YOHANES 2:1-11 : YESUS MENGUBAH AIR MENJADI ANGGUR (3)

MUJIZAT YESUS KRISTUS : MENGUBAH AIR MENJADI ANGGUR (3/SELESAI).
INJIL YOHANES 2 :1-11

Selanjutnya sebagai penutup pembahasan kita mengenai kisah mukjizat Yesus mengubah air menjadi anggur, kita perlu mempelajari dan harus mencari kebenaran yang dalam dan tetap, yang hendak diajarkan melalui peristiwa mukjizat Yesus tersebut. Kita harus ingat bahwa Yohanes menulis Injilnya itu dengan dua latar belakang. Ia adalah orang Yahudi dan ia menulis Injilnya untuk orang Yahudi, tetapi tujuan utamanya ialah agar cerita tentang Yesus itu bisa diterima dengan baik oleh orang-orang Yunani.
YOHANES 2:1-11 : YESUS MENGUBAH AIR MENJADI ANGGUR (3)
Marilah kita lihat tulisan Yohanes itu dari sudut orang Yahudi. Kita harus ingat bahwa di balik cerita-cerita yang sederhana itu terdapat makna yang lebih dalam yang hanya tampak kepada mereka yang penglihatannya terbuka dan mau melihat. Yohanes tidak pernah menulis hal-hal detail yang tidak perlu atau yang tidak penting di dalam kitab Injilnya. Setiap hal yang ditulisnya mempunyai makna dan menunjuk kepada hal yang jauh.

Di dalam cerita ini disebutkan ada enam tempat air dari batu; dan atas perintah Yesus air di dalamnya berubah menjadi anggur. Menurut orang Yahudi, angka tujuh merupakan angka yang lengkap dan sempurna, dan angka enam adalah angka yang belum lengkap dan belum sempurna. Enam tempat air dari batu itu menunjuk kepada ke tidak-sempurnaan semua hukum Yahudi. Yesus datang untuk menghapuskan ke tidak sempurnan hukum itu dan menggantikannya dengan anggur baru, Injil anugerah-Nya. Yesus mengubah ke tidak sempurnaan hukum menjadi kesempurnaan anugerah.

Ada satu hal lagi yang perlu dicatat dalam hubungan ini. Ada enam tempat air dari batu, yang masing-masing berisi air dua sampai tiga buyung, dan diubah oleh Yesus menjadi anggur. Jumlah semua isinya kira-kira bisa mencapai 720 liter. Dan semuanya itu menjadi anggur. Cerita ini memang tidak harus dimengerti secara harafiah. Yang dimaksudkan oleh Yohanes ialah bahwa anugerah Yesus yang datang kepada manusia adalah cukup bagi siapa saja. Tidak ada suatu pesta perkawinan yang akan bisa menghabiskan 720 liter anggur. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa menghabiskan anugerah Yesus. Anugerah itu sungguh-sungguh mulia dan berlimpah-ruah. Yohanes hendak menjelaskan kepada kita bahwa di dalam Yesus ke tidak sempurnaan telah menjadi kesempurnaan, dan anugerah menjadi tidak terbatas, cukup, dan bahkan lebih dari cukup bagi setiap keperluan.

Marilah sekarang kita ,melihat hal itu dari sudut pandangan Yunani. Orang Yunani ternyata mempunyai cerita semacam cerita Yohanes ini. Dionysos adalah dewa Yunani untuk anggur. Pausanias adalah seorang Yunani yang pernah menulis uraian tentang negara Yunani, dan upacara-upacara kuno yanga da di situ. Di dalam tulisannya tentang Elis, ia bercerita tentang suatu upacara dan dan kepercayaan kuno:
“Di antara pasar dan Menius ada suatu tempat pertunjukkan kuno dan sebuah kuil Dionysos. Patung Dionysos itu adalah buah tangan Praxiteles. Tidak ada dewa lain yang begitu dihormati oleh orang-orang Elis seperti dewa Dionysos. Mereka mengatakan bahwa dewa Dionysos ikut serta di dalam pesta Thyia. Tempat perayaan Thyia itu kira-kira satu setengah kilometer dari kota. Di dalam gedung itu ditaruh tiga tempat air kosong. Hal itu dilakukan oleh para imam dan disaksikan oleh para penduduk dan para orang asing yang kebetulan ada di dalam negeri itu. Para imam dan siapa saja yang bersedia mengikuti, meletakkan simbol-simbol mereka pada pintu-pintu gerbang tersebut. Keesokan harinya mereka bebas untuk memeriksa kembali simbol-simbol tersebut, dan ketika mereka hendak memasuki gedung mereka melihat bahwa tempat-tempat air tersebut telah penuh dengan anggur. Saya sendiri pada waktu itu tidak ada di tempat perayaan tersebut. Tetapi kebanyakan orang-orang terhormat dari Elis, dan orang-orang asing yang ada dalam pesta itu bersumpah bahwa kenyataan seperti yang saya ceritakan itu benar-benar terjadi.”

Jadi orang-orang Yunani pun mempunyai cerita seperti yang diceritakan oleh Yohanes. Yohanes di sini seolah-olah berkata: “Kalian orang Yunani mempunyai cerita-cerita serta legenda-legenda tentang para dewa kalian. Semuanya itu hanya cerita saja, dan kalian tahu bahwa semuanya tidak benar. Tetapi Yesus telah datang dan melakukan apa yang kalian impikan bisa dilakukan oleh para dewa kalian. Yesus datang untuk melakukan apa yang kalian sangat rindukan itu.”

Kepada orang Yahudi, Yohanis mengatakan: “Yesus datang untuk mengubah ke tidak sempurnaan hukum menjadi kesempurnaan anugerah.” Kepada orang Yunani, ia katakan: “Yesus datang untuk benar-benar melakukan apa yang kalian impikan bisa dilakukan oleh para dewa.”

Sekarang kita tahu apa yang hendak Yohanes ajarkan kepada kita. Setiap cerita tidak hanya menceritakan sesuatu yang dilakukan Yesus untuk satu kali saja, melainkan tentang sesuatu yang Yesus lakukan terus menerus. Yohanes tidak menceritakan tentang hal-hal yang sekali pernah dilakukan Yesus di Palestina, melainkan tentang hal-hal yang masih sedang Yesus lakukan sekarang juga. Dan apa yang diinginkan oleh Yohanes di sini bukannya supaya kita mengetahui bahwa Yesus pernah pada suatu hari mengubah air dalam tempayan menjadi anggur. Yohanes ingin agar kita mengetahui bahwa apabila Yesus datang ke dalam hidup seseorang, di situ datang juga suatu kualitas baru seperti berubahnya air menjadi anggur. Tanpa Yesus, hidup hanyalah kosong, hambar dan tidak bermakna. Kalau Yesus masuk ke dalamnya, hidup itu menjadi hidup, gairah dan menyenangkah. Tanpa Yesus, hidup adalah membosankan dan tidak menarik. Dengan Yesus, hidup itu bergerak, bergetar dan penuh kegirangan.

Ketika Sir Wilfred Grenfell menghimbau untuk mendapatkan sukarela-wan bagi pekerjaannya di Labrador, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa menjanjikan uang banyak, tetapi ia memberi mereka janji mengenai waktu yang bermakna dalam hidup mereka. Janji seperti itulah juga yang diberikan oleh Yesus kepada kita.


Ingatlah bahwa Yohanes menulis Injilnya tujuh puluh tahun setelah Yesus disalib. Selama tujuh puluh tahun itu Yohanes telah memikirkan, merenungkan dan mengingat-ingat Yesus, sampai ia melihat makna serta hal-hal penting yang dahulu tidak dilihatnya. Ketika Yohanes menuturkan cerita ini, ia ingin tentang kenyataan hidup bersama Yesus. Ia mengatakan: “Ke mana saja Yesus pergi dan kapan saja Yesus datang ke dalam hidup, semuanya itu laksana air yang berubah menjadi anggur.”

Di dalam cerita ini Yohanes sendiri berkata kepada kita sekarang: “Kalau Anda menginginkan kesukacitaan yang baru, jadilah pengikut Yesus, dan Anda akan mengalami perubahan hidup seperti air yang berubah menjadi anggur.” Amin.
Next Post Previous Post