AMSAL 3:1-6 : PERSEKUTUAN YANG DIJALIN OLEH HIKMAT

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : AMSAL 3:1-6 : PERSEKUTUAN YANG DIJALIN OLEH HIKMAT.

Di sini kita diajari supaya menjalani hidup ini dalam persekutuan dengan Allah. Tidaklah diragukan, agunglah misteri kesalehan ini. Dampaknya sangat besar bagi kita, sebagaimana yang ditunjukkan di sini. Kesalehan akan memberikan keuntungan yang tak terlukiskan bagi kita.
AMSAL 3:1-6 : PERSEKUTUAN YANG DIJALIN OLEH HIKMAT
[I]. Kita harus selalu memperhatikan ketetapan-ketetapan Allah (Amsal 3:1-2).

1. Kita harus:

(a). Menjadikan hukum dan perintah-perintah Allah sebagai peraturan teguh yang mengatur segala segi kehidupan kita dan yang selalu kita taati.

(b). Mendalaminya, sebab tidak mungkin kita dikatakan melupakan hal-hal yang tidak pernah kita ketahui.

(c). Mengingat-ingatnya, supaya kita selalu siap untuk menggunakannya ketika kesempatan itu datang.

(d). Menaruh kehendak dan perasaan kita di bawah hukum dan perintah-perintah itu, dan menyelaraskan segala sesuatu dengannya. Baik kepala kita maupun hati kita, keduanya harus memelihara perintah Allah. Di dalam kepala dan hati kitalah kedua loh hukum Taurat harus disimpan, sebagaimana kedua loh itu ditaruh di dalam tabut perjanjian.

2. Untuk mendorong kita supaya menundukkan diri di bawah batasan-batasan dan aturan dari hukum ilahi, di sini kita diyakinkan (Amsal 3:2) bahwa berlaku seperti itu merupakan jalan untuk memperoleh umur panjang dan kemakmuran.

(a). Itulah jalan untuk memperoleh umur panjang. Perintah-perintah Allah akan menambahkan kepada kita panjang umur. Perintah-perintah itu juga akan menambahkan hidup kekal di surga, umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya (Mazmur 21:5) bagi orang-orang yang menjalani kehidupan mereka dengan benar dan bermanfaat di dunia ini. Allah akan menjadi kehidupan dan umur panjang kita, dan masa itu memang merupakan kehidupan yang panjang, dengan sebuah tambahan pula. Akan tetapi, oleh karena umur panjang mungkin dapat menjadi beban dan kesukaran, maka di sini dijanjikan,

(b). Bahwa jalan itu akan mudah untuk ditempuh, sehingga umur panjang pun tidak akan menjadi hari-hari yang malang, melainkan merupakan hari-hari yang penuh dengan kesenangan: sejahtera akan senantiasa ditambahkannya kepadamu. Seiring bertambahnya anugerah, damai sejahtera pun akan semakin bertambah. Dan damai sejahtera di atas takhta Kristus dan di dalam kerajaan-Nya, juga di dalam hati dan dunia ini, tidak akan berkesudahan. Besarlah dan bertambah-tambahlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu.

[II]. Kita harus selalu mengindahkan janji-janji Allah yang menyertai ketetapan-ketetapan-Nya, dan yang akan diterima dan dipertahankan di dalam ketetapan-ketetapan-Nya itu (Amsal 3:3): “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau, kasih Allah dalam janji-Nya, dan kesetiaan-Nya dalam memenuhi janji-Nya. Janganlah kehilangan kedua hal itu, melainkan hiduplah dengannya dan peliharalah kepentinganmu di dalamnya. Janganlah melupakan kedua hal itu, tetapi hiduplah dengannya dan terimalah penghiburan darinya. Kalungkanlah itu pada lehermu, sebagai hiasan yang terindah.”

Memiliki kasih dan setia Allah merupakan kehormatan terbesar yang bisa kita dapatkan di dunia ini. “Tuliskanlah itu pada loh hatimu, sebagai buah hatimu, sebagai bagianmu dan kesenangan yang paling manis. Nikmatilah saat-saat ketika engkau menjalankan dan merenungkannya.” Atau, kasih dan setia itu bisa juga berarti kewajiban kita, kesalehan dan ketulusan kita, kemurahan hati terhadap sesama manusia dan kesetiaan terhadap Allah. Biarlah semua itu menjadi pedoman-pedoman teguh bagi dirimu dan yang memerintah di dalam dirimu.

Untuk menguatkan kita dalam melakukannya, di sini kita diyakinkan (Amsal 3:4), bahwa inilah cara untuk menyenangkan Sang Pencipta maupun sesama makhluk ciptaan: maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan.

1. Orang benar mencari kasih Allah sebagai hal yang utama dan selalu menginginkan penerimaan Tuhan sebagai kehormatan baginya. Oleh sebab itu, ia akan mendapatkan kasih itu, disertai penghargaan. Allah akan memakai orang baik itu dengan cara yang terbaik, dan memberi kebaikan kepada apa yang dia katakan dan lakukan. Dia akan diakui sebagai salah satu dari anak-anak Hikmat, dan akan dipuji oleh Allah sebagai orang yang memiliki akal budi yang baik, yang biasa dilayangkan kepada semua orang yang melakukan perintah-Nya.

2. Dia ingin mendapatkan kasih dari manusia juga (seperti yang didapat Kristus, Lukas 2:52), disukai oleh banyak sanak saudaranya (Ester 10:3), dan itulah yang akan ia dapatkan. Mereka akan memahaminya dengan baik, dan dalam segala tindakannya terhadap mereka, dia akan memperlakukan mereka dengan bijak, bertindak cerdas dan penuh per-timbangan. Dia akan berhasil (begitulah beberapa orang mengartikan-Nya), dampak lumrah dari penghargaan yang didapatnya.

[III]. Kita harus selalu memperhatikan pemeliharaan Allah, harus mengakui dan bergantung kepada pemeliharaan itu dalam segenap segi kehidupan kita, baik melalui iman maupun doa.

1). Dengan iman. Kita harus menaruh segenap keyakinan kita di dalam hikmat, kuasa dan kebaikan Allah, meyakinkan diri kita mengenai jangkauan pemeliharaan-Nya yang terulur kepada segenap makhluk ciptaan-Nya beserta segala tindak tanduk mereka. Oleh karena itu, kita harus percaya kepada TUHAN dengan segenap hati kita (Amsal 3:5).

Kita harus percaya bahwa Dia sanggup melakukan apa pun yang Ia kehendaki, dan bijak melakukan yang terbaik. Kita juga harus percaya bahwa Ia sangat baik, sesuai dengan janji-Nya, untuk melakukan yang terbaik bagi kita, jika kita mengasihi dan melayani-Nya. Dengan segenap hati yang tunduk dan puas, kita harus sepenuhnya mengandalkan Dia untuk menjalankan segala sesuatu bagi kita dan tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri, seolah-olah kita mampu menyokong diri kita sendiri dan menyelesaikan semua tugas kita dengan baik tanpa pertolongan Allah. Orang-orang yang mengenal diri mereka sendiri dengan baik pastilah mendapati bahwa pengertian mereka hanyalah seperti buluh yang terkulai, yang pasti patah jika mereka bersandar kepadanya.

Dalam segala tingkah laku kita, hendaknya kita tidak mempercayai pertimbangan kita sendiri, melainkan percaya akan hikmat, kuasa dan kebaikan Allah. Oleh karena itu, kita harus mengikuti Sang Pemelihara dan tidak memaksakan kehendak kita sendiri. Ketika kita berserah dan tidak ngotot melakukan sesuatu, biasanya hasilnya malah sangat baik.

2. Dengan doa (Amsal 3:6): Akuilah Allah dalam segala lakumu. Kita bukan saja wajib percaya, dalam pertimbangan kita, bahwa ada tangan Allah yang berkuasa mengatur dan menempatkan kita beserta segenap urusan kita, tetapi juga harus mengakui dan melayangkannya kepada Allah dengan segala kesungguhan hati.

Kita harus meminta izin dari-Nya dan tidak merencanakan sesuatu selain dari yang kita yakini diperbolehkan. Kita harus meminta nasihat dan memohon bimbingan-Nya, bukan hanya ketika sedang menghadapi perkara yang sulit saja (yaitu ketika kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, dan harus melayangkan pandangan kita ke arah-Nya), tetapi juga dalam segala hal, semudah apa pun perkara itu. 

Kita tetap harus mendoakannya kepada Allah mohon keberhasilan, karena kita tahu bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat. Kita harus memandang-Nya sebagai sumber dari segala pertimbangan kita, dan menantikan imbalan dari-Nya dengan sabar dan keberserahan yang kudus.


Dalam segala laku kita yang lurus, mudah dan menyenangkan, yang memberi kita kepuasan, kita harus mengakui Allah dengan segenap rasa syukur. Dalam segala laku kita yang menyakitkan dan menyulitkan, yaitu jalan yang dipagari dengan duri-duri, kita harus mengakui Allah dengan tunduk dan berserah diri. Mata kita harus selalu tertuju kepada Allah. Kepada Dialah kita harus menyatakan segala permintaan kita, dalam hal apa pun, sebagaimana Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa (Hakim-hakim 11:11).

Untuk mendorong kita supaya berlaku demikian, di sini dijanjikan bahwa, “Ia akan meluruskan jalanmu, sehingga jalanmu akan berakhir dengan baik dan aman, dan perkaramu berakhir menyenangkan.”

Perhatikanlah, orang-orang yang menempatkan diri mereka di bawah bimbingan ilahi akan selalu mendapatkan keuntungan darinya. Allah akan memberi mereka hikmat yang bermanfaat untuk membimbing, sehingga mereka tidak akan menyimpang ke dalam dosa, dan akan mengatur segala sesuatu sedemikian bijaknya sehingga hal itu mendatangkan kebaikan bagi mereka. Orang-orang yang setia mengikuti tiang awan dan api akan mendapati bahwa tiang-tiang itu menunjukkan jalan yang benar dan pada akhirnya akan membawa mereka ke tanah Kanaan, sekalipun pada mulanya mereka dibawa berkeliling.
Next Post Previous Post