Menghasilkan Buah dalam Panggilan Hidup: Filipi 1:22

Filipi 1:22 TB Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Menghasilkan Buah dalam Panggilan Hidup: Filipi 1:22
Semua orang pasti berpikir bahwa hidup ini, memang seharusnya punya arah dan tujuan. Hidup tidak boleh dibiarkan mengalir begitu saja karena nantinya akan ada banyak waktu yang terbuang sia-sia. Lalu untuk apa sebenarnya kita hidup?

Mengetahui Panggilan Kita

Yang ter-baik adalah mengenali atau mengetahui panggilan kita masing-masing. Panggilan bagi setiap orang itu tentu berbeda-beda. Tapi ada berapa banyak orang yang mengetahui dengan jelas apa panggilannya? Ini bisa jadi merupakan salah satu penyebab kenapa ada orang yang terus menerus gonta ganti profesi, karena pada dasarnya mereka tidak menikmati pekerjaannya. Ada orang yang bertipe gigih, meski tidak suka dengan profesinya mereka terus menekuni dengan sungguh-sungguh sampai bisa berhasil. Ini tentu saja baik, walaupun mungkin mereka hanya sebatas bekerja karena keharusan bukan karena mereka menyukai pekerjaannya.

Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun bisa berbeda-beda pula. Kebanyakan seorang suami punya panggilan yang berbeda dengan panggilan istrinya. Dari dua orang yang sudah dipersatukan Tuhan saja panggilannya berbeda. Sangat jarang dalam kehidupan suami istri memiliki panggilan yang sama. 

Tetapi keduanya bisa saling mendukung dan membantu pasangannya masing-masing. Begitu banyak ragam panggilan di dunia ini, yang saya percaya, apabila kita semua mengetahui panggilan kita dan melakukannya, bukan saja kita yang akan merasakan sukacita tapi juga pasti membuat dunia ini menjadi tempat yang jauh lebih bahagia dan menyenangkan untuk didiami.

Panggilan Menurut Alkitab

Untuk apa kita hidup? Apa kata Alkitab berkenaan dengan hal ini? Ada sebuah ayat yang ditulis Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Filipi yang akan meneguhkan kita dan dengan sendirinya menjadi salah satu ayat yang sangat perlu kita pahami sepenuhnya sebagai pegangan hidup bagi seseorang yang telah lahir baru di dalam Kristus.

Mari kita lihat ayatnya. "𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑑𝑖 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑖𝑛𝑖, 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ." (Filipi 1:22a). Kalau aku masih diberi kesempatan hidup di dunia, maka itu artinya aku harus bekerja menghasilkan buah. Itu kata Paulus. Kalimat ini sangat sederhana dan tegas, tapi maknanya sangat dalam.

Berbuah untuk Kemuliaan Tuhan

Apa yang disampaikan Paulus mengingatkan saya seperti sebuah pohon buah misalnya pohon mangga. Sebagai pohon mangga yang mungkin mulai dari bibit, ia harus tumbuh dan berjuang keras agar akarnya bisa menembus lapisan tanah yang keras supaya bisa mendapat air. Tanpa itu, jangankan menghasilkan buah, untuk hidup saja bakal sulit. Kalau begitu, untuk apa pohon mangga itu hidup dan tumbuh? Untuk berbuah. 

Pada akhirnya sebuah pohon buah harus bisa menghasilkan buah agar bisa dinikmati dan menyehatkan orang yang memakannya. Kalau Anda membeli pohon mangga tapi tidak kunjung berbuah, Anda tentu kecewa bukan? Jika pohon mangga tidak berbuah, maka pohon itu menjadi sia-sia alias tidak berguna. Kalau pohon dituntut harus berbuah, kita pun sebenarnya sama.

Panggilan dan Kegigihan Paulus

Sekarang kita lihat sekilas tentang saat Paulus menulis surat ini. Tidak ada catatan pasti dimana dan kapan Paulus menulisnya. Tapi yang sudah diketahui adalah fakta bahwa Paulus menulisnya saat berada di dalam penjara dan sewaktu-waktu harus siap menghadapi hukuman mati. Ada yang memperkirakan bahwa saat menulis surat untuk jemaat dari gereja yang ia dirikan sendiri ini, Paulus sudah berusia sekitar 60 tahun, yang artinya pada waktu itu ia sudah melayani sekitar 30 tahunan. 

Segala suka dan duka, manis dan pahit atau getirnya menjalani panggilan sudah ia lalui. Yang luar biasa, meski ia menjadi duta Kristus yang aktif dan berani mewartakan kabar gembira tentang Kristus, ia tetap masih harus bekerja sendiri mencukupi pelayanannya. Dalam perjalanannya, kita tahu bahwa Paulus berulang kali menghadapi tekanan bahkan siksaan. Ia berkali-kali dipenjara, dipukuli, dipasung, diusir, dan sebagainya. Kita juga tahu bahwa semua itu sama sekali tidak membuatnya lemah atau bahkan berhenti.

Coba bayangkan kalau Paulus kalah dalam menghadapi beratnya melayani, seperti apa jadinya Alkitab, dan berapa banyak kita akan kehilangan Firman yang diilhamkan Tuhan, khususnya mengenai sendi-sendi dasar dan standar kehidupan Kekristenan. Bayangkan pula apa jadinya penyebaran kabar gembira ini tanpa Paulus, karena ia begitu militan dalam perjalanan hingga mencapai Asia Kecil (sekarang kira-kira di Turki bagian Asia) bahkan Yunani. 

Kalau kita lihat di peta, jarak tempuhnya itu mencapai 25 ribu kilometer. Pesawat terbang, bus lintas kota, kereta api cepat, mobil, semua sarana transportasi modern ini belum ada pada saat itu. Jadi bisa dibayangkan bagaimana beratnya perjalanan Paulus. Tapi ia sanggup menjalani panggilannya hingga sejauh itu. Itu luar biasa.

Satu hal lain yang wajib kita ketahui, Paulus bukanlah orang yang terlahir sebagai Kristen. Pada mulanya ia justru seorang penganiaya orang Kristen yang juga keturunan orang Farisi. Tapi dalam Kisah Para Rasul kita bisa menemukan cerita pertobatannya yang luar biasa. Sejak saat itu kehidupannya berubah drastis menjadi hamba Tuhan yang kuat, radikal dan setia sampai akhir hidupnya.

Melihat garis besar hidup Paulus tadi, kita perlu harus belajar banyak dari dia. Sudah melayani Tuhan, sudah harus membiayai sendiri masih harus merasakan tekanan dan siksaan hingga akhirnya mendekam di penjara menunggu waktu eksekusi. Bagaimana ia bisa tetap memiliki iman yang tidak tergoyahkan sedikit pun? Bagaimana ia bisa tetap melakukan semua itu meski tengah menghadapi akhir yang mengerikan? Paulus bisa melakukan itu karena ia tahu apa yang jadi panggilannya. Ia tahu bahwa panggilannya harus dijalankan tanpa kompromi, tak peduli apa pun yang terjadi, dan ia tahu bahwa ia harus terus menghasilkan buah selagi kesempatan masih ada, meski situasi yang ia hadapi sama sekali jauh dari baik.

Panggilan yang Benar

Ada banyak orang yang aktif dalam pelayanan karena berharap mereka mendapat keistimewaan di mata Tuhan. Mereka melayani karena ingin bisnisnya diberkati, masalah dijauhkan dan hidup berkecukupan, kalau tidak berkelimpahan. Jika yang terjadi sebaliknya, mereka akan segera berhenti karena kecewa pada Tuhan bahkan dengan berani memper-tanyakan keadilan Tuhan. Padahal apa yang mereka alami belumlah seujung kuku dari apa yang harus dilalui Paulus dalam hidupnya. Banyak orang yang berpikir bisa menyogok Tuhan kalau melayani. Aku sudah bekerja untuk-Mu ‘kan? Sekarang gantian, limpahi aku dengan apa pun yang aku minta! Mungkin terdengar konyol, tapi pada kenyataannya ada banyak orang yang berpikiran seperti ini. 

Atau, melayani karena ingin terlihat hebat, mencari pujian, pamor dan popularitas di mata orang dan keuntungan-keuntungan lainnya. Mereka ini adalah contoh orang yang masih memiliki motivasi sangat keliru akan ha kekatnya menjadi rekan sekerja Tuhan. Mereka mengira bahwa dengan melayani artinya mereka akan mendapat keistimewaan dan keuntungan. Tidaklah mengherankan apabila ada banyak orang yang mudah kecewa pada Tuhan. Apa jadinya kalau mereka ada di posisi Paulus? Untung yang mengalami itu Paulus, bukan mereka. Kalau tidak entah bagaimana jadinya kebangunan jemaat mula-mula dan bagaimana kita sekarang.

Ada begitu banyak ayat di dalam surat Filipi yang menunjukkan sekuat dan seteguh apa iman Paulus. Kita bisa membayangkan bagaimana seorang pria berusia sekitar 60 tahun sedang duduk di dalam penjara yang gelap, pengap dan lembab. Ia tengah menanti hukuman mati dengan cara sadis, bukan karena ia kriminal tapi atas kerja kerasnya melayani Tuhan selama puluhan tahun. Dan di sana, dalam keadaan seperti itu, ia terus menulis beberapa surat untuk jemaat di beberapa tempat.

Surat-surat seperti apa yang ia tulis? Surat berisi kebencian? Kekecewaan? Kesedihan? Protes? Amarah? Sama sekali tidak. Hebatnya, jika ditelaah, surat Filipi justru bisa digambarkan sebagai 'surat sukacita'. Ambil satu contoh saja misalnya Filipi 4:4 yang mengingatkan "𝐵𝑒𝑟𝑠𝑢𝑘𝑎𝑐𝑖𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑎𝑛𝑡𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑇𝑢ℎ𝑎𝑛! 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑘𝑢𝑘𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛: 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑢𝑘𝑎𝑐𝑖𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ!". 

Selain itu ada banyak hal esensial yang bisa menjadi fondasi kokoh buat kita. Misalnya seruan untuk jangan kuatir (Filipi 4:6), kekuatan dari Tuhan akan memampukan kita menanggung segala perkara (Filipi 4:13), bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan hingga bagaimana seharusnya seorang pengikut Kristus itu hidup: sehati, sepikir, sejiwa, satu tujuan, hidup dalam kasih, memiliki belas kasih, rendah hati dan meneladani Kristus menjadi seorang hamba yang melayani (pasal 2). Bukan main besarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari Paulus justru pada saat-saat akhir hidupnya.

Panggilan dan Berbuah untuk Kemuliaan Tuhan

Sekali lagi, mari kita lihat ayat bacaan renungan kali ini. "𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑑𝑖 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑖𝑛𝑖, 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ." (Filipi 1:22a). Paulus berkata: kalau ia masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, itu artinya ia harus berbuah. Dalam keadaan jauh dari baik seperti itu, ia masih bisa mengingatkan Hakekat dari hidup. Tujuan, arti dari hidup. Orang bisa punya beragam alasan berbeda untuk memaknai hidupnya, tapi Paulus mengingatkan bahwa buat umat Tuhan, setiap kesempatan hidup yang masih diberikan seharusnya dimaknai dengan kesempatan untuk terus menghasilkan buah. 

Tidak ada waktu untuk dibuang sia-sia, tidak ada waktu untuk kecewa, berlama-lama, bermalas-malasan, kuatir dan sebagainya, melainkan terus dipakai untuk berbuah. Mengacu pada prinsip pohon, buah adalah bukti kita berakar. Selain itu buah pun merupakan tanda dari kondisi iman. Dari buahlah akan terlihat apakah iman kita kuat berakar dan tumbuh dalam Kristus atau tidak, dari buahlah kita bisa menunjukkan apakah kita sudah menjadi murid-Nya yang benar atau tidak.

Kita setiap hari berjuang, bergumul dan bersinggungan dengan segala bentuk kesulitan. Ada kalanya kita harus mengalami ketidakadilan, merasakan beratnya masalah di tengah banyaknya godaan, di samping harus bergumul dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup terlebih di masa sulit seperti sekarang. Ada banyak hal yang menyita pikiran, hati, tenaga, perasaan dan waktu setiap hari. Kalau tidak hati-hati, kita bisa melenceng dari alasan paling mendasar kenapa kita masih diizinkan Tuhan ada hari ini. Dan sekali lagi, itu adalah menghasilkan buah.

Kesimpulan

Secara garis besar, ada dua hal yang sangat penting untuk kita renungkan dari Filipi 1:22a ini, yaitu: Kenapa Tuhan masih memberi kesempatan buat kita hidup, apa tujuan kita hidup.
Apa panggilan dan tugas kita, dan buah seperti apa yang bisa kita hasilkan dari sana.

Paulus mengingatkan kita bahwa apabila Tuhan masih mengizinkan kita bernapas, itu jelas bukan dimaksudkan agar kita bisa hidup semau kita atau sekehendak hati kita. Bukan juga agar kita tetap sibuk mengejar pemenuhan kebutuhan, terus menimbun harta lantas mengabaikan tujuan terutama kita. Benar, kita memang harus terus berjuang mencari nafkah, tetapi ingatlah bahwa di atas semua itu, apabila kita masih diberi kesempatan hidup kita harus bisa menghasilkan buah melalui profesi atau panggilan kita masing-masing yang lebih dari sekedar memperoleh pendapatan. 


Untuk bisa seperti itu diperlukan iman yang berakar teguh. Kita bisa meneladani Paulus yang terus berbuah hingga akhir meski situasi riil yang ia alami terlihat sangat tidak kondusif. Ia tidak kecewa, tidak kepahitan, karena ia terus mengarahkan pandangannya pada Tuhan. Ia tahu bahwa apa yang ia tuju bukanlah di dunia yang fana ini melainkan berada pada sebuah kehidupan kekal sesudahnya. 

Karenanya saat akhirnya tiba, Paulus bisa dengan lantang berkata: "𝐴𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑖𝑘, 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑚𝑎𝑛." (2 Timotius 4:7). Hingga batas akhir tiba, Paulus membuktikan bahwa ia mencapai garis akhir sebagai pemenang. Ia telah berhasil terus memelihara iman dan ia masih terus menghasilkan buah hingga ke titik akhir masa hidupnya di dunia.

Hingga hari ini dan generasi-generasi yang akan datang bisa terus belajar tentang esensi hidup seorang pengikut Kristus lewat pesan dan keteladanan Paulus. Sudahkah motivasi kita dalam bekerja dan melayani benar? Apakah kita tahu apa yang menjadi panggilan kita? Apakah kita berakar kuat di dalam Kristus dan tumbuh di atas-Nya? Apakah kita sudah atau masih berbuah? Jangan lupa bahwa jika kita masih hidup saat ini, itu artinya kita harus berbuah. Berbuahlah dengan subur dalam bidang pekerjaan dan pelayanan Anda masing-masing.
Next Post Previous Post