Hikmat Allah dalam Salib: 1 Korintus 2:6-9

Bagian ini merupakan respons keempat dari Paulus terhadap masalah "hikmat" yang membuat jemaat di Korintus menganggap pesan tentang salib sebagai suatu kebodohan. Dari diskusi sebelumnya, kita telah mempelajari tiga respons sebelumnya, yaitu: 

(1) 1 Korintus 1:18-25, di mana Injil dianggap sebagai "kebodohan", tetapi hanya bagi mereka yang akan binasa; 

(2) 1 Korintus 1:26-31, mayoritas jemaat di Korintus juga termasuk mereka yang dianggap bodoh oleh standar dunia; 

(3)1 Korintus  2:1-5, Paulus sendiri memberitakan Injil tanpa mengandalkan hikmat duniawi. Di dalam 1 Korintus 2:6-9, Paulus menegaskan bahwa meskipun dia juga berbicara mengenai hikmat, hikmat yang dia bawa tidak sama dengan hikmat dunia yang dipahami oleh mereka.
Hikmat Allah dalam Salib: 1 Korintus 2:6-9
Alur berpikir Paulus di 1 Korintus 2:6-9 mudah diikuti. Ayat 6 berfungsi sebagai pernyataan bahwa Paulus memang membawa hikmat, tetapi jenis hikmat ini berbeda dengan hikmat duniawi. Di ayat 7-8, dia menjelaskan ciri-ciri dari hikmat yang dimaksud. Ayat 9 adalah penutup dari bagian ini, yang mencantumkan dasar Alkitab untuk konsep hikmat yang sejati.

Hikmat yang Berbeda (1 Korintus 2:6)


Kata pertama yang muncul dalam ayat ini adalah "hikmat" (sophia). Penempatan kata ini menunjukkan bahwa Paulus ingin menegaskan bahwa dia benar-benar membawa hikmat. Penekanan ini juga tercermin dalam terjemahan seperti NIV "we do speak a message of wisdom", NASB "we do speak wisdom", dan RSV "we do impart wisdom".

Kata "sophia" di ayat ini muncul tanpa artikel, sehingga lebih tepat diterjemahkan sebagai "sebuah hikmat". Jika Paulus menggunakan artikel, maka hikmat yang dimaksud adalah "hikmat itu" (hikmat yang dianggap penting oleh jemaat Korintus). Kehilangan artikel menunjukkan bahwa Paulus berbicara tentang hikmat yang berbeda. Dari konteksnya, hikmat yang dimaksud oleh Paulus adalah "Kristus" (1:24-25, 30).

Bagi jemaat di Korintus, hikmat yang dia sampaikan dianggap sebagai kebodohan (1:18, 23). Karena itu, Paulus dengan cepat menegaskan bahwa salib Kristus adalah hikmat bagi mereka yang matang atau dewasa (teleioi). "Teleioi" dapat berarti "sempurna" atau "dewasa". Di pasal 2:6, kata ini tampaknya mengacu pada "dewasa", karena 

(1) mereka yang mengagung-agungkan hikmat duniawi disebut anak-anak kecil (1 Korintus 3:1-2); 

(2) di pasal 14:20, kata "teleioi" berkontrastasi dengan anak-anak kecil juga. Dengan menggunakan kata "dewasa" di pasal 2:6, Paulus secara tidak langsung mengkritik jemaat Korintus sebagai orang yang belum matang, sehingga mereka belum mampu memahami hikmat yang dia sampaikan.

Hikmat yang Paulus bawa bukanlah hikmat dunia atau hikmat penguasa zaman ini (ay. 6b). Terjemahan "dunia" sebenarnya kurang tepat; seharusnya diterjemahkan sebagai "zaman ini" (RSV/NASB/NIV). Makna yang terkandung dalam "zaman ini" adalah sementara. Hikmat dunia dan penguasa zaman ini akan menghilang.

Siapa yang dimaksud dengan "penguasa zaman ini"? Beberapa ahli mengidentifikasi mereka sebagai roh-roh jahat, sementara yang lain melihat mereka sebagai manusia. Beberapa bukti mendukung pandangan bahwa penguasa ini adalah manusia: 

(1) ayat 8 menyatakan bahwa penguasa-penguasa ini yang menyalibkan Tuhan Yesus, mengarah pada penguasa duniawi, misalnya Kisah Para Rasul 4:27-28; 

(2) di 1:20 dan 26, Paulus juga mengacu pada orang-orang tertentu yang dianggap terhormat oleh dunia; 

(3) Paulus tidak pernah menyebut roh-roh jahat sebagai "archon aionos", contohnya Efesus 2:2; 6:12. Jika pandangan ini diterima, maka yang dimaksud oleh Paulus mungkin adalah tokoh-tokoh seperti Pontius Pilatus, Herodes, dan pemimpin agama Yahudi yang terlibat dalam penyaliban Tuhan Yesus. Meskipun iblis pasti terlibat dalam penyaliban (Yohanes 13:2), kita tidak dapat memastikan apakah Paulus dalam 1 Korintus 2:6 merujuk pada peran iblis di balik tindakan para penguasa zaman ini.

Paulus menutup ayat 6 dengan menegaskan bahwa penguasa zaman ini sedang mengalami proses penghapusan (ay. 6b). Dalam teks aslinya, kata "penghapusan" menggunakan bentuk keterangan waktu sekarang (present tense), sehingga seharusnya diterjemahkan sebagai "sedang mengalami penghapusan". Mayoritas terjemahan bahasa Inggris juga mengikuti bentuk keterangan waktu sekarang ini (kecuali LAI:TB). Dengan menggunakan bentuk keterangan waktu sekarang, Paulus ingin menekankan kepastian bahwa penguasa zaman ini akan menghadapi kehancuran (seperti yang terdapat dalam bentuk present tense "kebinasaan" di 1:18).

Ciri-ciri Hikmat (1 Korintus 2:7-8)

Di 1 Korintus 2: 7, Paulus menyebut hikmat yang dia bawa sebagai hikmat Allah; artinya, hikmat ini berasal dari Allah dan bukan dari dunia atau penguasa zaman ini. Bagaimana perbedaan antara hikmat Allah yang dia sampaikan dengan hikmat yang dianggap penting oleh jemaat Korintus? Paulus menjelaskan ini dengan merinci empat ciri dari hikmat yang sejati, yaitu hikmat yang terkandung dalam salib Kristus.

Rahasia (1 Korintus 2:7a)

Terjemahan LAI:TB menempatkan kata "rahasia" setelah kata "tersembunyi," tetapi dalam teks Yunani, kata "rahasia" (mysterion) sebenarnya muncul lebih awal. Kita akan membahas kata "rahasia" terlebih dahulu, mengikuti struktur kalimat Yunani yang ada. Apa yang dimaksud dengan "mysterion" di sini? Berdasarkan penggunaan kata ini dalam surat-surat Paulus, kita dapat menyimpulkan bahwa "mysterion" merujuk pada sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, tetapi sekarang telah dinyatakan oleh Allah (2:1; 4:1; 13:2; 14:2; Kolose 1:26-27; 2:2; 4:3; Efesus 1:9; 3:3, 4, 9; 6:19). 

Berbeda dengan penggunaan "misteri" dalam teologi yang sering merujuk pada hal-hal yang tidak akan dipahami manusia dalam dunia ini atau bahkan di kekekalan, dalam surat-surat Paulus, "mysterion" merujuk pada sesuatu yang dapat dipahami secara bertahap dalam dunia ini (Efesus 1:26 "rahasia yang tersembunyi dari zaman ke zaman, dan dari keturunan ke keturunan, tetapi sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya"). Apa yang dimaksud dengan "mysterion" adalah wahyu Allah yang berkaitan dengan salib Kristus (Kolose 2:2 "rahasia Allah, yaitu Kristus"; 4:3 "rahasia Kristus"). Mysterion inilah yang Allah percayakan kepada Paulus dan rasul-rasul lainnya untuk disampaikan (4:1).

Tersembunyi (1 Korintus 2:7b)

Hikmat Allah tidak hanya bersifat rahasia (dinyatakan secara bertahap), tetapi juga tersembunyi. Kata Yunani yang digunakan di ayat ini memiliki bentuk pasif (apokekrummenen), sehingga lebih tepat diterjemahkan sebagai "disembunyikan." Sesuai dengan tata bahasa Yunani, bentuk pasif ini disebut "divine passive," yang menunjukkan bahwa subjek yang melakukan penyembunyian adalah Allah sendiri. Hal ini sejalan dengan doa Yesus ketika Dia ditolak oleh orang-orang Yahudi dalam Matius 11:25 "Aku memuji Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari orang-orang yang bijak dan berakal, dan telah menyatakan mereka kepada orang-orang yang kecil budi."

Disediakan untuk kita sejak kekekalan demi kemuliaan kita (1 Korintus 2:7c)

Walaupun hikmat Allah dinyatakan secara bertahap dan disembunyikan dari mereka yang tidak percaya, namun hikmat itu sebenarnya telah ditentukan sejak kekekalan bagi mereka yang dipilih oleh Allah (sesuai dengan 1:24). Kata "disediakan" (proorizo) hanya muncul 6 kali dalam Perjanjian Baru. Dari semua pemunculan tersebut, proorizo selalu memiliki arti "ditentukan sebelumnya" (Kisah Para Rasul 4:28; Roma 8:29-30; Efesus 1:5, 11). 

Di 1 Korintus 2:7, arti ini diperkuat oleh frasa "sebelum zaman-zaman" (pro ton aionon), yang menunjukkan bahwa penentuan ini telah dilakukan oleh Allah sebelum ada waktu (NIV "before time began"). Dari penjelasan ini, terlihat bahwa Paulus tidak hanya mengatakan bahwa hikmat itu "disediakan" (sebagai pilihan), tetapi juga benar-benar ditentukan (akan dinyatakan kepada mereka yang dipilih oleh Allah).

Tujuan dari penentuan ini adalah "untuk kemuliaan kita." Melalui frasa ini, Paulus ingin mengajarkan kepada jemaat di Korintus bahwa pandangan tentang kemuliaan manusia tidak bergantung pada kriteria duniawi seperti kecerdasan, status sosial, atau faktor kelahiran (lihat 1:19-20, 26). Kemuliaan yang sejati adalah melalui iman dalam salib Kristus. Meskipun dunia mungkin menganggap tindakan tersebut sebagai kebodohan, namun sebenarnya itu adalah hikmat yang sesungguhnya. Ketika kita percaya pada salib Kristus, kita pasti akan dimuliakan bersama dengan Dia pada akhir zaman (Roma 8:17, 29-30; 1 Tesalonika 2:12; 2 Tesalonika 1:10). Harga dari kemuliaan ini sangat besar, karena hanya melalui penurunan Tuhan yang mulia pada salib, kita dapat menerima kemuliaan tersebut (1 Korintus 2:8b).

Tidak Diketahui oleh Para Penguasa Zaman Ini (1 Korintus 2:8)


Terjemahan LAI:TB dan beberapa versi bahasa Inggris (seperti NIV/RSV) menganggap ayat 8 sebagai kalimat utama yang terpisah, sehingga mereka menaruh tanda baca titik setelah ayat 7. Namun, dalam teks Yunani, ayat ini diawali dengan kata penghubung "hen," yang menunjukkan bahwa ayat ini masih berhubungan dengan hikmat yang sudah dibahas sebelumnya. KJV dengan tepat menerjemahkan kata ini sebagai "which" ("yang"), sedangkan NASB mencoba menjelaskan artinya dengan menambahkan kata "the wisdom which" ("hikmat yang").

Dengan memperhatikan tata bahasa tersebut, ayat 8 sebenarnya menjadi ciri lain dari hikmat yang Paulus sampaikan. Hikmat Allah tidak bisa dipahami oleh penguasa-penguasa zaman ini (seperti yang dijelaskan pada 1:21a). Mengapa mereka tidak bisa memahaminya? Karena hikmat ini disembunyikan oleh Allah (1 Korintus 2: 7) dan Roh Kudus tidak bekerja dalam hati mereka (ayat 10). Ayat 14a mengatakan, "Tetapi manusia yang tidak memiliki persepsi rohaniah tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah."

Sebagai bukti bahwa mereka tidak mampu memahami hikmat Allah, adalah tindakan mereka yang menyalibkan Tuhan Yesus. Ironisnya adalah bahwa mereka berpikir bahwa penyaliban akan merendahkan Yesus, tetapi yang sebenarnya mereka salibkan adalah "Tuhan yang mulia" (ayat 8b). Ironi ini mirip dengan pernyataan "membunuh Pemberi Kehidupan" dalam Kisah Para Rasul 3:15. Selanjutnya, mereka berpikir bahwa penyaliban akan menghilangkan Yesus, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka sendiri yang akan menghilang (ayat 6b; 1:18-20). Mereka juga mengira bahwa penyaliban akan menggagalkan rencana Allah, tetapi sebaliknya, tindakan ini justru menunjukkan rahasia Allah dan memenuhi semua yang telah Dia rencanakan sebelumnya (Kisah Para Rasul 4:28).

Dari serangkaian ironi di atas, terlihat bahwa apa yang dianggap hikmat dan kemenangan oleh mereka sebenarnya hanyalah kebodohan dan kekalahan. Hal yang sama berlaku bagi orang-orang yang menganggap Injil sebagai suatu kebodohan.

Dasar Alkitab (1 Korintus 2:9)

Ayat ini adalah kontras terhadap ayat 8 dan juga memberikan penjelasan untuk 1 Korintus 2: 6-7. Mengapa hanya beberapa orang yang dapat melihat salib sebagai hikmat? Semuanya ini terjadi agar janji Allah yang terdapat dalam Kitab Suci dapat terpenuhi.

Kutipan di ayat 9 mungkin membingungkan karena tidak ada ayat di Kitab Suci yang memiliki isi yang persis sama. Sebaliknya, para ahli percaya bahwa orang-orang Yahudi pada waktu itu sudah terbiasa menggabungkan kata-kata dari Yesaya 64:4 dan 65:14 (LXX), sehingga keduanya selalu dianggap bersama. Contoh dari fenomena ini dapat ditemukan dalam kitab kuno Yahudi, The Ascension of Isaiah.

Melalui kutipan ini, Paulus ingin mengajarkan bahwa hikmat Allah melebihi segala yang dapat dipikirkan manusia. Jalan keselamatan melalui salib sebelumnya tidak pernah terpikir, terlihat, atau diinginkan oleh manusia ( 1 Korintus 2:9a). Pikiran dan rencana Allah jauh lebih tinggi daripada manusia (lihat Yesaya 55:8-9). Tidak ada manusia yang mampu memahami rencana keselamatan Allah, termasuk Paulus sendiri (Roma 11:33-34).

Meskipun melebihi kapasitas pemahaman manusia, hal ini bukanlah hal yang mustahil. Allah telah menyatakan hal ini kepada mereka yang mengasihi-Nya (1 Korintus 2: 9b). Ungkapan ini tidak berarti bahwa cinta manusia memainkan peran penentu (bandingkan 1 Yohanes 4:10 "Bukan kita yang mengasihi Allah, tetapi Allah yang lebih dulu mengasihi kita"). Sebaliknya, ini mengacu pada fakta bahwa orang-orang yang menerima hikmat ini adalah mereka yang telah dipanggil oleh rencana Allah sejak semula.

Dengan demikian, Paulus telah menguraikan ciri-ciri hikmat yang sejati, yaitu hikmat yang berasal dari Allah dan dinyatakan dalam salib Kristus. Hikmat ini sebenarnya adalah rahasia yang telah direncanakan sejak lama oleh Allah, tetapi baru dinyatakan secara bertahap. Orang-orang yang tidak memiliki persepsi rohaniah tidak akan mampu memahami hikmat ini, dan tindakan mereka yang menyalibkan Yesus adalah ironi yang menunjukkan betapa hikmat manusia sering kali merupakan kebodohan di mata Allah. Semua ini sesuai dengan dasar-dasar Kitab Suci yang menunjukkan betapa hikmat Allah melebihi pemahaman manusia.
Next Post Previous Post