YOHANES 9:1-41: YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG BUTA SEJAK LAHIR (2)

MUJIZAT YESUS KRISTUS : YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG BUTA SEJAK LAHIR (2).

[III]. PRASANGKA DAN KEYAKINAN.

“Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat." Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelikkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi.” (Yohanes 9:13-17)
YOHANES 9:1-41: YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG BUTA SEJAK LAHIR (2)
Sekarang mulai muncul masalah yang tak dapat dihindarkan. Saat itu adalah hari Sabat, dan ketika Yesus menyembuhkan orang buta sejak lahir itu dengan sarana mengaduk tanah dan ludah serta mengoleskannya pada kedua mata yang buta itu, maka hal itu sudah bisa dianggap telah melanggar hukum Sabat.

(1). Dengan mengaduk tanah dan ludah, itu termasuk melakukan pekerjaan pada hari Sabat, seringan apa pun pekerjaan tetaplah hal itu dilarang untuk dilakukan pada hari Sabat. 

Berikut adalah beberapa hal yang dilarang pada hari Sabat: "Seseorang tidak boleh mengisi piring dengan minyak dan meletakkannya di samping lampu dan meletakkan ujung sumbu di dalamnya." "Jika seseorang memadam lampu pada hari Sabat untuk menghemat lampu atau minyak atau sumbu, dia bersalah." "Seorang pria tidak boleh keluar pada hari Sabat dengan sandal bersepatu paku." (Karena berat paku akan menjadi beban, dan memikul beban berarti melanggar hari Sabat). “Seorang pria tidak boleh memotong kuku jarinya atau mencabut sehelai rambut di kepala atau janggutnya.” Jadi, jelas di mata hukum Yahudi membuat adonan tanah liat berarti bekerja dan dengan demikian melanggar hukum Sabat.

(2). Dilarang menyembuhkan pada hari Sabat. 

Pertolongan medis hanya dapat diberikan jika hidup pasien benar-benar dalam keadaan bahaya. Pertolongan ringan boleh diberikan hanya sebagai upaya menjaga agar pasien tidak bertambah parah, bukan untuk membuatnya lebih baik. Misalnya, seseorang yang mengalami sakit gigi tidak diperbolehkan untuk berkumur dengan air garam atau menghisap air cuka melalui gigi-giginya. Dilarang juga untuk menyambung tulang yang patah. Jika seseorang terkilir tangannya atau kakinya, dia tidak boleh menyiram air dingin di atas bagian itu. Jadi jelas sekali, laki-laki yang buta sejak lahir itu tidak berada dalam bahaya hidup, maka oleh karena itu Yesus dianggap telah melanggar hari Sabat dengan menyembuhkan orang itu.

(3). Telah ditetapkan dengan jelas sekali: “Mengenai ludah orang yang berpuasa, hukum tidak memperkenankan untuk mengoleskannya begitu banyak di kelopak mata.” 

Orang-orang Farisi merupakan tipikal orang-orang di setiap generasi yang menghukum siapa pun yang berpandangan berbeda di bidang agama daripada pandangan mereka sendiri. Mereka berpandangan bahwa pandangan agama mereka adalah satu-satunya cara yang benar untuk melayani Allah. Akan tetapi beberapa orang di antara mereka ada yang berpikir lain dan menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang berbuat seperti Yesus telah perbuat, dapat menjadi orang berdosa.

Selanjutnya mereka membawa orang buta yang disembuhkan itu dan memeriksanya. Pada waktu dia ditanyakan mengenai pendapatnya tentang Yesus, dia menjawabnya tanpa ragu-ragu. Dia berkata, bahwa Yesus adalah seorang nabi. Di dalam Perjanjian Lama seorang nabi seringkali diuji kenabiannya dengan tanda-tanda yang dia buat. Musa memberi jaminan kepada Firaun bahwa dia sungguh-sungguh adalah utusan Allah dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang dia lakukan (Keluaran 4:1-17). 

Nabi Elia membuktikan bahwa dia adalah nabi dari Allah yang sejati dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh nabi-nabi Baal ( ! Raja-Raja 18). Pastilah pikiran orang itu melayang ke perkara-perkara semacam ini pada waktu dia mengatakan bahwa menurut pandangannya Yesus adalah seorang nabi.

Biar bagaimana pun juga, orang buta yang telah disembuhkan ini cukup berani. Dia tahu benar bagaimana pandangan orang-orang Farisi tentang Yesus. Dia tahu juga bahwa jika dia memihak kepada Yesus, dia pasti akan dikucilkan. Tetapi dia membuat pernyataannya dan mempertahankannya. Seolah-olah dia mengatakan, “Aku tidak bisa berbuat lain daripada percaya kepada-Nya, karena segala apa yang telah Dia perbuat bagiku.” Dalam hal ini dia menjadi contoh yang mulia bagi kita.

[IV]. ORANG-ORANG FARISI MENOLAK.

“Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?" Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri." Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri." Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa." Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?" Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengar-kannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang." Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.” (Yohanes 9:18-34)
Tidak ada peran yang lebih hidup yang dilukiskan dalam semua literatur daripada ini. Dengan sentuhan-sentuhan yang tangkas dan membuka pikiran, Yohanes membuat orang-orang yang terlibat dalam cerita ini menjadi hidup di hadapan kita.

(1). Orang yang buta itu sendiri. 

Dia mulai jengkel dengan desakan-desakan orang-orang Farisi itu. "Katakan sesukamu," katanya, "tentang Orang ini; aku tidak tahu apa-apa tentang Dia kecuali Dia membuatku bisa melihat." Ini adalah fakta sederhana dari pengalaman Kristen bahwa banyak orang mungkin tidak mampu untuk mengatakan dalam bahasa theologi yang tepat tentang iman kepada Yesus, tetapi walaupun demikian dia dapat menyaksikan tentang apa yang telah Yesus perbuat bagi jiwanya. Bahkan jika orang itu tidak dapat mengerti dengan akal budinya, dia dapat merasakan di dalam hatinya. Adalah lebih baik mengasihi Yesus daripada mengasihi teori-teori tentang Dia.

(2). Ada juga orang tua orang buta yang disembuhkan itu. 

Mereka jelas tidak kooperatif, tetapi sekaligus juga merasa takut. Para penguasa sinagoge itu mempunyai senjata yang ampuh sekali, yakni senjata pengucilan, yang dengannya orang bisa dikeluarkan dari jemaat umat Allah.

Kembali ke zaman Ezra, kita membaca adanya suatu undang-undang yang mengatakan bahwa barang siapa tidak menuruti perintah para penguasa, maka “hartanya akan disita dan ia akan dikucilkan dari jemaat.” (Ezra 10:8). Yesus pun memperingatkan murid-murid-Nya bahwa nama mereka ditolak sebagai sesuatu yang jahat (Lukas 6:22). Dia memberitahukan juga kepada mereka bahwa mereka akan dikucilkan dari sinagoge (Yohanes 16:2). Sebenarnya banyak penguasa di Yerusalem yang percaya kepada Yesus, tetapi mereka takut untuk mengatakannya, “supaya mereka jangan dikucilkan dari sinagoge.” (Yohanes 12:42).

Ada dua macam pengucilan. Ada pengucilan yang disebut “cherem”, dengan macam pengucilan tersebut orang dikucilkan dari sinagoge selama hidupnya. Dalam kasus semacam ini orang itu secara resmi terkena kutuk. Dia dikenakan kutuk dihadapan orang banyak, dan dipisahkan dari Tuhan dan manusia. Ada juga pengucilan sementara yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau selama satu masa yang ditentukan. Yang menakutkan bagi orang Yahudi dalam keadaan demikian ialah bahwa dia dipandang sudah terpisah sama sekali dari Tuhan dan sinagoge.

Oleh sebab itu orang tua orang yang buta itu menjawab bahwa anaknya sudah cukup dewasa untuk memberi kesaksian yang sah dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya itu sendiri. Orang-orang Farisi sedemikian jengkelnya terhadap Yesus sehingga mereka bersedia untuk melakukan apa yang paling buruk yang terkadang dapat dilakukan oleh pejabat gereja - menggunakan prosedur gerejani untuk mewujudkan tujuan-tujuan mereka sendiri.

(3). Ada juga orang-orang Farisi. 

Mereka awalnya tidak percaya bahwa laki-laki itu buta. Artinya, mereka curiga bahwa ini adalah mukjizat yang dipalsukan atau mungkin juga ada konspirasi antara Yesus dan orang buta itu. Selanjutnya, mereka sangat menyadari bahwa hukum mengakui bahwa seorang nabi palsu dapat menghasilkan mukjizat palsu untuk tujuan palsunya sendiri. Ulangan 13:1-5 memperingatkan terhadap nabi palsu yang membuat tanda-tanda palsu untuk menyesatkan orang-orang, di samping dewa-dewa asing. Jadi orang-orang Farisi mulai dengan kecurigaan. Mereka melanjutkan untuk mencoba menggertak laki-laki itu. "Berikan kemuliaan kepada Allah," kata mereka. "Kami tahu bahwa orang ini adalah orang berdosa."

"Berikan kemuliaan kepada Allah," adalah ungkapan yang digunakan dalam pemeriksaan silang yang sebenarnya berarti:” Katakanlah apa yang benar di hadapan Tuhan dan dalam nama Tuhan.” Pada waktu Yosua memeriksa Akhan mengenai dosa apakah yang telah diperbuat-Nya sehingga mendatangkan malapetaka bagi Israel, dia mengatakan kepadanya: “Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel, dan mengakulah di hadapan-Nya; katakanlah kepadaku apa yang kau perbuat, jangan sembunyikan kepadaku.” (Yosua 7:19).

Orang-orang Farisi itu jengkel karena tidak dapat menemukan di dalam argumen orang buta itu sesuatu yang didasarkan atas Alkitab. Yang dikatakan hanya, “Yesus telah melakukan perkara-perkara yang amat ajaib; kenyataan bahwa Dia berbuat demikian itu berarti bahwa Allah mendengar doa Dia. Nah, Allah tidak pernah mendengarkan doa-doa orang yang jahat, oleh karena itu Yesus tidak mungkin orang yang jahat.” Orang buta yang telah disembuhkan itu mengemukakan argumen kepada orang-orang Farisi dan mereka tidak bisa menyanggahnya.

Jika mereka dihadap-mukakan dengan argumen semacam itu, lihatlah apa yang mereka perbuat: Pertama, mereka mengambil jalan terakhir, yaitu “penyalahgunaan”. Mereka menumpukkan penyalah gunaan atas dia. Kedua, mereka mengambil jalan “penghinaan”. Mereka menuduh orang itu telah dilahirkan dalam dosa. Artinya, mereka menuduh dia dengan dosa sebelum kelahiran. Ketiga, mereka mengambil jalan “ancaman kuasa”. Mereka mengusir dia supaya pergi dari hadapan mereka.
Seringkali kita mempunyai perbedaan-perbedaan dengan orang-orang lain. Dan hal itu pada dirinya baik juga. Akan tetapi pada saat penghinaan dan penyalah-gunaan dan ancaman masuk ke dalam argumen, hal itu tidak lagi merupakan argumen, melainkan menjadi suatu perrtandingan dalam kepahitan. Jika kita menjadi marah dan mengambil jalan terakhir dalam penggunaan kata-kata yang kasar dan ancaman-ancaman yang panas, hal itu hanya membuktikan bahwa persoalan kita adalah lemah dan mengganggu.

[V]. PENYATAAN DAN HUKUMAN.

“Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." (Yohanes 9:35-41)

Bagian ini dimulai dengan dua kebenaran rohani yang besar:

(1). Yesus mencari orang itu. 

Seperti yang dikatakan Chrysostom: "Orang-orang Yahudi mengusirnya dari Bait Allah; tetapi TUHAN Penguasa Bait Allah menemukannya." Jika seorang Kristen oleh karena kesaksiannya menyebabkan dia dikucilkan dari sesamanya, maka hal itu akan membawa dia lebih dekat kepada Kristus. Yesus selalu setia dan benar terhadap orang yang setia dan benar terhadap Dia.

(2). Kepada orang ini diberi suatu pernyataan besar bahwa Yesus adalah Anak Allah. 

Kesetiaan selalu membawa pernyataan bagi orang yang setia dan benar kepada-Nya. Yesus menyatakan diri sepenuhnya kepadanya. Hukuman atas kesetiaan mungkin juga penganiayaan atau pengasingan dalam tangan manusia, upahnya ialah perjalanan yang lebih dekat dengan Kristus, dan peningkatan pengetahuan tentang keajaiban-Nya.

Yohanes mengakhiri cerita ini dengan memberikan dua macam pemikiran yang ia gemari:

(a). Yesus datang ke dunia ini untuk penghakiman.

Kapan saja manusia dihadap-mukakan dengan Yesus, orang itu segera mendapatkan penghakiman terhadap dirinya sendiri. Jika ia tidak melihat di dalam Yesus sesuatu apa pun untuk diingini, untuk dikagumi, untuk dikasihi, maka ia menghakimi dirinya sendiri. Jika ia melihat di dalam Yesus sesuatu untuk dikagumi, sesuatu untuk diberi jawaban, sesuatu untuk dicapai, maka ia berada pada perjalanan menuju kepada Allah.

Orang yang menyadari kebutaannya sendiri dan mohon supaya bisa melihat lebih baik dan mengetahui lebih banyak, adalah orang yang matanya akan dibuka dan yang bisa dibawa makin mendalam dalam pengenalan tentang kebenaran. Orang yang mengira bahwa ia sudah mengetahui semuanya dan tidak menyadari bahwa ia tidak bisa melihat, adalah orang yang benar-benar buta dan tidak bisa ditolong dan tanpa harapan lagi. Hanya orang yang meyadari kebutaannya dapat belajar melihat. Hanya orang yang menyadari kelemahannya sendiri akan menjadi kuat. Hanya orang yang menyadari dosa-dosanya bisa mendapatkan pengampunan.

(b). Semakin banyak pengetahuan ada pada manusia, semakin banyak pula ia dihukum jika ia tidak mengenali kebaikan pada waktu melihatnya. 

Jika orang-orang Farisi dibesarkan dalam kebodohan, mereka tidak bisa dihukum. Penghukuman itu ada dalam kenyataan bahwa mereka mengetahui begitu banyak dan menganggap dirinya dapat melihat begitu jelas, akan tetapi walaupun demikian gagal untuk dapat mengenal Anak Allah pada waktu Dia datang. Hukum yang menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sisi lain dari hak telah tertulis dalam kehidupan.
--------------------------------
Sebelum kita meninggalkan pasal yang sangat indah ini, ada baiknya kita membacanya ulang secara keseluruhan dari awal hingga akhir. Apabila kita membacanya dengan teliti dan penuh perhatian, kita akan melihat kemajuan yang terindah dalam pengertian orang buta yang telah disembuhkan itu mengenai Yesus Kristus. Ada tiga tahap dan tiap tahap lebih tinggi dari yang mendahuluinya.

(1). Orang buta yang telah disembuhkan itu mulai menyebut Yesus adalah seorang manusia. “Seorang yang namanya Yesus telah membuka mataku.” (Yohanes 9:11). Dia mulai memikirkan Yesus sebagai seorang yang ajaib. Dia belum pernah menjumpai orang yang dapat melakukan perkara-perkara seperti yang Yesus lakukan, dan ia mulai memikirkan Yesus sebagai seorang yang paling hebat di antara manusia.


Kadang ada baiknya juga kita memikirkan kebesaran Yesus sebagai manusia. Di dalam gedung kesenian yang memperingati pahlawan-pahlawan besar dunia, Dia harus mendapatkan tempat-Nya. Di dalam kumpulan cerita-cerita tentang kehidupan manusia yang terindah, kehidupan-Nya harus dimasukkan juga. Dalam kumpulan sastra yang besar di dunia, perumpamaan-perumpamaan-Nya haruslah didaftarkan juga.

(2). Selanjutnya orang buta yang telah disembuhkan itu menyebut Yesus sebagai seorang nabi. Ketika ia ditanya pendapatnya tentang Yesus, sehubungan dengan kenyataan bahwa ia bisa melihat, jawabnya adalah:” Dia adalah seorang nabi.” (Yohanes 9:17). Nabi adalah seorang yang menyampaikan pesan Allah kepada manusia. Nabi adalah seorang yang hidupnya dekat dengan Allah.

Ketika kita membaca hikmat dari kata-kata Yesus, kita pasti akan berkata: "Ini adalah seorang nabi." Apa saja mungkin dapat diragukan, akan tetapi inilah yang benar – jika orang mengikuti pengajaran Yesus, semua masalah pribadi, sosial, nasional dan internasional, akan dapat dipecahkan. Jika pernah ada seorang yang berhak disebut nabi, Yesus itulah orangnya.

(3). Pada akhirnya, orang buta yang telah disembuhkan itu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia dapat melihat bahwa kategori-kategori manusiawi tidak mencukupi untuk menggambarkan Yesus. Adalah suatu hal yang hebat sekali mengenai Yesus, yaitu bahwa semakin banyak kita mengenal Dia, maka semakin menjadi besarlah Dia. Kesulitan dengan hubungan antar manusia ialah sering kali bahwa semakin kita mengenal seseorang semakin banyak juga kita melihat kelemahan-kelemahannya dan kekurangan-kekurangannya. Akan tetapi semakin banyak kita mengenal Yesus, semakin menjadi besar rasa kagum kita dan ini adalah benar, tidak hanya pada waktu sekarang ini tetapi juga dalam kekekalan. Amin.
Next Post Previous Post