BUKTI-BUKTI KEILAHIAN YESUS DALAM INJIL YOHANES

End menuliskan bahwa pengakuan akan keilahian Yesus tidak hanya ada dalam kehidupan gereja yang ditetapkan dalam konsili-konsili seperti pengakuan iman gereja Belanda. Pengakuan dalam konsili Chalcedon. Melainkan Yesus Kristus mengklaim secara konsisten, bahwa Dialah Tuhan dengan menyatakan dirinya sebagai Yahweh Perjanjian Lama. Lebih jelas Marantika menjelaskan: Namun apabila Yesus itu benar-benar Tuhan Ia harus memiliki pribadi dan perbuatan yang sama dengan Tuhan. 
BUKTI-BUKTI KEILAHIAN YESUS
Dengan demikian di samping unsur-unsur kepribadian yang relatif seperti kasih, kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan, Ia juga harus memiliki unsur-unsur kepribadian Allah yang absolut seperti sifat kekal, maha suci, maha kuasa, tak terbatas, maha tahu dan maha hadir. Perbuatan-perbuatan-Nya haruslah merupakan perbuatan-perbuatan yang hanya Allah sendiri bisa dilakukan.

Pengakuan akan keilahian Yesus sebagai bentuk bagi orang percaya untuk mengungkapkan kehidupan iman mereka. Sebenarnya pengakuan manusia tidak mempengaruhi Hakekat-Nya sebagai Tuhan, pengakuan yang paling berharga atas ketuhanan Yesus Kristus tentu adalah pengakuan yang diucapkan-Nya sendiri. 

Brill menjelaskan boleh jadi orang berkata bahwa pengakuan seseorang atas diri-Nya sendiri tidak berharga. Tentang pengakuan diri Yesus sebagai Tuhan, Brill mengatakan: 

1. Ia mengaku mempunyai sifat-sifat ilahi, yaitu: Kekal-Yohanes 8:58: 17:5. Maha Kuasa – Matius 28:20; Maha Tahu- Matius 11:27; Yohanes 2:23-25; Maha Hadir-Matius 18:20; Yohanes 3:13. 

2. Ia mengaku mempunyai kuasa mengadakan mukjizat-mukjizat serta memberikan kuasa itu kepada orang lain (Matius 10:8; 11:5; 14;19-21; 15:30-31; Markus 6:41-44; Lukas 8:41-56; Lukas 9:1-2). 

3. Ia mengaku mempunyai kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah sendiri, mengampuni dosa (Matius 9:2-6; Markus 2:5-12; Lukas 5:20-26). 

4. Ia mengaku mengenal Allah Bapa secara sempurna, lebih dari pribadi yang lain dapat mengenal-Nya (Matius 11:27; Lukas 10:22). Dan mengaku Dia Anak Allah yang istimewa ( Matius 10:32,33; 16:17- 27). 

5. Ia berkata-kata dengan hikmat yang lebih tinggi dari manusia, dan seorang pun tidak pernah berkata-kata seperti Dia (Yohanes 7:46). 

6. Ia menerima sembah dari manusia (Matius 14:33). 7. Ia menyatakan akan menjadi hakim yang terakhir bagi manusia (Matius 7:21-23; 13:41-43; 19:28; 25:31-33; Markus 14:62; Lukas 9:26; 22:69-70).

Pengakuan dari Tuhan Yesus adalah dasar yang paling kuat untuk membuktikan keilahian-Nya. Dasar-dasar pengakuan yang lain, seperti pengakuan gereja dan konsili adalah dasar yang menopang bukti-bukti tersebut. 

Jika ditinjau dari penulisan Yohanes, secara khusus dalam Injilnya pada pasal pertama Yohanes langsung memproklamirkan keilahian Yesus “...Firman itu adalah Allah...” (Yohanes 1:1), menurut Guthrie ayat ini mengatakan bahwa “Firman itu adalah ilahi.” Guthrie menulis bahwa salah satu istilah khusus yang digunakan dalam Injil Yohanes ialah Logos, biasanya diterjemahkan “Firman” atau “Kalam”

Dalam penulisannya Yohanes menyampaikan Logos (Yesus Kristus), Guthrie menuliskan tidak dapat disangkal bahwa apa yang dikatakan tentang Logos itu menimbulkan pengharapan bahwa Yesus akan diperlihatkan sebagai seorang yang bukan hanya manusia tetapi Allah juga. Itu berarti Yohanes sengaja memakai konsep Logos untuk memperkenalkan keilahian Yesus Kristus. Upaya Yohanes untuk memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Mesias secara terang-terangan diberitahukan oleh Yohanes, Ia menulis “bahwa Yesuslah Mesias” (Yohanes 20:31). 

Morris dalam David Susilo Pranoto menuliskan bahwa penekanan keilahian Tuhan Yesus yang disampaikan oleh Yohanes tidak hanya tampak pada tujuannya saja, melainkan Yohanes mengawalinya dengan prolog tentang siapa Yesus dan bagaimana kesaksian Yohanes bahwa ia bukan Mesias. 

Begitu penting bagi Yohanes untuk memberitakan keilahian Yesus sehingga dapat terlihat dari caranya memperkenalkan kehadirannya sebagai “akulah suara orang yang berseru-seru di padang Gurun; luruskanlah jalan bagi Tuhan!” (Yohanes 1:23). Ayat yang ditulis oleh Yohanes dalam Injil-Nya, yang membuktikan keilahian Yesus. Salah satunya Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah

Kata “en arche” dalam terjemahan KJV, menggunakan kata “Beginning”. Menarik untuk diperhatikan istilah begining yang dipakai untuk menerjemahkan kata “pada mulanya”. Secara harafiah kata ini berarti permulaan, istilah Yunani menggunakan kata “en arche” artinya “pada mulanya”. Yohanes mulai dengan kata “en arche”- “pada mulanya”, yang juga mengawali kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama. 

Dalam Kejadian 1:1 kata ini mengintroduksi kisah penciptaan pertama, sedangkan dalam Perjanjian Baru kata ini mengintroduksi kisah penciptaan Baru. Dalam hal ini Pfeiffer dan Harrison mengatakan: Pra-eksistensi Logos (1:1-2). Permulaan Injil ini (bdg. Markus 1:1) dihubungkan dengan awal penciptaan (Kejadian 1:1) dan menjangkau lebih jauh lagi ke belakang untuk melihat pada ke-Allah-an secara sekilas “sebelum dunia ada” (bdg. Yohanes 17:5). Firman itu bukan dijadikan; Dia sudah ada bersama-sama dengan Allah menunjukkan kesejajaran dan juga persatuan. Firman itu adalah Allah (ilahi) tanpa mengaburkan oknum-oknumnya

Jadi penggunaan kata “beginning” yang digunakan oleh Yohanes dalam pasal ini menunjukkan kekekalan Yesus, Ia sudah ada sebelum segala sesuatunya ada, dan ia memberi kesaksian bahwa Allah yang memiliki kekekalan dan sebagai pencipta.

Istilah Firman yang digunakan oleh Yohanes dalam bahasa inggris menggunakan kata “Word”. Kata ini memiliki bentuk inperfect, artinya suatu tindakan dimasa lampau yang terjadi secara terus menerus. Dalam bahasa Yunani, istilah “Word” menggunakan kata “Logos” artinya something said, berarti pribadi yang berkata. Butler menulis bahwa, probalby the best way of define the word is to say thet in the word we see the expression of the mind and the thought and the purpose of God. Just as our thought and purpose are made know when we communicate know through His word.”

Artinya tidak hanya sekedar kata-kata saja yang keluar dari Allah, melainkan kata-kata tersebut bisa dilihat dalam tindakan-tindakan, pikiran-pikiran bahkan maksud dari Allah. Semua tindakan, pikiran dan maksud Allah tersebut hanya bisa dipahami melalui Firman-Nya. Supaya konsep Logos yang digunakan oleh Yohanes dalam penulisan Injilnya dapat dipahami dengan baik maka ia menggunakan konsep itu sesuai dengan filsafat Yunani. 

Guthrie mengatakan: Para pembaca Yunani mungkin akan berpikir bahwa Yohanes sedang membicarakan asas rasional dari alam semesta. Mereka akan heran membaca pertanyaannya bahwa asas itu bukan hanya digambarkan sebagai pribadi tetapi benar-benar menjadi manusia. Pada pihak lain, para pembaca Yahudi tidak akan begitu heran menemukan pemikiran tersebut, karena mereka sudah biasa dengan gagasan adanya semacam wujud hikmat yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada, yang dapat digambarkan sebagai pribadi dan yang dapat bertindak dalam dunia manusia

Dengan demikian Yohanes menggunakan konsep Logos yang dipahami oleh orang-orang Yahudi sebagai sebuah hikmat yang ada dalam alam semesta atau yang mengendalikan seluruh alam semesta, sedangkan pemahaman Yunani sebuah asa rasional yang telah ada. Namun dalam penulisannya, Logos yang dimaksudkan oleh Yohanes adalah pribadi Tuhan Yesus. 

Marantika menulis bahwa, konsep Logos itu berkembang dalam filsafat Stoik, filsafat yang umum pada abad pertama. Stoisisme dengan penekanannya pada Logos sebagai pengada dan penjamin kehidupan dan sebagai pematriks berpikir, berpengaruh di seluruh kawasan laut tengah, yang terkenal berkembang di kota Aleksandria.

Berarti konsep Logos pada waktu itu sudah sangat dipahami dengan baik dalam kalangan Yahudi dan Yunani sesuai dengan perjalanan perkembangannya. Namun Yohanes menyajikan sesuatu yang baru dari pemahaman yang mereka miliki, bahwa Firman itu bukanlah salah satu atau sebagian dari benda-benda yang diciptakan; Firman itu telah ada di sana sebelum penciptaan; Firman itu adalah bagian dari kekekalan dan sudah ada bersama dengan Allah sebelum waktu dan dunia ada. 


Menjelaskan bagian ini dengan terperinci, Tenney menulis bahwa Jesus as the word of God, the word is God’s word. It in includes the word or words of Jesus...Not only is Jesus the word; the word it self in eternal and preexsisten with God Jesus, then is the eternal word in history, incarnate. Mengomentari bagian ini, 

Baxter mengatakan: Tuhan Yesus adalah Kalam atau Firman, yakni pernyataan Allah, bukan hanya pernyataan kepada manusia saja, dan bukan pernyataan sejak zaman purba kala saja, melainkan pernyataan sebelum segala sesuatu dijadikan (Yohanes 1:2-3), pernyataan yang mendasar, kekal dan tidak terbagi-bagi. Adanya tidak hanya dari mula pertama, tetapi “pada mulanya” Ia sudah ada (Yohanes 1:1). Ia tidak hanya “bersama-sama” dengan Allah, tetapi Ia “adalah Allah” (Yohanes 1:1)

Keberadaan Yesus yang ada dalam kekekalan, ada dalam penyatuan dengan Allah melalui inkarnasi serta sudah ada sebelum segala sesuatunya ada menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Yesus adalah sesungguhnya Allah yang tidak terbatas oleh segala sesuatu karena keberadaan-Nya ada dalam dunia bukan berdasarkan pada masa atau waktu, itu berarti bahwa tidak ada sesuatu pun yang ada dalam dunia ini tanpa penyertaan dan kedaulatan dari Allah, Dialah Tuhan Yesus Kristus yang ada dalam segala sesuatu. 

Supriadi Oet
Next Post Previous Post