ROMA 12:10-21 : MAKNA HIDUP DALAM KASIH
Pendahuluan:
Kasih adalah inti dari kehidupan Kristen. Di dalam seluruh Alkitab, kita sering kali mendapati perintah untuk hidup dalam kasih, baik kasih kepada Allah maupun kepada sesama. Surat Paulus kepada jemaat di Roma, khususnya Roma 12:10-21, memberikan panduan praktis dan sangat mendalam tentang bagaimana umat Kristen harus hidup dalam kasih. Melalui ayat-ayat ini, Paulus menekankan pentingnya kasih yang tulus, hormat satu sama lain, kerendahan hati, dan bagaimana kita harus merespons ketika menghadapi kejahatan.Artikel ini akan membahas secara mendalam makna hidup dalam kasih sebagaimana tertulis dalam Roma 12:10-21, dengan meneliti setiap aspek penting dari ajaran Paulus tentang kasih Kristen.
1. Kasih yang Tulus dan Hormat Satu Sama Lain (Roma 12:10)
Ayat pertama dari bagian ini, Roma 12:10, berbunyi:
"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (AYT)
Paulus membuka bagian ini dengan menekankan kasih yang tulus, di mana kita dipanggil untuk saling mengasihi "sebagai saudara." Artinya, kasih di antara sesama Kristen haruslah seperti kasih yang dimiliki dalam hubungan keluarga. Kita harus memandang saudara-saudari dalam iman dengan kasih yang dalam, tulus, dan penuh perhatian, seperti kita mengasihi anggota keluarga kita sendiri.
Namun, kasih ini tidak cukup hanya ada dalam hati. Paulus mengajarkan bahwa kita juga harus saling mendahului dalam memberi hormat. Dalam budaya di mana kehormatan sangat dihargai, ajakan untuk mendahului memberikan hormat ini menunjukkan kerendahan hati yang radikal. Alih-alih menunggu orang lain untuk menghormati kita, kita dipanggil untuk secara aktif menghormati mereka terlebih dahulu. Menghormati orang lain berarti menghargai mereka, menghormati nilai mereka sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, dan mengutamakan kebutuhan serta kepentingan mereka.
2. Semangat yang Menyala-Nyala dalam Pelayanan kepada Tuhan (Roma 12:11-12)
Roma 12:11-12 memberikan arahan tentang bagaimana kita seharusnya melayani Tuhan:
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa." (AYT)
Dalam konteks kasih yang tulus, Paulus menghubungkan kasih kepada sesama dengan semangat dalam pelayanan kepada Tuhan. Kasih tidak hanya terbatas pada tindakan terhadap manusia, tetapi juga mencakup pelayanan yang penuh gairah kepada Tuhan. Ini mengajarkan bahwa kita harus melayani Tuhan dengan semangat yang tinggi, tidak dengan setengah hati atau kelesuan, melainkan dengan antusiasme dan dedikasi penuh.
Selain itu, kita juga diajak untuk bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam menghadapi kesulitan, dan bertekun dalam doa. Ketiga hal ini adalah bagian penting dari kehidupan Kristen yang penuh kasih. Sukacita dalam pengharapan adalah hasil dari keyakinan bahwa Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan kita. Kesabaran dalam kesesakan adalah wujud dari kasih yang tabah, dan ketekunan dalam doa menunjukkan kedalaman hubungan kita dengan Tuhan. Dengan demikian, hidup dalam kasih juga berarti melayani Tuhan dengan setia dan bersandar pada-Nya dalam segala situasi.
3. Berbagi dengan Sesama dan Menyambut Orang Lain (Roma 12:13)
Selanjutnya, Roma 12:13 menyatakan:
"Bantulah orang-orang kudus dalam kekurangan mereka, dan berusahalah untuk selalu memberikan tumpangan!" (AYT)
Kasih yang tulus selalu mengarah pada tindakan nyata. Dalam ayat ini, Paulus mengingatkan jemaat untuk saling membantu dan peduli terhadap kebutuhan orang-orang kudus—yaitu, sesama orang percaya. Kasih yang sejati tidak hanya berbentuk perasaan atau kata-kata, tetapi juga tindakan yang konkret, seperti berbagi dan memberikan bantuan ketika ada kebutuhan.
Selain itu, Paulus menambahkan bahwa kita harus berusaha memberikan tumpangan. Pada masa itu, memberikan tumpangan kepada para pelancong atau saudara seiman yang membutuhkan tempat tinggal adalah tanda kasih yang besar. Di zaman modern, prinsip ini dapat diterapkan dalam bentuk keramahtamahan dan keterbukaan kita terhadap orang lain, khususnya mereka yang berada dalam kesulitan. Dengan demikian, kasih yang tulus tidak hanya terwujud dalam kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata untuk menolong sesama.
4. Kasih dalam Menghadapi Kejahatan (Roma 12:14-17)
Roma 12:14-17 mengajarkan bagaimana kasih harus menjadi respon utama bahkan dalam menghadapi kejahatan atau perlakuan buruk:
"Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hiduplah dalam kerukunan satu dengan yang lain; janganlah memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" (AYT)
Paulus menantang kita untuk memberkati mereka yang menganiaya kita, sebuah perintah yang sulit dijalani tetapi sangat penting dalam kehidupan Kristen. Kasih Kristen bukanlah kasih yang hanya ditujukan kepada mereka yang baik kepada kita, melainkan kasih yang meluas bahkan kepada musuh-musuh kita. Dalam mengasihi mereka yang menyakiti kita, kita meniru kasih Allah yang tanpa syarat.
Selain itu, Paulus menekankan pentingnya empati dalam kasih. Kita dipanggil untuk bersukacita dengan mereka yang bersukacita dan menangis dengan mereka yang menangis. Ini menunjukkan kasih yang ikut merasakan penderitaan dan sukacita orang lain, menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap perasaan dan keadaan mereka.
Paulus juga mengingatkan kita untuk hidup dalam kerukunan, tidak meninggikan diri, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tindakan kasih adalah tindakan yang membawa perdamaian dan kerendahan hati, serta menghindari balas dendam. Ketika kita berbuat baik bahkan kepada mereka yang berbuat jahat kepada kita, kita mencerminkan kasih Allah yang tidak bersyarat.
5. Membangun Perdamaian dan Mengalahkan Kejahatan dengan Kebaikan (Roma 12:18-21)
Roma 12:18-21 memberikan nasihat akhir tentang pentingnya hidup dalam perdamaian dan cara kita menangani konflik:
"Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah. Sebab ada tertulis: 'Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan,' firman Tuhan. Tetapi, jika musuhmu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum. Dengan berbuat demikian, kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (AYT)
Paulus menekankan pentingnya berusaha hidup dalam perdamaian dengan semua orang, sejauh mungkin. Ini berarti kita harus menjadi pencinta damai dan berusaha menghindari konflik sejauh kemampuan kita. Namun, ketika konflik tidak dapat dihindari, kita diingatkan untuk tidak membalas dendam, melainkan mempercayakan pembalasan kepada Tuhan. Tuhanlah yang berhak menegakkan keadilan, dan kita dipanggil untuk tetap mengasihi bahkan dalam situasi yang sulit.
Paulus mengutip Amsal 25:21-22, yang mengajarkan bahwa kita harus memberi makan dan minum kepada musuh kita. Ini bukan hanya tindakan kebaikan, tetapi juga cara untuk menunjukkan bahwa kasih kita lebih besar daripada kebencian. Dengan melakukan kebaikan kepada musuh kita, kita menumpuk "bara api" di atas kepala mereka—suatu simbol dari rasa malu dan kesadaran akan kesalahan mereka.
Poin terakhir dari Paulus dalam bagian ini adalah perintah untuk tidak kalah terhadap kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah prinsip dasar dari kasih Kristen: kebaikan selalu menang atas kejahatan. Meskipun dunia sering mengajarkan untuk membalas dendam dan menuntut keadilan menurut cara kita sendiri, Paulus mengajarkan bahwa kebaikan dan kasih adalah cara yang paling kuat untuk menghadapi kejahatan.
Kesimpulan
Roma 12:10-21 memberikan gambaran yang jelas tentang apa artinya hidup dalam kasih sebagai seorang Kristen. Paulus menantang kita untuk mengasihi dengan tulus, menghormati satu sama lain, melayani Tuhan dengan semangat yang berkobar, dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Lebih dari itu, kita dipanggil untuk merespons kejahatan dengan kasih, berusaha hidup dalam perdamaian, dan mempercayakan pembalasan kepada Tuhan.
Hidup dalam kasih tidak selalu mudah. Itu membutuhkan pengorbanan, kerendahan hati, dan kesediaan untuk mengampuni bahkan mereka yang telah menyakiti kita. Namun, ketika kita mengikuti ajaran Paulus ini, kita akan semakin mendekati teladan Kristus yang menunjukkan kasih-Nya yang sempurna melalui hidup, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih setiap hari. Dalam keluarga, gereja, komunitas, dan bahkan di antara mereka yang mungkin kita anggap musuh, kasih harus menjadi prinsip utama yang mengarahkan tindakan dan sikap kita. Dengan demikian, kita tidak hanya memenuhi perintah Tuhan, tetapi juga menjadi saksi bagi dunia tentang kasih Kristus yang mengubahkan hidup.
Moulton menggunakan kata “agape yaitu Love kindly concern, devotedness” Artinya kasih, baik/ramah, peduli, sangat setia, sangat penyayang. Zodhiates mengartikan kata ini secara harafiah berarti “To love, affectionate, good will, benevolence”. Artinya untuk cinta, kehendak baik, kebajikan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata kasih artinya beri; memberi, perasaan sayang, cinta.
Barclay mengatakan dalam bukunya bahwa: Mengasihi orang lain adalah memandang mereka seperti Allah memandang mereka. Ia tidak melakukan apa pun kecuali mencari hal terbaik bagi mereka. Itu berarti membalas kebencian dengan pengampunan, membalas dendam dengan kasih, membalas sikap acuh tidak acuh dengan perhatian menyala yang tidak dapat dipadamkan
Artinya bahwa kasih yang dimiliki adalah kasih yang tidak pernah memandang status seperti Allah dan tidak membalas kejahatan. Browning dalam bukunya mengatakan bahwa: Dalam surat-surat Rasul Paulus kasih dengan iman dan pengharapan (1 Korintus 13:13), sebagai karunia Roh Kudus. Kasih itu bukan kasih usaha manusia dan oleh karena itu bukan alasan untuk membanggakan diri (1 Korintus: 13:4), pengorbanan Kristus di kayu salib adalah tanda tertinggi dari kasih Allah (Roma 8:39). Oleh karena itu gaya hidup orang Kristen harus berteladan kepada-Nya.
Artinya bahwa kasih yang dimiliki oleh manusia berasal dari Allah melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Brill mengatakan “Kasih seperti kasih terhadap saudara sendiri adalah dasar dan kegenapan kehidupan Kristen. Kasih juga menjadi dasar segala hubungan sosial. Jikalau seseorang mempunyai kasih sedemikian, tentu ia akan berusaha supaya ia tidak menjadi beban bagi orang lain. Artinya bahwa manusia yang memiliki kasih bisa menepatkan diri di mana pun berada dan bisa menjalin relationship dengan semua orang serta tidak menjadi beban bagi orang lain.
Barclay juga mendukung pernyataan Brill bahwa: “Kasih adalah kasih persaudaraan, kasih kepada persekutuan umat Kristen yang kepada Timotius diutus. Sifat kasih yang seperti inilah yang memberikan kualitas kepada seorang hamba Tuhan, ia harus mengasihi orang lain sedemikian rupa sehingga tidak perlu ada kesulitan yang terlalu berat untuk diatasi demi mereka atau tidak ada situasi mengancam yang membuatnya patah semangat. Tidak seorang pun hamba Tuhan bisa melayani dengan baik tanpa ada kasih di dalam hatinya. Artinya bahwa kasih yang tertanam dalam diri akan menunjukkan kualitas hidup sebagai hamba Tuhan, sebab dalam pelayanan yang dibutuhkan adalah kasih.
Kata mengasihi dalam bahasa Yunani memakai kata: filo,storgoj (philostorgos) dari kata dasar filo ,storgoi (philostorgoi) dengan khasus “adjective normal nominative masculine plural no degree”. Kata “nominatif zaman menunjukan bahwa mengasihi itu bukan hanya sesekarang saja tetapi untuk selama-lamanya. Kata Yunani untuk saling mengasihi muncul di sini dalam PB dan khususnya digunakan untuk menggambarkan kasih antara anggota-anggota keluarga.
Dari sudut tata bahasa, ayat ini tetap tergantung dari kata-kata pertama Roma 12: 9. Filostorgia adalah cinta yang mesra. Dalam terjemahan harafiah Roma 12:10a berbunyi: dalam hal kasih persaudaraan hendaklah kamu bercinta mesra yang satu terhadap yang lain. prohegoumenoi terjemahan „saling mendahului‟ dapat juga mengandung arti „saling mengatasi‟. kedua arti ini berdasarkan pemakaian kata dasar hegeisthai arti menghargai, yang menghasilkan terjemahan secara (harafiah), „dan dalam hormat saling menghargai lebih tinggi‟.
Jadi anjuran dalam ayat ini tetap merupakan penjabaran kasih yang disebut dalam ayat terdahulu. kasih itu terutama harus diamalkan dalam hubungan antara sesama anggota jemaat (saudara-saudara). Maka dalam hubungan itu harus bagaikan hubungan antara sesama anggota keluarga yang bahagia. Penuh kemesraan, hangat, akrab. Bukan kaku dan menjaga jarak, sehingga di dalam gereja kita memakai sapaan „tuan‟ dan „nyonya‟. Marilah memberanikan diri untuk masuk ke dalam hubungan yang mesra dengan Allah tanpa takut, tetapi dengan keyakinan bahwa kita akan menerima kasih dan menerimanya semakin banyak,
Namun, hubungan antara sesama anggota jemaat tidak hanya ditandai kemesraan. Seharusnya berlaku pula sikap hormat-menghormati. Dalam hal ini berlakulah kaidah bahwa setiap orang Kristen harus menghormati sesamanya anggota jemaat lebih daripada dirinya sendiri. (Itulah makna kata-kata ini, apa pun terjemahan yang kita pilih.) Hal itu tidak berarti bahwa seorang Kristen harus menganggap saudaranya lebih pandai atau berhikmat daripada dirinya sendiri. Maknanya dijelaskan oleh 1 Kororintus 12:22-23.
Dalam jemaat, mereka yang kurang terhormat dipandang dari sudut manusia justru harus menerima hormat yang lebih besar. Dengan demikian ditegaskanlah asas perombakan segala nilai manusiawi dalam Kerajaan Allah. Dalam Roma 14 dan 15 Paulus menjabarkan asas saling menghargai lebih tinggi itu dengan cara lain lagi, sebab mengaikatnya dengan masalah hubungan antara golongan kaum „kuat‟ dan kaum „lemah‟ di situlah bahwa Allah telah menerima orang itu (14:3), dan „Kristus telah mati untuk dia‟ (14:15). Kerendahan hati merupakan sifat dasar kehidupan seorang Kristen.
Jadi dapat simpulkan bahwa Timotius dalam pelayanannya harus memiliki kasih sebagai petunjuk kualitas diri yang mengasihi Allah dan manusia tanpa memandang status, serta bisa menepatkan diri dan membawa dampak yang baik di mana pun berada
2. Memberkati Roma 12:14
Kata memberkati dalam bahasa yunani memakai kata: euvloge,w (eulogeo) dari kata dasar euvlogeite (euvlogeite) bersifat terlalu umum; “verb imperative present active 2nd person plural”. Kata “present menunjukan bahwa memberkati itu secara aktif bukan hanya sekali terus-menerus”. LAI menerjemahkan (diokein) (mengejar) tidak berarti „berusaha‟ (13), tetapi „menindas‟, menganiaya‟. Kata “euvlogei/te”. Kata euvlogeite bukan pasif tetapi kata kerja aktif. Sehingga terjemahannya lebih tepat bahwa Dia yang telah mengetahui.
Jadi, kata memberkati ini menunjuk kepada sikap seseorang terhadap sesamanya. Artinya bahwa pertama-tama Paulus memberi nasehat mengenai sikap yang harus diambil orang Kristen terhadap siapa yang menganiaya kamu. Pada waktu itu jemaat-jemaat pertama sering mengalami tekanan dari pihak dunia sekeliling. Jadi, apalagi para pekabar Injil, termasuk Paulus sendiri dimusuhi dan diserang. Maka jemaat memerlukan nasehat sehubungan dengan sikap yang seharusnya diambilnya dalam keadaan seperti itu.
Nasehat yang terdapat di sini sama seperti yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri menurut Matius 5:44. Maka orang Kristen tidak boleh membalas penganiayaan itu dengan cara mengutuk musuh mereka; mereka malah harus memberkati musuh itu. Dengan demikian mereka benar-benar akan serupa dengan Tuhan mereka, yang mendoakan musuh-musuh-Nya pada waktu Ia tergantung di kayu salib (Lukas 23:34). Bila menafsirkan ayat ini harus ingat bahwa dalam PL dan Perjanjian Baru kutuk dan berkat merupakan perkara yang serius. Karena pengucapan berkat sungguh-sungguh membawa kebahagiaan, sedangkan pengucapan kutuk benar-benar membawa celaka. Maka yang Tuhan mau adalah mengenakan manusia baru (Efesus).
Dalam bahasa Indonesia sehari-hari mengatakan bahwa „Mintalah kepada Allah supaya Ia memberkati orang-orang yang kejam terhadapmu. Ya, minta Allah memberkati mereka, jangan mengutuk‟. Artinya bahwa berkatilah siapa yang menganiaya kamu. Dalam konteks Alkitab yang memberkati adalah Allah. Dalam bahasa masa kini menyatakan hal yang tersirat itu dalam terjemahan mintalah kepada Allah supaya ia memberkati orang yang menganiaya kamu. Dalam bahasa tertentunya harus dikatakan, berdoalah kepada Allah agar Ia memberkati.
Kata berkatilah dan jangan mengutuk: Dalam terjemahannya jangan sampai memberi kesan bahwa Allah bermaksud mengutuk para penganiaya, hendaklah orang Kristen berdoa agar Ia jangan lakukan begitu. Arti ialah bahwa orang Kristen tidak boleh meminta Allah untuk mengutuk orang-orang yang menganiaya mereka. Frase ini pun dapat diterjemahkan, mintalah/ (berdoalah) agar Allah memberkati dan jangan minta agar ia mengutuk.
3. Sehati Sepikir Roma 12:16
Kata sehati sepikir dalam bahasa yunani adalah memakai kata: frone,w (phroneo) dari kata dasar fronou/ntej( (fronountes) dengan khasus; “verb participle present active nominative masculine plural”. Kata “kerja present menunjukan bahwa pikirkan hal yang sama kepada satu sama yang lain artinya adalah hiduplah serasi satu sama lain dengan kata lain adalah jangan hidup dengan saling bertengkar, jangan bersengketa; dalam bahasa lain, dapat digunakan ungkapan, seperti hiduplah bersama seperti pohon-pohon dalam hutan.
Jadi, hidup ini harus mulai dengan menyadari bahwa hati kita yang risau merindukan kasih yang sempurna, tidak dapat menemukan kasih seperti itu selain kalau Umat Tuhan mempersatukan diri dengan Dia yang menciptakan umat-Nya. Maka dalam hal ini janganlah memikirkan perkara-perkara yang tinggi: dalam terjemahan BIMK janganlah bersikap tinggi hati, atau janganlah bersikap sombong, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana arti yang kedua ini dalam terjemahan adalah bertemanlah dengan orang-orang miskin, bersahabatlah dengan orang-orang yang bukan siapa-siapa, atau buatlah orang-orang yang tidak terpandang menjadi teman-temanmu dan janganlah menganggap dirimu sudah pandai.
4. Lakukanlah Yang Baik Roma 12:17
Kata lakukanlah dalam bahasa yunani memakai kata: pronoe,w (pronoeo) dari kata dasar pronoou,menoi (pronoou,menoi) dengan kasus “verb participle present middle nominative masculine plural”. Kata “kerja present menunjukkan bahwa lakukanlah itu terjadi sedang dikerjakan”. Dalam tafsiran “pronoeisthai” berarti „menaruh perhatian, berupaya, pro mengandung unsur yaitu merencanakan‟.
Sebaliknya, mereka harus melakukan apa yang baik bagi semua orang. Dalam bahasa aslinya tertulis: di hadapan semua orang. Dapat mengartikannya bahwa dalam pandangan menurut pendapat semua orang meskipun orang banyak senang berbuat segala macam kejahatan (1:18-32), mereka sering melihat kebaikan dalam orang lain. Maka orang Kristen harus berupaya (di sini malah dipakai kata kerja yang dapat berarti „merencanakan untuk melakukan apa yang oleh semua orang pandang baik. Dengan demikian nama Tuhan dipuji dan jemaat-Nya dihormati. Dengan cara itu juga kelompok minoritas kecil dapat berpengaruh besar dalam masyarakat luas.
Paulus bercara di sini mengenai pergaulan antara orang perseorangan. Pada masa ia menulis Surat Roma ini sama sekali belum ada penguasa yang masuk Kristen. Jadi, di sini ia tidak bermaksud hendak memberi nasihat kepada pemerintah. Jadi tidak boleh begitu saja menyamakan kedudukan orang percaya dengan kedudukan pemerintah sebagai hamba Allah.
MAKNA HIDUP DALAM KASIH MENURUT RASUL PAULUS BERDASARKAN ROMA 12:10-21
Sebelum membahas lebih jauh dampak makna hidup Rasul Paulus dalam kasih berdasarkan kajian Teologis, maka perlu diketahui bahwa Pasal ini merupakan pasal Alkitab yang klasik mengenai masalah makna hidup dalam kasih. sebagian besar orang Yahudi percaya akan adanya kasih (yaitu hukum Taurat) bagi bangsa Yunani jiwalah yang kekal, justru gagasan mengenai menuntut kasih itulah yang tampaknya sangat ganjil bagi mereka (Matius 22:36-39; Ulangan 6:5).
Mengasihi Allah.
Kalau mereka harus mengasihi dan mengampuni musuh-musuh mereka, tidak mengherankan pentingnya kasih di dalam kelompok murid-murid-Nya sendiri. Ia menyebutnya sebagai “perintah baru” kalau mereka saling mengasihi maka semua orang akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid-Nya (Yohanes 13:34-35). Tentu kasih bukan hanya perasaan hangat bagi sesama rekan. Yesus memberikan “perintah batu” ini tepat setelah ia memberikan suatu contoh nyata yang mencolok tentang arti kasih. ia baru saja membasuh kaki semua murid-Nya. Ia Tuhan mereka telah melakukan tugas seorang hamba.
Mengasihi Sesama Manusia
Tuhan berfirman kepada Musa: berbicaralah kepada segenap jemaah dan katakan kepada mereka kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu kudus. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Akulah Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama saja diajarkan janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Akulah Tuhan (Imamat. 19:17-18). Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebuhnya dari pada perbuatan orang lain bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian Matius 5:46-47.
Aku memberikan perintah baru kepada kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yohanes 13:34-35); barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih Yohanes 4:8.55 Jadi penulis simpulkan bahwa janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan lakukanlah yang baik kepada semua orang. Wanita, orang yang hidup dalam kasih Allah pastinya ia memiliki perkataan yang penuh kasih.
Kita tahu bahwa sebuah perkataan itu punya kuasa. Kuasa untuk memberkati bahkan kuasa untuk mengutuk. Namun, yang Tuhan Yesus ajarkan ialah agar setiap kita memiliki perkataan yang dapat membangun bahkan memberkati, perkataan yang penuh kasih terhadap seorang akan yang lain. Mari saat ini coba renungkan, perkataan seperti apa saja yang sudah keluar dari mulut ini. Apakah perkataan yang membangun, memberkati, perkataan positif ataukah perkataan yang menjatuhkan, perkataan yang penuh dengan sungut-sungut, kekecewaan, keputusasaan atau kebencian? Mari Wanita Allah, ambillah keputusan untuk mengubah perkataan kita.
Biarlah perkataan yang keluar itu hanya untuk memberkati bahkan membangun, memberi semangat, mendorong, menguatkan bahkan menghidupkan. Karena setiap perkataan yang keluar dari mulut harus dapat kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” Matius 12:36.
Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
PENUTUP
Surat Roma ini di tulis Rasul Paulus, sekitar tahun 57 M di Korintus (Akhayal) karena pada waktu itu ada rencana orang-orang Yahudi ingin membunuh Paulus (Kisah Para Rasul 20:2) sehingga ia menyingkir ke kota Korintus (Akhayal) untuk berdiam diri, di sana ia menulis surat ini mencantumkan teologi yang sangat sistematis dan mendalam seperti sebuah intan yang tersembunyi. Surat Roma ditujukan kepada jemaat di Roma, didirikan oleh Yahudi diaspora, sejarah mencatat bahwa jemaat Roma didirikan oleh Yahudi pada hari Pentakosta di Yerusalem sehingga orang yang menerima Kristus dapat bertobat mereka adalah perdana gereja mula-mula di Roma.
Di dalam 49 M maka ada penganiayaan yang muncul di kekaisaran Roma atas perintah Kaisar Kladius karena ada pengajaran baru tentang Kristus. Sehingga pada waktu itu juga seluruh orang Yahudi di usir dari Roma. Karena mereka semangat memberitakan Injil sehingga ada orang juga orang non-Yahudi yang bertobat. Orang Kristen non-Yahudi semangat juga memberitakan Injil kepada orang-orang Romawi sehingga berjalannya waktu maka ada banyak jemaat orang Romawi yang percaya kepada Kristus.
Gereja mula-mula dipengaruhi oleh kaum Helenisme yang telah berpengaruh pada waktu itu, dan bahasa yang dipakai adalah bahasa Yunani sebagai Internasional yang dipakai oleh semua kaum suku dan bangsa.
Percaya kepada Kristus maka darahnya yang kudus akan menyucikan diri setiap orang dari dosa sehingga di hadapan Allah orang itu dinyatakan benar. Jadi jika Allah membenarkan orang yang tidak pura-pura dalam kasih maka walau pun ia dikandung dalam dosa maka orang tersebut tetap akan dinyatakan benar. Dan jika sudah dinyatakan benar maka akhir dari orang percaya adalah Hidup dalam kasih di sini berbicara kepada sesama dan hubungannya dengan Tuhan, sehingga Kristus menjadi yang sulung di antara mereka.
Makna hidup dalam kasih adalah kasih sayang, cinta, suka dalam kasih sayang, suka Allah, tidak ada unsur manusia di dalamnya karena manusia telah berdosa dan tidak berdaya lagi. Hidup dalam kasih Allah dilakukan atas kedaulatan Allah dan bukan atas dasar perbuatan manusia. Karena Allah telah mengasihi manusia maka manusia tidak ada alasan tidak memiliki kasih itu, Sebab karena Allah akan bekerja dalam hidup manusia sehingga orang-orang yang telah ditentukan untuk menjadi anak-anak Allah dan menjadi ahli waris kerajaan Sorga bersama dengan Anak-Nya sehingga Anak menjadi yang sulung di antara semua orang percaya.
Allah memberkati umat-Nya artinya bahwa manusia pasif dan Allah yang aktif memberkati segala apa yang umat-Nya lakukan dalam segi apa pun itu, jika Allah memberkati umat-Nya maka walau pun orang tersebut tidak akan berkekurangan suatu apa pun itu, sehingga berkat-berkat yang tercurah bagi orang percaya menjadi milik bagiannya dan sebagai wujud kasih orang percaya ia mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti yang Tuhan Yesus perintahkan bagi umat-Nya.
Hidup memang perjalanan yang harus diselesaikan untuk maju berjuang. Sebagai orang percaya harus semangat juang tinggi untuk hidup tetap bersama Tuhan. hidup perjalanan penuh liku-liku yang dialami mengungkapkan totalitas perjuangan sampai kedatangan Tuhan Yesus Kristus ke dua kalinya, sehingga sampai pada tujuan. Paulus orang percaya yang di pakai Tuhan Yesus sebagai perantara untuk membagikan kasih Kristus dan Paulus memakai kasih dengan caranya ia melakukan kasih itu sendiri dan ia menjadikan dirinya sebagai pengasih bagi semua orang agar dapat masuk kalangan orang Yahudi. Mahasiswa/i atau sebagai hamba Tuhan diwajibkan melakukan kasih seperti yang dipakai Rasul Paulus itu sendiri ia sebagai pengasih dan mahasiswa/i atau hamba Tuhan menjadi pengasih juga kepada semua orang kapan dan di mana pun berada
Orang percaya yang sudah hidup dalam kasih tidak mencemarkan hidupnya dalam dosa, sehingga sasaran yang diinginkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam hidup ini nama Tuhan dimuliakan saja, Paulus seorang yang luar biasa di pakai Tuhan karena ketaatannya pada Tuhan Yesus Kristus. Paulus adalah seorang yang hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka apa yang Paulus kerjakan semuanya berhasil karena penyertaan Tuhan Yesus Kristus tidak pernah lepas dari hidupnya.
Hidup dalam kasih tidak lepas dari pimpinan Tuhan, maka sebagai umat Tuhan Yesus Kristus di haruskan mengedepankan Tuhan Yesus Dalam segala hal keinginannya, sehingga dalam hal itu tidak jatuh dalam dosa dan hidup berbahagia bersama Tuhan Yesus Kristus sampai kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang ke dua kalinya, sehingga apa pun yang terjadi dalam hidup ini tidak pernah sia-sia begitu saja tetapi ada kekuatan dari pada Tuhan Yesus Kristus itu sendiri. Estherlina Maria Ayawaila