Teguran Paulus Kepada Jemaat Korintus yang Tidak Rohani (1 Korintus 3:1-4)

Pasal 1 Korintus 3 dari kitab ini terus membahas masalah perpecahan di antara jemaat Korintus, yang telah diperkenalkan oleh Paulus sejak pasal 1:10. Pada pasal 1:10-17, Paulus memberikan nasehat untuk menjaga persatuan, sementara pada pasal 1:18-2:16, ia mengeksplorasi inti persoalan, yaitu "hikmat." Namun, mulai dari 1 Korintus 3:1, Paulus mulai fokus pada perpecahan itu sendiri. 
Teguran Paulus Kepada Jemaat Korintus yang Tidak Rohani (1 Korintus 3:1-4)
Terutama di 1 Korintus 3:1-4, Paulus memberikan teguran kepada jemaat Korintus untuk menunjukkan bahwa sikap mereka tidak sesuai dengan orang yang telah menerima Roh Kudus dari Allah (lihat 1 Korintus 2:12). Selain itu, dalam bagian ini, ia juga menjelaskan pembelaannya terkait dengan pandangan jemaat Korintus yang menganggap khotbahnya "tidak berhikmat" (lihat 1 Korintus 2:1-5).

Pembelaan Paulus

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sebagian jemaat Korintus tidak hanya lebih memuja pemimpin lain daripada Paulus, tetapi mereka juga meragukan integritas Paulus sebagai seorang rasul. Mereka berpendapat bahwa khotbah Paulus tidak disampaikan dengan cara yang "berhikmat" (lihat 1 Korintus  2:1-5) dan menganggap apa yang dia sampaikan sebagai berita yang terlalu sederhana, bahkan hanya sebatas "susu" (lihat 1 Korintus 3:1-2). Mereka secara tidak langsung menuntut agar Paulus memberikan sesuatu yang lebih tinggi, sesuai dengan tingkat kebijaksanaan mereka sendiri. Kesombongan intelektual ini menjadi salah satu kelemahan yang mencolok dalam jemaat Korintus (lihat 8:1).

Serangan semacam ini mendorong Paulus untuk memberikan pembelaan diri. Upaya pembelaan ini dapat dilihat dalam beberapa petunjuk di 1 Korintus 3:1-4. Paulus menggunakan kata ganti "aku" (lihat 3:1-4), sementara di pasal 2:6-16, ia menggunakan kata ganti "kami" (lihat 1 Korintus 2:6-7, 13, 16). Penggunaan kata ganti "aku" ini sebelumnya muncul di pasal 2:1-5, yang membahas cara Paulus memberitakan Injil dan dipandang tidak berhikmat oleh jemaat. Oleh karena itu, penggunaan kata ganti "aku" di 1 Korintus 3:1-4 dapat diartikan sebagai petunjuk untuk menghubungkan perikop ini dengan 1 Korintus 2:1-5. Dengan kata lain, apa yang disampaikan di pasal 3:1-4 merupakan pembelaan lain dari Paulus, setelah pembelaan yang disampaikan di 1 Korintus 2:1-5.

Petunjuk lain tentang upaya pembelaan Paulus dapat ditemukan dalam kata "dan aku" di 1 Korintus 3:1 (kago). Ungkapan semacam ini dalam bahasa Yunani mengindikasikan penekanan, yang dapat diterjemahkan sebagai "dan aku, aku sendiri tidak dapat..." Melalui ungkapan ini, Paulus seolah-olah ingin menekankan dirinya sendiri, bukan para pemberita Injil secara umum (seperti yang dia nyatakan dengan kata ganti "kami" di 1 Korintus 2:6-16).

Bagaimana Paulus membela dirinya? Jika di pasal 2:6, Paulus telah membela diri dengan menyatakan bahwa dia sungguh-sungguh memberitakan hikmat yang sejati kepada mereka yang dewasa, mengindikasikan bahwa jemaat Korintus dianggap belum dewasa sehingga tidak dapat memahami hikmat yang dia sampaikan, maka di 1 Korintus 3:1-2, dia memberikan pembelaan yang serupa. Dia mengakui bahwa dia tidak dapat memberitakan Injil yang dianggap oleh mereka bukan sebagai makanan keras, tetapi ia melakukannya karena keterbatasan mereka. Inti masalah bukan terletak pada diri Paulus (1 Korintus 3: 1), melainkan pada diri mereka (1 Korintus 3: 2).

Teguran

Selain memberikan pembelaan diri, Paulus juga memberikan teguran kepada jemaat Korintus. Teguran ini dapat dilihat melalui beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada mereka. Terlepas dari seberapa keras teguran ini, tetap ada ungkapan kasih dari Paulus kepada mereka. Dia masih menyebut mereka sebagai "saudara-saudara" (ayat 1). Meskipun mereka dianggap "belum dewasa," mereka masih "di dalam Kristus" (ayat 1), yang menekankan bahwa perselisihan apa pun tidak akan mengubah kenyataan bahwa mereka semua adalah saudara dalam Kristus.

Sebutan apa yang digunakan oleh Paulus untuk merujuk kepada jemaat Korintus yang sedang berselisih?

1. Pertama, mereka disebut sebagai "bukan orang-orang rohani" (pneumatikoi, 1 Korintus 3:1). 

Istilah "tidak rohani" di sini tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki Roh Kudus dalam diri mereka. Sebelumnya, dalam pasal 2:12, Paulus mengatakan, "kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah." Dia juga mengajarkan bahwa orang yang mengaku Yesus sebagai Tuhan pasti memiliki pekerjaan Roh Kudus dalam diri mereka (lihat juga "di dalam Kristus" di 1 Korintus 3:1). Dalam surat-surat lainnya, Paulus juga mengajarkan bahwa orang percaya sudah memiliki Roh Kudus dalam diri mereka (Roma 8:9; Galatia 3:2-3; Titus 3:5-7). 

Jadi, jika Paulus menganggap bahwa jemaat Korintus tidak memiliki Roh Kudus, ia akan menggunakan istilah "psuchikos" yang berarti "manusia duniawi" (seperti yang digunakan dalam 2:14). Istilah "tidak rohani" di sini mengindikasikan bahwa meskipun mereka memiliki Roh Kudus, mereka tidak berpikir dan berperilaku sebagaimana seharusnya orang-orang yang memiliki Roh Kudus.

2. Kedua, mereka disebut sebagai "sarkinos" (1 Korintus 3:1). 

Terjemahan LAI:TB dengan "manusia duniawi" mungkin terlalu umum dan membingungkan, karena di pasal 2:14, istilah "manusia duniawi" digunakan, namun kata Yunani yang berbeda. Bahkan di 1 Korintus 3:3-4, istilah "manusia duniawi" juga memiliki kata Yunani yang berbeda. Jadi, bagaimana kita memahami arti "sarkinos" di 1 Korintus 3:1? 

Kata ini lebih merujuk kepada manusia yang dikuasai oleh kedagingan (sarx). Dalam Roma 7:14, Paulus menyebut dirinya sebagai "bersifat daging" (sarkinos), yang berarti dia masih terjebak dalam kuasa dosa. Keadaan ini jelas berbeda dengan orang yang rohani (seperti yang disebutkan di 3:1). Ini sejalan dengan konsep yang ditemukan dalam surat-surat Paulus lainnya (Roma 8:5-7; Galatia 5:16).

3. Ketiga, mereka disebut sebagai "nepios" (1 Korintus 3:1-2). 

Terjemahan LAI:TB menerjemahkan kata ini sebagai "belum dewasa," tetapi arti yang sebenarnya adalah "bayi" (seperti dalam semua versi Bahasa Inggris). Keadaan "bayi rohani" ini mungkin tidak hanya mencakup masa lalu, tetapi juga situasi saat Paulus menulis surat ini (seperti yang dinyatakan dalam ayat 2, yang menggambarkan bahwa mereka masih belum dapat menerima). Para ahli tafsir berdebat tentang arti yang lebih mendalam dari istilah "bayi" ini. Sebagian besar menduga bahwa jemaat Korintus hanya siap menerima pengajaran dasar Kristen, bukan yang lebih dalam (seperti yang dinyatakan dalam Ibrani 5:11-14). 

Namun, tafsiran ini mulai dipertanyakan oleh para penafsir modern. Selama 18 bulan tinggal di Korintus (Kisah Para Rasul 18:11), Paulus tidak mungkin hanya mengajarkan hal-hal dasar. Selain itu, kita perlu mengingat bahwa konteks pembicaraan di 1 Korintus 1-3 adalah tentang salib (Injil). Apakah salib merupakan ajaran dasar? Ternyata, di pasal 2:6, Paulus menyebut salib sebagai hikmat yang sesungguhnya bagi orang yang sudah dewasa. Jadi, salib bukanlah ajaran dasar. Lalu, apa hubungannya dengan "bayi," "susu," dan "makanan keras" di 1 Korintus 3:1-2? Yang perlu diubah oleh mereka bukanlah "menu makanan" tetapi "perspektif mereka terhadap makanan yang Paulus sampaikan."

4. Keempat, mereka disebut sebagai "sarkikos" (1 Korintus 3:3-4). 

Meskipun kata ini memiliki akar kata yang sama dengan "sarkinos" di ayat 1 (berasal dari kata "sarx" yang berarti "daging"), namun artinya sedikit berbeda. Jika "sarkinos" mengacu pada orang yang dikuasai oleh kedagingan, "sarkikos" di ayat 3-4 lebih mengarah pada orang yang cara berpikirnya hanya terfokus pada hal-hal yang bersifat jasmani dan sementara. 


Makna ini dapat ditemukan dalam penggunaan kata "sarkikos" di surat-surat Paulus, yang sering kali dikontraskan dengan hal-hal yang bersifat kekal (seperti yang dinyatakan dalam Roma 15:27, 1 Korintus 9:11, dan 2 Korintus 10:4a). Istilah "sarkikos" cocok digunakan untuk menggambarkan orang yang suka berselisih karena hal-hal yang pada akhirnya tidak memiliki nilai kekal, seperti harga diri, uang, jabatan, dan sebagainya.

5. Kelima, mereka disebut sebagai "anthropos" (1 Korintus 3: 3-4). 

Paulus menyatakan bahwa jemaat Korintus hidup "secara manusiawi" (kata "anthropon" di 1 Korintus 3: 3). Istilah "manusia" ini juga muncul kembali di akhir 1 Korintus 3: 4, yang secara harfiah berarti, "Bukankah itu menunjukkan bahwa kamu adalah manusia?" Terjemahan "secara manusiawi" mengindikasikan bahwa mereka cenderung mengikuti keinginan dan nafsu manusiawi mereka sendiri. Mereka berperilaku seperti manusia yang tidak dipandu oleh Roh Kudus. Keadaan ini bertentangan dengan kenyataan bahwa mereka telah menerima Roh Kudus (lihat 1 Korintus  2:6). Sebagai orang yang telah menerima Roh Kudus, mereka seharusnya tidak hanya mengikuti kehendak mereka sendiri.

Bukti

Paulus tidak hanya memberikan teguran, tetapi juga memberikan dua bukti yang menunjukkan bahwa mereka memang tidak rohani. Di 1 Korintus 3: 3, Paulus menyebutkan bahwa mereka memiliki "iri hati" (zelos) dan perselisihan (eris). Kedua kata ini sering kali muncul bersamaan dalam Alkitab dan mengindikasikan bahwa perselisihan sering kali timbul karena adanya iri hati.

Di 1 Korintus 3: 4, Paulus memberikan bukti lain, yaitu adanya favoritisme terhadap pemimpin. Memberikan penghormatan kepada pemimpin rohani tidak selalu salah, seperti yang Paulus ajarkan dalam 1 Timotius 5:17. Namun, dalam kasus perselisihan di Korintus, mereka telah melampaui batas. Mereka memilih satu pemimpin yang mereka sukai dan menyerang pemimpin lainnya. Sikap seperti ini ditentang oleh Paulus, bahkan oleh mereka yang mengidolakan dirinya sendiri.
Next Post Previous Post