Anugerah, Kebenaran, dan Kemuliaan (Yohanes 1:14)
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Ayat di atas mungkin merupakan satu-satunya ayat yang terbesar di dalam Perjanjian Baru, dan karena itu kita perlu mempelajarinya lebih jauh agar kita bisa lebih mengenal kekayaan isinya.
Kita telah melihat bahwa Yohanes memakai beberapa kata yang penting di dalam tulisannya. Kata-kata tersebut muncul terus-menerus dan menguasai pikirannya, dan menjadi pokok atau thema berita yang diuraikannya. Ada tiga kata penting lagi yang juga dipakai oleh Yohanes.
(𝟏) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐮𝐠𝐞𝐫𝐚𝐡.
Kata “anugerah” ini mengandung dua pikiran pokok:
Ayat di atas mungkin merupakan satu-satunya ayat yang terbesar di dalam Perjanjian Baru, dan karena itu kita perlu mempelajarinya lebih jauh agar kita bisa lebih mengenal kekayaan isinya.
(𝟏) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐮𝐠𝐞𝐫𝐚𝐡.
Kata “anugerah” ini mengandung dua pikiran pokok:
(a) Pikiran pokok yang pertama adalah adanya sesuatu yang diterimakan kepada seseorang, meskipun orang tersebut sebenarnya tidak pantas dan tidak berhak menerimanya.
Kata “anugerah” mengandung arti adanya sesuatu yang kita terima meskipun sebenarnya kita tidak akan pernah dapat memperolehnya melalui usaha dan bagi diri kita sendiri. Kenyataan bahwa Allah telah datang ke dalam dunia untuk hidup dan mati bagi manusia bukan suatu hal yang terjadi karena usaha atau hak manusia. Kenyataan itu terjadi semata-mata karena kasih yang sejati dari Allah saja. Kata “anugerah” menekankan dua hal sekaligus, yaitu kenistaan manusia dan kebaikan Allah yang tanpa batas.
(b) Pikiran pokok yang kedua adalah keindahan.
Di dalam bahasa Yunani modern kata “anugerah” berarti “indah, menarik hati”. Di dalam Yesus kita melihat bahwa Allah itu benar-benar menarik hati. Dahulu orang selalu berpikir tentang Allah dalam hubungan-Nya dengan soal kuasa, kebesaran atau keagungan, kekuatan dan hukuman. Mereka terpancang pada pikiran tentang kuasa Allah yang akan menghancurkan semua lawan dan mengalahkan semua pemberontakan. Tetapi di dalam Yesus kita semua diperhadapkan dengan kasih Allah yang lembut.
(𝟐) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧.
Kata ini merupakan salah satu kata yang paling banyak dipakai di dalam Injil Yohanes. Kita seringkali menemuinya di situ. Secara singkat saja kita akan mempelajari dan mencatat apa yang dikatakan oleh Yohanes tentang Yesus dan kebenaran.
(a) Yesus adalah perwujudan dari kebenaran.
Kata “anugerah” mengandung arti adanya sesuatu yang kita terima meskipun sebenarnya kita tidak akan pernah dapat memperolehnya melalui usaha dan bagi diri kita sendiri. Kenyataan bahwa Allah telah datang ke dalam dunia untuk hidup dan mati bagi manusia bukan suatu hal yang terjadi karena usaha atau hak manusia. Kenyataan itu terjadi semata-mata karena kasih yang sejati dari Allah saja. Kata “anugerah” menekankan dua hal sekaligus, yaitu kenistaan manusia dan kebaikan Allah yang tanpa batas.
(b) Pikiran pokok yang kedua adalah keindahan.
Di dalam bahasa Yunani modern kata “anugerah” berarti “indah, menarik hati”. Di dalam Yesus kita melihat bahwa Allah itu benar-benar menarik hati. Dahulu orang selalu berpikir tentang Allah dalam hubungan-Nya dengan soal kuasa, kebesaran atau keagungan, kekuatan dan hukuman. Mereka terpancang pada pikiran tentang kuasa Allah yang akan menghancurkan semua lawan dan mengalahkan semua pemberontakan. Tetapi di dalam Yesus kita semua diperhadapkan dengan kasih Allah yang lembut.
(𝟐) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧.
Kata ini merupakan salah satu kata yang paling banyak dipakai di dalam Injil Yohanes. Kita seringkali menemuinya di situ. Secara singkat saja kita akan mempelajari dan mencatat apa yang dikatakan oleh Yohanes tentang Yesus dan kebenaran.
(a) Yesus adalah perwujudan dari kebenaran.
Ia berkata: “Akulah kebenaran.” (Yohanes 14:6). Untuk melihat kebenaran kita harus melihat Yesus. Bagi setiap orang biasa hal ini merupakan sesuatu yang indah dan kekal. Memang ada orang yang sanggup mengerti hal-hal yang abstrak, tetapi kebanyakan orang lebih mudah berpikir dengan gambaran yang nyata. Kita bisa berbicara panjang lebar tentang keindahan secara abstrak, yang akhirnya akan membawa kita kepada definisi yang mendekati arti keindahan. Tetapi kalau kita dapat secara nyata menunjukkan benda yang indah, maka semuanya menjadi lebih jelas.
Sejak manusia mulai berpikir tentang Allah, manusia telah mencoba untuk membuat definisi tentang siapa dan apa Allah itu. Tetapi akal dan pikiran mereka yang kerdil itu tidak pernah sampai kepada definisi yang diinginkannya. Sekarang kita bisa menghentikan semua usaha tersebut lalu melihat kepada Yesus Kristus serta berkata: “Yesus itulah Allah”. Yesus datang kepada manusia untuk memperlihatkan Allah itu kepada manusia, sehingga orang-orang yang biasa maupun para ahli pikir sama-sama boleh mengenal Allah seakrab mungkin.
(b) Yesus adalah pewarta atau penyampai (komunikator) kebenaran.
Sejak manusia mulai berpikir tentang Allah, manusia telah mencoba untuk membuat definisi tentang siapa dan apa Allah itu. Tetapi akal dan pikiran mereka yang kerdil itu tidak pernah sampai kepada definisi yang diinginkannya. Sekarang kita bisa menghentikan semua usaha tersebut lalu melihat kepada Yesus Kristus serta berkata: “Yesus itulah Allah”. Yesus datang kepada manusia untuk memperlihatkan Allah itu kepada manusia, sehingga orang-orang yang biasa maupun para ahli pikir sama-sama boleh mengenal Allah seakrab mungkin.
(b) Yesus adalah pewarta atau penyampai (komunikator) kebenaran.
Ia memberitahu para murid-Nya, bahwa jika mereka tetap bersama-Nya mereka akan mengetahui kebenaran (Yohanes 8:31). Ia memberitahu Pilatus bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dunia ini adalah menyaksikan kebenaran (Yohanes 18:37).
Orang tentu akan mengerumuni guru atau pengkhotbah yang benar-benar bisa memberi mereka bimbingan yang kuat dan teguh di dalam urusan hidup dan pikiran yang kacau. Yesus adalah tokoh yang demikian itu. Dialah yang menyingkap tabir bayang-bayang dan menjadikan semuanya terang. Dialah yang menunjukkan jalan yang benar bagi kita di tengah-tengah kesimpang-siuran hidup. Dialah yang memampukan kita menentukan pilihan yang benar di tengah-tengah kebingungan untuk mengambil keputusan. Dialah yang memberitahu kita tentang apa yang harus dipercaya di tengah-tengah suara-suara yang menyesatkan.
(c) Bahkan ketika Yesus meninggalkan dunia ini secara badaniah, Roh-Nya masih tetap bersama kita untuk membimbing kita ke dalam kebenaran.Roh Yesus adalah Roh Kebenaran (Yohanes 14:16; 15:26; 16:13). Dia tidak hanya meninggalkan sebuah buku petunjuk dan sejumlah ajaran. Untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan, kita tidak perlu harus meneliti buku-buku pegangan yang sering sulit dimengerti. Sekarang pun, kalau kita ingin tahu apa yang harus kita lakukan bisa bertanya kepada Yesus, karena Roh-Nya benar-benar ada bersama kita. Roh-Nya akan senantiasa berdiam di dalam diri setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
(d) Kebenaran itu memerdekakan kita (Yohanes 8:32).
Orang tentu akan mengerumuni guru atau pengkhotbah yang benar-benar bisa memberi mereka bimbingan yang kuat dan teguh di dalam urusan hidup dan pikiran yang kacau. Yesus adalah tokoh yang demikian itu. Dialah yang menyingkap tabir bayang-bayang dan menjadikan semuanya terang. Dialah yang menunjukkan jalan yang benar bagi kita di tengah-tengah kesimpang-siuran hidup. Dialah yang memampukan kita menentukan pilihan yang benar di tengah-tengah kebingungan untuk mengambil keputusan. Dialah yang memberitahu kita tentang apa yang harus dipercaya di tengah-tengah suara-suara yang menyesatkan.
(c) Bahkan ketika Yesus meninggalkan dunia ini secara badaniah, Roh-Nya masih tetap bersama kita untuk membimbing kita ke dalam kebenaran.Roh Yesus adalah Roh Kebenaran (Yohanes 14:16; 15:26; 16:13). Dia tidak hanya meninggalkan sebuah buku petunjuk dan sejumlah ajaran. Untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan, kita tidak perlu harus meneliti buku-buku pegangan yang sering sulit dimengerti. Sekarang pun, kalau kita ingin tahu apa yang harus kita lakukan bisa bertanya kepada Yesus, karena Roh-Nya benar-benar ada bersama kita. Roh-Nya akan senantiasa berdiam di dalam diri setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
(d) Kebenaran itu memerdekakan kita (Yohanes 8:32).
Di dalam kebenaran itu ada kekuatan yang memerdekakan. Anak kecil sering memperoleh gambaran yang salah dan menakutkan tentang sesuatu, dan karenanya ia bisa merasa sangat ketakutan. Tetapi kalau ia diberitahu tentang hal yang benar, ia terbebaskan dari ketakutannya. Seseorang yang sakit mungkin merasa takut, lalu ia berobat ke dokter. Meskipun penyakitnya itu mungkin cukup gawat, tetapi dengan nasihat dokter ia setidak-tidaknya terbebaskan dari ketakutan yang tak menentu yang selama ini menghantui pikirannya.
Kebenaran yang dibawa Yesus membebaskan kita dari ketakutan untuk berhubungan dengan Allah. Kalau tadinya kita merasa takut, merasa tidak pantas dan bersalah kepada Allah, maka kebenaran Yesus membebaskan kita dari semua perasaan itu. Kebenaran itu membebaskan kita dari frustasi, kelemahan dan kekalahan. Yesus Kristus adalah pembebas yang agung di dunia ini.
(e) Kebenaran itu bisa menimbulkan rasa sakit hati.
Kebenaran yang dibawa Yesus membebaskan kita dari ketakutan untuk berhubungan dengan Allah. Kalau tadinya kita merasa takut, merasa tidak pantas dan bersalah kepada Allah, maka kebenaran Yesus membebaskan kita dari semua perasaan itu. Kebenaran itu membebaskan kita dari frustasi, kelemahan dan kekalahan. Yesus Kristus adalah pembebas yang agung di dunia ini.
(e) Kebenaran itu bisa menimbulkan rasa sakit hati.
Banyak orang yang telah berusaha membunuh Yesus karena Yesus memberitahukan kebenaran kepada mereka (Yohanes 8:40). Kebenaran itu bisa mengutuk dan membeberkan kesaalahan-kesalahan seseorang. Orang-orang yang sinis mengatakan: “Kebenaran dapat menjadi seperti sinar terang yang tertuju ke mata yang sakit.” Mereka juga mengatakan, bahwa guru yang tidak pernah menjengkelkan bukanlah guru yang baik. Orang bisa saja menutup mata dan telinganya terhadap kebenaran; mereka bisa saja membunuh orang yang memberitakan kebenaran. Tetapi kebenaran akan tetap berdiri teguh. Dengan menolak mendengarkan suara yang memberitakan kebenaran tak seorang pun dapat menghancurkan kebenaran itu. Pada akhirnya kebenaran itu akan sampai juga kepadanya.
(f) Kebenaran itu dapat juga tidak dipercaya (Yohanes 8:45).
(f) Kebenaran itu dapat juga tidak dipercaya (Yohanes 8:45).
Ada dua alasan utama untuk tidak mempercayai kebenaran. Alasan pertama untuk tidak percaya adalah, bahwa untuk bersikap jujur agaknya merupakan hal yang terlalu baik. Alasan yang kedua adalah bahwa tidak sedikit orang yang sudah terpukau oleh kebenaran yang setengah-setengah sedemikian rupa sehingga mereka tidak mau berubah. Di dalam banyak hal kebenaran yang setengah-setengah itu merupakan musuh yang paling jahat dari kebenaran yang utuh.
(g) Kebenaran bukanlah sesuatu yang abstrak.
(g) Kebenaran bukanlah sesuatu yang abstrak.
Kebenaran adalah sesuatu yang harus diberlakukan (Yohanes 3:211). Kebenaran adalah sesuatu yang harus diketahui dengan akal dan pikiran, diterima di dalam hati, dan diberlakukan di dalam kehidupan nyata.
(𝟑) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚𝐚𝐧.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Studi, pemikiran dan perenungan yang dilakukan seumur hidup pun tidak akan dapat mengungkapkan seluruh kebenaran yang ada di dalam ayat ini. Di atas kita telah mempelajari dua kata pokok yang juga merupakan thema dari ayat ini, yakni anugerah dan kebenaran. Sekarang kita mempelajari yang ketiga, yakni kemuliaan. Berkali-kali Yohanes memakai kata ini dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Terlebih dahulu kita akan pelajari apa yang Yohanes katakan tentang kemuliaan Kristus. Setelah itu kita akan mencoba mengerti serba sedikit apa yang Yohanes maksudkan.
(a) Hidup Yesus Kristus adalah manifestasi atau pernyataan kemuliaan.
(𝟑) 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚𝐚𝐧.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Studi, pemikiran dan perenungan yang dilakukan seumur hidup pun tidak akan dapat mengungkapkan seluruh kebenaran yang ada di dalam ayat ini. Di atas kita telah mempelajari dua kata pokok yang juga merupakan thema dari ayat ini, yakni anugerah dan kebenaran. Sekarang kita mempelajari yang ketiga, yakni kemuliaan. Berkali-kali Yohanes memakai kata ini dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Terlebih dahulu kita akan pelajari apa yang Yohanes katakan tentang kemuliaan Kristus. Setelah itu kita akan mencoba mengerti serba sedikit apa yang Yohanes maksudkan.
(a) Hidup Yesus Kristus adalah manifestasi atau pernyataan kemuliaan.
Ketika Yesus membuat mukjizat mengubah air menjadi anggur di kota Kana di Galilea, Yohanes mengatakan bahwa Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (Yohanes 2:11). Melihat Yesus dan mengalami kuasa serta kasih-Nya sama dengan memasuki suatu kemuliaan yang baru.
(b) Kemuliaan yang Ia nyatakan adalah kemuliaan Allah.
(b) Kemuliaan yang Ia nyatakan adalah kemuliaan Allah.
Kemuliaan itu tidak Yesus terima dari manusia (Yohanes 5:41). Ia tidak mengejar kemuliaan-Nya sendiri, melainkan kemuliaan Dia yang mengutus-Nya (Yohanes 7:18). Sang Bapa sendirilah yang memuliakan Yesus (Yohanes 8:50, 54). Di dalam kebangkitan Lazarus, Marta tidak akan melihat kemuliaan lain kecuali kemuliaan Bapa (Yohanes 11:4). Pembangkitan Lazarus dari kematian adalah untuk kemuliaan Bapa, dan dengan demikian sang Anak pun akan dimuliakan (Yohanes 11:4). Kemuliaan yang ada pada Yesus, yang melekat pada-Nya, yang terpancar pada diri-Nya, dan yang berlaku pada-Nya, adalah kemuliaan Allah.
(c) Namun demikian, kemuliaan itu adalah juga kemuliaan-Nya sendiri.
(c) Namun demikian, kemuliaan itu adalah juga kemuliaan-Nya sendiri.
Menjelang akhir hidup-Nya Yesus berdoa, kiranya Allah memuliakan Dia dengan kemuliaan yang telah Ia miliki sejak sebelum dunia ada (Yohanes 17:3). Yesus tidak memancarkan sinar kemuliaan pinjaman; kemuliaan itu adalah milik-Nya sendiri secara sah.
(d) Kemuliaan milik-Nya sendiri itu dipancarkan kepada para murid-Nya.
(d) Kemuliaan milik-Nya sendiri itu dipancarkan kepada para murid-Nya.
Kemuliaan yang diberikan Yesus kepada mereka adalah kemuliaan yang diberikan Bapa kepada Yesus (Yohanes 17:22). Jadi Yesus seolah-olah berbagi kemuliaan dengan Allah, dan para murid berbagi kemuliaan dengan Yesus. Kedatangan Yesus adalah juga kedatangan kemuliaan Allah di antara manusia.
Apa yang Yohanes maksudkan dengan semuanya itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat ke dalam Perjanjian Lama. Bagi orang Yahudi, tentang “Sekhinah” sangat penting. “Sekhinah” adalah sebuah kata dari bahasa Ibrani, yang berarti “yang bertempat tinggal.” Kata ini di dalam Perjanjian Lama dipakai untuk kehadiran Allah yang nyata di antara manusia.
Di dalam perjalanan di padang gurun Sinai, dan sebelum bangsa Israel diberi makanan manna, mereka “memalingkan mukanya ke arah padang gurun, maka tampaklah kemuliaan Tuhan dalam awan.” (Keluaran 16:10). Sebelum Sepuluh Perintah Allah diberikan, “kemuliaan Tuhan diam di atas gunung Sinai.” (Keluaran 24:16). Ketika Kemah Pertemuan telah berdiri dan diperlengkapi, “kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.” (Keluaran 40:34). Ketika Bait Allah yang didirikan oleh Salomo diresmikan dan dipersembahkan kepada Tuhan, para imam tidak dapat masuk untuk menyelenggarakan kebaktian “sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Tuhan.” (1 Raja-raja 8:11). Ketika Yesaya memperoleh penglihatan di dalam Bait Allah ia mendengar paduan suara malaikat yang bernyanyi bahwa “seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya.”(Yesaya 6:3). Yehezkiel yang sedang dikuasai Roh Tuhan melihat “gambar kemuliaan Tuhan.” (Yehezkiel 1:28).
Di dalam Perjanjian Lama kemuliaan Tuhan datang pada saat-saat kehadiran Allah. Denmgan begitru dapat kita katakan secara sederhana, bahwa kemuliaan Tuhan berarti kehadiran Allah.
Di dalam usaha menguraikan kemuliaan Yesus, Yohanes memakai gambaran yang mudah. Seorang ayah bisa memberikan wibawa dan kehormatannya kepada anak laki-lakinya yang tertua. Seorang pewaris kerajaan atau putra mahkota tentu sudah dibekali dengan kemuliaan ayahnya. Yesus pun demikian. Di dalam Yesus yang datang ke dunia ini, orang melihat kemuliaan dan keagungan Allah yang berpusat pada kasih. Di dalam Yesus yang datang ke dunia ini, orang melihat keajaiban Allah, dan keajaiban-Nya itu adalah kasih.
Manusia melihat bahwa kemuliaan dan kasih Allah itu satu dan sama. Kemuliaan Allah tidaklah sama dengan kemuliaan seorang penguasa yang lalim. Kemuliaan Allah adalah kemuliaan kasih. Kemuliaan-Nya tidak menjadikan kita merasa takut dan hina, malah sebaliknya menjadikan kita tak henti-hentinya untuk kagum, mengasihi dan memuji Allah di dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juru selamat umat manusia.
Apa yang Yohanes maksudkan dengan semuanya itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat ke dalam Perjanjian Lama. Bagi orang Yahudi, tentang “Sekhinah” sangat penting. “Sekhinah” adalah sebuah kata dari bahasa Ibrani, yang berarti “yang bertempat tinggal.” Kata ini di dalam Perjanjian Lama dipakai untuk kehadiran Allah yang nyata di antara manusia.
Di dalam perjalanan di padang gurun Sinai, dan sebelum bangsa Israel diberi makanan manna, mereka “memalingkan mukanya ke arah padang gurun, maka tampaklah kemuliaan Tuhan dalam awan.” (Keluaran 16:10). Sebelum Sepuluh Perintah Allah diberikan, “kemuliaan Tuhan diam di atas gunung Sinai.” (Keluaran 24:16). Ketika Kemah Pertemuan telah berdiri dan diperlengkapi, “kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.” (Keluaran 40:34). Ketika Bait Allah yang didirikan oleh Salomo diresmikan dan dipersembahkan kepada Tuhan, para imam tidak dapat masuk untuk menyelenggarakan kebaktian “sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Tuhan.” (1 Raja-raja 8:11). Ketika Yesaya memperoleh penglihatan di dalam Bait Allah ia mendengar paduan suara malaikat yang bernyanyi bahwa “seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya.”(Yesaya 6:3). Yehezkiel yang sedang dikuasai Roh Tuhan melihat “gambar kemuliaan Tuhan.” (Yehezkiel 1:28).
Di dalam Perjanjian Lama kemuliaan Tuhan datang pada saat-saat kehadiran Allah. Denmgan begitru dapat kita katakan secara sederhana, bahwa kemuliaan Tuhan berarti kehadiran Allah.
Di dalam usaha menguraikan kemuliaan Yesus, Yohanes memakai gambaran yang mudah. Seorang ayah bisa memberikan wibawa dan kehormatannya kepada anak laki-lakinya yang tertua. Seorang pewaris kerajaan atau putra mahkota tentu sudah dibekali dengan kemuliaan ayahnya. Yesus pun demikian. Di dalam Yesus yang datang ke dunia ini, orang melihat kemuliaan dan keagungan Allah yang berpusat pada kasih. Di dalam Yesus yang datang ke dunia ini, orang melihat keajaiban Allah, dan keajaiban-Nya itu adalah kasih.
Manusia melihat bahwa kemuliaan dan kasih Allah itu satu dan sama. Kemuliaan Allah tidaklah sama dengan kemuliaan seorang penguasa yang lalim. Kemuliaan Allah adalah kemuliaan kasih. Kemuliaan-Nya tidak menjadikan kita merasa takut dan hina, malah sebaliknya menjadikan kita tak henti-hentinya untuk kagum, mengasihi dan memuji Allah di dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juru selamat umat manusia.