasa Allah. Inilah mukjizat Allah.

(2). Yesus hanya mencari kemuliaan Allah. Dia tidak melakukannya untuk kemuliaan diri-Nya sendiri. Ketika nabi Elia bertanding dengan nabi-nabi Baal, dia berdoa, “Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." (1 Raja-raja 18:37).

Segala apa yang Yesus lakukan adalah karena kuasa Allah dan dimaksudkan bagi kemuliaaan Allah. Betapa bedanya dengan manusia! Begitu banyak yang kita lakukan dengan kekuatan diri sendiri. Mungkin akan ada lebih banyak mukjizat lagi di dalam hidup kita, jika kita berhenti berbuat dengan kekuatan diri kita sendiri dan untuk kepentingan dir5i kita sendiri, dan sebaliknya menempatkan Tuhan pada tempat yang sentral dalam hidup kita.

[ X ]. KEBANGKITAN LAZARUS.

“Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.” (Yohanes 11:43-45)

Peristiwa kebangkitan Lazarus itu berlangsung sebagaimana yang telah dimaksudkan: “Orang yang telah mati itu datang ke luar,” (ayat 44). Kuasa mengikuti Firman Kristus untuk menyatukan jiwa dan raga Lazarus, dan ia pun datang ke luar. Mujizat tersebut digambarkan tidak dengan merincikan asal muasalnya yang tidak kelihatan supaya rasa penasaran kita terjawab, tetapi melalui hasilnya yang tampak, supaya iman kita boleh diteguhkan karenanya. Apakah ada orang yang bertanya di mana jiwa Lazarus berada selama empat hari saat terpisah dari raganya? Kita tidak diberi tahu mengenai hal itu, tetapi kita memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa jiwanya ada di Firdaus, dalam sukacita dan kegembiraan.

Tetapi kita mungkin ingin berkata, "Bukankah itu menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan bagi Lazarus karena menyebabkan jiwanya kembali lagi ke dalam penjara tubuh jasmani?" Sekalipun demikian, hal itu terjadi demi kehormatan Kristus dan kepentingan kerajaan-Nya, sehingga bagi Lazarus, hal itu pun tidak lebih dari siksaan yang harus dialami oleh Rasul Paulus yang harus terus merasakan duri dalam dagingnya saat ia tahu bahwa pergi menghadap Kristus tentunya akan jauh lebih menyenangkan.

Jika ada yang bertanya kepada Lazarus setelah ia dibangkitkan, apakah ia dapat menceritakan atau menggambarkan bagaimana jiwanya keluar atau bersatu kembali dengan tubuhnya, atau apa yang dilihatnya di dunia lain, saya kira perubahan-perubahan itu tidaklah dapat dijelaskan oleh dia, sehingga ia pun akan setuju dengan pernyataan Paulus, "Entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh, aku tidak tahu." Juga, apa yang ia lihat dan dengar, mungkin saja hal itu memang tidak diperbolehkan atau tidak mungkin diungkapkan.

Dalam dunia yang penuh dengan logika, kita tidak bisa memahami gagasan-gagasan yang memadai mengenai dunia roh dan perkara yang terjadi di dalamnya, apalagi menyampaikannya kepada orang lain. Biarlah kita tidak menjadi terlalu bernafsu untuk mengetahui lebih dari apa yang telah dicatatkan bagi kita mengenai kebangkitan Lazarus, selain bahwa orang yang telah mati itu datang ke luar.

Sebagian orang mengamati bahwa sekalipun kita dapat membaca kisah tentang banyak orang yang dibangkitkan dari kematian, yang tidak diragukan lagi bergaul karib dengan orang lain setelah mereka bangkit, Kitab Suci tidak mencatatkan satu pun perkataan yang mereka ucapkan setelah kejadian itu, selain yang terlontar dari mulut Tuhan Yesus sendiri.
Mujizat kebangkitan itu dilaksanakan:

[1]. Dengan segera. 

Tidak ada apa pun yang terjadi di antara seruan marilah ke luar dengan hasilnya, ia datang ke luar. Dictum factum -- segera terjadi setelah dikatakan. Biarlah kehidupan datang, dan kehidupan pun benar-benar datang. Demikianlah perubahan akibat kebangkitan itu akan terjadi dalam sekejap mata (1 Korintus 15:52). Kuasa maha besar yang sanggup melakukan hal itu sanggup juga melakukannya dalam sekejap: “maka Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut. Aku akan datang saat dipanggil, sebagaimana Lazarus, ya, Tuhan.”

[2]. Dengan sempurna. 

Tubuh Lazarus dibangkitkan secara menyeluruh sampai-sampai ia bangun dari kuburnya dalam keadaan yang sehat walafiat, seolah-olah ia baru saja bangun dari ranjangnya. Dia bukan saja kembali menjadi hidup, tetapi juga dalam keadaan bugar. Dia tidak dibangkitkan dalam keadaan sakit seperti dulu, melainkan untuk hidup sebagaimana orang-orang lainnya.

[3]. Dengan diiringi mukjizat tambahan lain ini, sebagaimana yang dipikirkan beberapa orang, yaitu bahwa Lazarus keluar dari kuburnya sekalipun ia masih terbebat kain lenan, yang mengikat kaki dan tangannya, dan mukanya tertutup dengan kain peluh (Memang demikianlah cara orang Yahudi menguburkan orang mati). Lazarus pun keluar dalam balutan yang sama yang ia pakai saat ia dikuburkan, supaya nyata bahwa dia memang benar-benar Lazarus dan bukan orang lain, dan bahwa ia bukan saja hidup, tetapi juga sehat dan mampu berjalan, sekalipun ia masih terbebat kain kapan. Kain peluh yang menutupi mukanya juga membuktikan bahwa ia telah benar-benar mati, sebab jika tidak demikian, pasti ia juga tidak akan bertahan hidup karena kain itu telah membekapnya selama beberapa hari. Orang-orang yang menonton di sana membuka ikatan kain itu dan mengurusinya, dan dapat melihat bahwa itu benar-benar Lazarus, sehingga mereka pun menjadi saksi dari mukjizat itu.


Akhirnya yang perlu kita perhatikan adalah : Pertama, betapa sedikitnya yang kita bawa bersama-sama dengan kita saat kita meninggalkan dunia ini, hanya sehelai lilitan kain dan sebuah peti mati. Tidak perlu berganti pakaian dalam kubur, hanya perlu sehelai kain kafan saja. Kedua, bagaimana keadaan kita nanti di dalam kubur. Hikmat atau rupa seperti apakah yang kiranya terdapat di tempat di mana kita menutup mata, dan apalah gunanya tangan dan kaki yang terbebat?

Begitulah yang akan terjadi dalam kubur, tempat yang kita tuju itu. Saat Lazarus keluar dengan tersandung-sandung dan merasa malu berada dalam balutan kain kapan itu, kita mungkin dapat membayangkan betapa takut dan terkejutnya orang-orang yang ada di sana melihat hal itu. Kita pun akan merasa demikian bila melihat seorang yang mati hidup lagi. Tetapi Kristus, untuk mencairkan suasana, menyuruh mereka untuk segera bekerja: "Bukalah kain-kain itu, longgarkan ikatan kain kapan yang membebatnya supaya ia dapat memakainya seperti pakaian biasa sampai ia tiba di rumahnya sendiri. Ia akan pergi sendiri ke sana dengan pakaian itu, tanpa harus diantar atau dituntun siapa pun."
Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, pengangkatan Henokh dan Elia merupakan penggambaran dari keadaan di masa depan yang masih kabur, demikian pula kebangkitan Lazarus dalam Perjanjian Baru dimaksudkan untuk meneguhkan ajaran mengenai kebangkitan orang mati. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29b).

Yohanes sengaja mencantumkan kisah kebangkitan Lazarus ini untuk menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh Mesias yang diutus Allah, untuk membangkitkan manusia yang mati, menuju hidup kekal di dalam Allah. Kebangkitan Lazarus menjadi kesaksian akan kuasa kebangkitan tersebut.
Kiranya kita, umat-Nya masa kini dengan bersandarkan kepada firman-Nya yang tertulis di dalam Alkitab, dengan iman menaruh kepercayaan penuh kepada Dia yang berkuasa mengalahkan dosa dan maut. Kehadiran-Nya dalam hidup kita menghasilkan kualitas hidup yang berkemenangan. Amin.
Next Post Previous Post