Terang dan Kehidupan: Yohanes 1:4-5

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:4-5)

Di dalam menyusun suatu karya musik, seorang komponis sering kali memulainya dengan terlebih dahulu menyatakan thema-thema yang akan dijabarkannya di dalam karya tersebut. Itulah juga yang dilakukan oleh Yohanes di dalam kitab Injilnya. “Hidup” dan “Terang”; dua kata yang pokok dan besar, merupakan sebagian dari pokok penulisan kitab Injil keempat. Dua kata tersebut adalah sebagian dari thema-thema utama yang akan diperkembangkan dan diuraikan melalui penulisan kitab Injil ini. Marilah kita lihat lebih jauh.

Terang dan Kehidupan: Yohanes 1:4-5
Kitab Injil keempat mulai dan berakhir dengan ke-hidup-an. Pada permulaan kitab ini kita baca bahwa Yesus adalah kehidupan, dan pada akhir kitab kita baca bahwa tujuan Yohanes menulis Injil ialah agar manusia boleh “percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:31). Kata “hidup” terus menerus ada di bibir Yesus. Yesus merasa iba dan menyesal, bahwa manusia tidak mau datang supaya manusia mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10). 

Yesus memastikan dan menjamin bahwa Ia memberikan hidup kepada manusia dan bahwa manusia tidak akan binasa sebab tak seorang pun dapat merebut manusia itu dari tangan-Nya (Yohanes 10:28). Ia mengatakan, bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Di dalam kitab Injil ini kata benda hidup (zoe) dipakai lebih dari tiga puluh lima kali, dan kata kerja hidup atau mempunyai hidup (zen) lebih dari lima belas kali. Kalau begitu, apakah yang Yohanes maksudkan dengan hidup?

(1) Secara sederhana Yohanes maksudkan bahwa hidup adalah lawan dari kehancuran, kutuk dan mati. 

Allah mengirimkan anak-Nya agar siapa pun orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan mempunyai hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Orang yang mendengar lalu percaya memperoleh hidup dan kekal dan tidak akan dihukum (Yohanes 5:24). Ada pertentangan yang tajam antara kebangkitan kepada hidup dan kebangkitan kepada penghukuman (Yohanes 5:29). Mereka yang diberi hidup oleh Yesus tidak akan binasa (Yohanes 10:28).

Di dalam Yesus ada suatu hal, yang memberikan ketenteraman kepada hidup manusia sekarang dan yang akan datang. Kita tidak dapat dikatakan hidup, atau memiliki hidup, sebelum kita menerima Yesus, menjadikan-Nya Juru selamat kita dan Raja kita. Memang ada orang yang hidup tanpa Kristus, tetapi sebenarnya ia tidak tahu apa hidup itu. Yesus adalah satu-satunya pribadi yang bisa membuat hidup itu sangat berharga dan dengan penyertaan Yesus maka mati atau kematian hanyalah suatu pendahuluan dari kehidupan yang penuh.

(2) Meskipun Yesus adalah pembawa kehidupan ini, Yohanes yakin bahwa pemberi hidup itu adalah Allah sendiri. Berkali-kali Yohanes memakai kata “Allah yang hidup”. 

Kata-kata ini juga dipakai di dalam kitab-kitab lain dalam Alkitab. Bapa sendiri, yang mengirim Yesus menghendaki agar setiap orang yang melihat Yesus dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yohanes 6:40). Yesus adalah pemberi hidup sebab Sang Bapa sudah memberikan perkenan-Nya tentang hal itu kepada Yesus (Yohanes 6:27). Yesus memberikan hidup kepada siapa saja yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yohanes 17:2).

Di belakang semuanya ini ada Allah. Dengan kata-kata lain, Allah seolah-olah berkata: “Aku menciptakan manusia agar mereka memperoleh hidup; tetapi dengan dosa, mereka sudah mati. Aku telah mengirim Anak-Ku kepada mereka untuk memberitahu tentang hidup yang sebenarnya.”

(3) Kita masih harus terus bertanya, hidup ini apa? 

Berkali-kali kitab Injil keempat memakai kata-kata hidup yang kekal. Kata Yunani yang dipakai Yohanes untuk “kekal” adalah “ aionos”. Jelaslah bahwa apa pun arti hidup yang “kekal”, ia bukanlah hanya hidup yang berlangsung terus. Mungkin saja hidup yang berlangsung terus menjadi suatu kutuk yang mengerikan, dan manusia sangat rindu agar kutuk yang demikian itu segera dilepaskan dari hidupnya. Sebaliknya, di dalam hidup yang kekal bukan hanya harus ada panjang kurun waktu, tetapi juga mutu atau kualitas tertentu.

Hidup ini menjadi suatu hal yang tidak layak kalau ia tidak mempunyai makna yang tertentu. Di sini kita menemukan jawabannya. “Aionos” adalah kata sifat yang sering dipakai untuk menyebut Allah. Hanya Allah-lah yang aionos, yang kekal, dalam arti kata yang sebenarnya. Karena itu, hidup yang kekal adalah hidup yang dijalani oleh Allah sendiri. Hidup yang kekal adalah hidup Allah sendiri. Yang ditawarkan Yesus kepada kita adalah hidup Allah sendiri itu. Hidup kekal adalah hidup yang mengenal sesuatu yang berasal dari ketenangan dan kekuatan hidup Allah sendiri. Kalau Yesus datang untuk memberikan hidup kekal kepada manusia, maka artinya ialah bahwa Ia mengundang manusia untuk memasuki kehidupan Allah tadi.

(4) Bagaimana kita memasuki hidup Allah itu? 

Kita memasukinya melalui iman percaya kepada Yesus Kristus. Kata kerja “percaya”(psteuein) terdapat tidak kurang dari tujuh puluh kali di dalam kitab Injil ke-empat. “Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:36). Yesus berkata, “Sesungguhnya barang siapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” (Yohanes 6:47). Adalah kehendak Alllah sendiri bahwa manusia harus melihat Anak, percaya kepada-Nya, dan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 5:24). Apakah maksud Yohanes dengan “percaya”? Ada dua hal yang ia maksudkan:

(a) Ia maksudkan bahwa kita harus yakin bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah. Ia mau agar kita menentukan sikap tentang Yesus itu. Kalau Yesus itu hanya manusia saja, maka tak ada alasan sama sekali bagi kita untuk menaati apa pun yang dikehendaki-Nya. Kita harus benar-benar bergumul tentang tentang siapa Yesus itu. Kita harus melihat-Nya, belajar tentang Dia, meneliti-Nya, dan berpikir tentang Dia sampai kita mencapai kesimpulan bahwa Yesus tidak lain dan tidak bukan adalah Anak Allah.

(b) Tetapi percaya secara intelektual saja tidak cukup. Percaya kepada Yesus berarti menaati firman-Nya, menerima dan melakukan perintah-perintah-Nya sebagai hal yang secara mutlak mengikat, dan percaya tanpa ragu bahwa yang dikatakan-Nya adalah benar.

Bagi Yohanes, percaya berarti keyakinan pikiran bahwa Yesus adalah Anak Allah, kepercayaan dalam hati bahwa segala yang dikatakan Yesus adalah benar, pendasaran semua tindakan secara teguh hanya dengan firman-Nya. Kalau hal itu semua kita lakukan, maka kita tidak akan lagi hidup sebagaimana kita ada sekarang, melainkan kita benar-benar akan mulai hidup. Di situ kita akan tahu makna Hidup yang sebenarnya.

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.”

Kata kunci kedua dan yang juga besar dari Yohanes adalah “terang”. Kata ini terdapat di dalam kitab Injil ke-empat tidak kurang dari dua puluh satu kali. Yesus adalah terang manusia. Tugas Yohanes Pembaptis adalah menunjukkan terang itu, yang adalah Kristus, kepada manusia. Yesus sendiri sebanyak dua kali menyebut diri-Nya sendiri terang dunia (Yohanes 8:12; 9:5). Terang ini bisa ada di dalam diri manusia (Yohanes 11:10), sehingga mereka bisa menjadi anak-anak terang (Yohanes 12:36). Yesus berkata: “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang.” (Yohanes 12:46). Marilah kita mencoba mendalami ide tentang terang yang dibawa oleh Yesus ke dalam dunia itu. Ada tiga hal yang menonjol :

(1) Terang yang di bawa oleh Yesus itu adalah terang yang mengusir kekacau-balauan. 

Di dalam cerita kejadian, Roh Allah melayang-layang di atas kegelapan dan kekacau-balauan yang tak berbentuk yang sudah ada sebelum dunia dijadikan, dan berfirman “Jadilah terang.” (Kejadian 1:3). Terang yang baru dijadikan oleh Allah tersebut menelusuri dan masuk ke dalam kekacau-balauan yang kosong. Demikianlah juga Yesus adalah terang yang menerangi kegelapan (ayat 5). Ia adalah satu-satunya pribadi yang bisa menyelamatkan hidup dari kekacauan. Kalau Yesus tidak datang kepada kita, maka kita hanya akan bergantung kepada penderitaan-penderitaan dan ketakutan-ketakutan kita saja.

Kalau Yesus muncul di dalam hidup, maka terang pun muncul di situ. Salah satu hal yang sejak dahulu menakutkan di dunia ini ialah kegelapan. Ada sebuah cerita tentang anak kecil yang menginap di rumah orang lain. Di dorong oleh kemauan baik, maka tuan rumah mengizinkan si anak tidur dengan lampu yang tetap menyala. Tetapi dengan sopan si anak menolaknya. Lalu tuan rumah berkata: “Aku mengira engkau akan merasa takut kalau gelap.” Anak kecil itu menjawab: “Oh, tidak. Gelap itu ‘kan milik Allah.” Bagi kita, malam adalah terang seperti siang kalau Yesus bersama kita.

(2) Terang yang dibawa oleh Yesus adalah terang yang sanggup menerangi atau mengungkap hal-hal yang tidak kelihatan. 

Karena keterkutukannya maka manusia lebih mencintai kegelapan daripada terang. Manusia melakukan demikian itu karena perbuatan-perbuatan mereka jahat. Mereka membenci terang, sebab kalau tidak demikian maka perbuatan-perbuatan mereka yang jahat pasti akan terungkap (Yohanes 3:19-20). Terang yang di bawa oleh Yesus adalah terang yang memperlihatkan segala sesuatu sebagaimana adanya. Terang itu menyingkapkan topeng-topeng dan segala persembunyian. Terang itu menunjukkan segala sesuatu di dalam ketelanjangannya. Ia menunjukkan segalanya di dalam karakter dan nilainya yang benar.

Dahulu ada orang-orang sinis yang mengatakan, bahwa manusia membenci kebenaran karena kebenaran itu seperti terang yang tertuju ke mata yang sakit. Di dalam, puisi Caedmon terdapat suatu gambar yang aneh. Gambar itu adalah gambar tentang hari akhir. Di tengah gambar tersebut nampak Salib; dan Salib itu memancar suatu sinar aneh yang berwarna merah darah. Sinar itu mempunyai kemampuan yang aneh sedemikian rupa sehingga ia sanggup menunjukkan banyak hal sebagaimana adanya. Semua penutup luar, topeng-topeng, pembungkus luar dan pemalsuan-pemalsuan ditelanjanginya; dan segala sesuatu nampak telanjang sebagaimana sebenarnya ada.

Kita tidak pernah melihat diri kita sendiri sampai kita melihatnya telanjang di depan mata Yesus. Kita tidak pernah melihat kenyataan hidup kita sampai kita melihatnya di dalam terang Yesus. Yesus sering mendorong kita ke hadapan Allah dengan jalan menyatakan kenyataan diri kita sendiri kepada kita.

(3) Terang yang dibawa oleh Yesus adalah terang yang membimbing. 

Kalau orang tidak mempunyai terang itu, maka ia akan berjalan di dalam kegelapan dan tidak mengetahui ke mana berjalan di dalam kegelapan (Yohanes 12:46). Salah satu gambaran yang ada dalam cerita-cerita Injil yang tidak bisa dilewatkan oleh siapa pun adalah banyaknya orang yang bergegas datang kepada Yesus dan menanyakan: “Apa yang harus aku lakukan?”

Kalau Yesus masuk ke dalam hidup, maka berakhirlah masa menduga-duga dan meraba-raba, dan lenyaplah masa keraguan, ketidak-menentuan dan kebimbangan. Jalan yang gelap menjadi terang, sikap yang diselubungi oleh kegelapan yang tak menentu diterangi. Tanpa Yesus maka kita adalah laksana orang-orang yang berjalan meraba-raba di dalam kegelapan jalan yang tidak kita kenal. Dengan Yesus maka jalan itu bersih dan terang.

KEGELAPAN YANG JAHAT

“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:5)

Di sini kita temukan lagi salah satu kata yang penting bagi Yohanes, yaitu “kegelapan” (skotus, skotia). Kata ini terdapat sebanyak tujuh kali di dalam Injil Yohanes. Bagi Yohanes di dunia ini terdapat “kegelapan” yang sama nyatanya dengan “terang”.

(1) Kegelapan itu bersikap jahat terhadap terang. 

Terang itu bercahaya di dalam kegelapan; namun walau kegelapan tersebut berusaha keras ia tidak dapat memadamkan terang itu. Orang yang berdosa mengasihi kegelapan dan membenci terang, sebab terang itu mengungkapkan banyak hal.

Ada kemungkinan bahwa di sini Yohanes meminjam pikiran orang lain. Sebagaimana kita tahu, Yohanes tidak akan ragu-ragu untuk mengambil alih ide-ide baru kalau dengan jalan seperti itu ia bisa menyajikan berita Kristen secara baik kepada orang lain. Pada masa hidup Yohanes, pikiran manusia banyak sekali dipengaruhi oleh agama yang terkenal di Persi, yaitu Zoroaster. Agama Zoroaster percaya bahwa di alam semesta ada dua kekuatan besar yang saling berlawanan, yaitu ilah terang yang bernama Ahriman, dan ilah gelap yang bernama Ormuzd. Alam semesta ini adalah sebuah medan perang bagi pertentangan kosmis yang abadi antara terang dan gelap. Yang menjadi persoalan bagi hidup manusia ialah memilih salah satu dari kedua kekuatan tersebut.

Di situ Yohanes berkata: “Ke dalam dunia ini Yesus datang; Ia adalah terang dunia. Di dunia ini ada suatu kegelapan yang berusaha menyepelekan Dia, membuang-Nya dari hidup, dan bahkan membunuh-Nya. Tapi di dalam Yesus ada kekuatan yang tak terkalahkan. Kegelapan itu dapat membenci-Nya, tetapi tak akan pernah dapat membebaskan diri dari-Nya.”

Sesungguhnya pernah juga dikatakan, bahwa “Semua kegelapan di dunia tidak dapat memadamkan nyala api yang terkecil pun.” Pada akhirnya terang yang tak terkalahkan itu akan mengalahkan kegelapan yang jahat. Yohanes menandaskan: “Pilihlah pihak yang akan engkau ikuti di dalam pertentangan abadi itu, dan pilihlah yang benar.”

(2) Kegelapan merupakan pelindung bagi kenyataan alamiah orang-orang yang membenci kebaikan. 

Manusia yang mempunyai perbuatan jahat itulah yang takut akan terang (Yohanes 3:19-20). Orang yang mempunyai hal-hal yang ingin disembunyikan adalah orang yang mencintai kegelapan; tetapi sebenarnya adalah sama sekali tidak mungkin untuk menyembunyikan sesuatu dari Allah. Sinar terang-Nya menyusup ke setiap sudut bayang-bayang dan kegelapan, serta mengungkap setiap kejahatan yang bersembunyi di dunia.

(3) Ada beberapa bagian dari Injil Yohanes yang menyatakan bahwa kegelapan seolah-olah berarti “ketidak-acuhan”, khususnya ketidakacuhan yang dengan sengaja menolak terang Yesus Kristus

Yesus berkata: “Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.” (Yohanes 8:12). Ia katakan kepada para murid-Nya, bahwa terang tersebut hanya akan ada bersama mereka untuk waktu yang singkat; hendaklah mereka berjalan di dalamnya; kalau mereka tidak mau maka kegelapan akan datang, dan orang yang berjalan di dalam kegelapan tidak mengetahui arah perjalanannya (Yohanes 12:35). Ia katakan lagi, bahwa Ia datang dengan terang-Nya agar manusia tidak lagi tinggal di dalam kegelapan (Yohanes 12:46).

Tanpa Yesus Kristus, maka siapa pun tidak akan dapat menemukan atau melihat jalannya. Orang tersebut sama seperti orang yang matanya ditutup rapat, atau bahkan seperti orang buta. Tanpa Yesus Kristus hidup ini akan tersesat. Goethe pernah berteriak minta terang, katanya: “Terang, berilah terang lagi!” Ada juga seorang pemimpin dari Skotland yang menjelang ajalnya berkata kepada kawan-kawannya, demikian: “Nyalakan lilin supaya ada terang, sehingga aku bisa melihat sampai ajalku.” Yesus adalah terang yang menunjukkan jalan bagi manusia, dan yang menerangi setiap jengkal dari jalan tersebut.

Pernah juga beberapa kali Yohanes memakai kata “kegelapan” secara simbolis. Kadang kala ia memakai kata tersebut dalam arti kegelapan yang lebih daripada kegelapan malam di bumi. Ia bertutur tentang Yesus yang berjalan di atas air. Pada waktu itu para murid telah berangkat dan sedang menyeberangi danau tanpa Yesus; lalu Yohanes menulis: “Hari sudah gelap (dan) Yesus belum juga datang mendapatkan mereka.” (Yohanes 6:17). 

Tanpa kehadiran Yesus maka yang ada hanya kegelapan yang mengancam. Dalam berita tentang kebangkitan Yesus, Yohanes menceritakan keadaan pada jam-jam pagi hari sebelum mereka yang mengasihi Yesus mengetahui bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Ia memulai ceritanya dengan mengatakan: “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu.” (Yohanes 20:1). Pada saat itu Maria Magdalena mengalami kehidupan tanpa Yesus, dari dunia kehidupan seperti itu adalah laksana kegelapan.

Yohanes menulis juga tentang Perjamuan Malam Terakhir. Di dalamnya diceritakan bagaimana Yudas menerima roti lalu pergi memulai tindakan kejamnya untuk mengkhianati Yesus. Dengan bahasa simbolis yang menakutkan Yohanes mengatakan: “Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.” (Yohanes 13:30). Artinya Yudas telah mulai memasuki kehidupan yang gelap seperti gelapnya malam, yaitu kehidupan yang berkhianat terhadap Yesus.

Bagi Yohanes hidup tanpa Kristus adalah hidup di dalam kegelapan. Kegelapan berarti hidup tanpa Kristus, yang secara khusus berarti juga hidup menolak Kristus.

Baca Juga: Firman dan Penciptaan (Yohanes 1:1-3)

Masih ada satu hal lagi yang perlu kita catat. Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan menjadi “menguasai” adalah “kata lambanein”. Kata ini bisa mempunyai tiga macam arti:

a) Arti yang pertama ialah, bahwa kegelapan itu tidak akan pernah bisa mengerti terang. 

Di dalam arti ini terkandung pengertian bahwa manusia di dunia tidak dapat mengerti kehendak Kristus dan jalan yang Kristus tunjukkan. Bagi manusia tersebut semuanya itu hanya merupakan ketololan belaka. Siapa pun tidak akan dapat mengerti Yesus kecuali kalau ia mau menyerahkan diri kepada-Nya.

b) Arti yang kedua ialah, bahwa kegelapan itu tidak akan pernah “mengalahkan” terang. 

Kata Yunani ‘kata lambanein” dapat berarti “mengusahakan untuk melampaui lalu mempertahankan dan memenangkan.” Hal ini berarti, bahwa kegelapan dunia telah mengusahakan segala sesuatu yang mungkin untuk menyingkirkan Kristus, bahkan sampai menyalibkan-Nya, tetapi tidak pernah berhasil menghancurkan-Nya. Arti ini memberi penjelasan kepada makna tentang Kristus yang disalib dan Kristus yang menang.

c) Arti yang ketiga ialah, memadamkan nyala api atau bara. 

Arti inilah yang kita ambil di dalam pembahasan kita di sini. Meskipun manusia telah mengusahakan apa saja yang dapat mereka perbuat untuk mengaburkan dan memadamkan terang Allah di dalam Kristus, mereka tidak dapat berhasil. Walau ada usaha-usaha manusia seperti itu sepanjang zaman, sinar terang Kristus tetap bercahaya-cahaya kepada setiap generasi manusia. 

Next Post Previous Post