AMSAL 4:14-19: PERINGATAN MENGENAI PERGAULAN BURUK

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : AMSAL 4:14-19. PERINGATAN MENGENAI PERGAULAN BURUK.

Beberapa orang menganggap bahwa didikan Daud bagi Salomo, yang dimulai di Amsal 4:4, berlanjut sampai akhir pasal 4 ini. Bahkan, beberapa menganggapnya terus berlanjut sampai akhir pasal sembilan. Akan tetapi, kemungkinan besar perkataan Salomo dimulai lagi di sini, atau justru lebih awal dari ini. Setelah ia mengimbau kita untuk berjalan di jalan-jalan hikmat, dalam ayat-ayat di atas dia memperingatkan kita untuk menghindari jalan orang fasik.
AMSAL 4:14-19: PERINGATAN MENGENAI PERGAULAN BURUK
1. Kita harus berjaga-jaga terhadap jalan dosa dan menghindari segala sesuatu yang tampak seperti dosa dan menjerumuskan kita ke dalam dosa.

2. Untuk itu kita harus menghindari jalan orang berdosa dan tidak bergaul erat dengan mereka. Kita harus menutup diri dari pergaulan buruk oleh karena rasa takut terseret ke dalam perbuatan fasik.

Di sini terdapat:

[I]. Peringatan itu sendiri (Amsal 4:14-15).

1. Kita harus berjaga-jaga supaya tidak terjerumus ke dalam dosa bersama para pendosa: Janganlah menempuh jalan orang fasik. Setelah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus (Amsal 4: 11), di sini guru kita memperingatkan mengenai jalan serong yang mungkin saja dapat menjebak kita. Orang-orang yang memiliki didikan baik dan telah terlatih untuk memilih jalan yang harus mereka tempuh, hendaknya sekali-kali tidak menyimpang ke jalan yang tidak boleh mereka masuki itu.

Janganlah sampai mereka menempuh jalan itu, janganlah mereka berani mencoba-coba, sebab bisa saja perbuatan itu ternyata membahayakan dan mereka akan sukar untuk mundur kembali dengan aman. “Jangan berani-berani bercampur dengan orang-orang yang sudah terkena wabah, sekalipun engkau sendiri sudah dilindungi oleh obat pencegahnya.”

2. Kapan saja kita terbujuk untuk masuk ke dalam jalan yang jahat, kita harus cepat-cepat keluar darinya. “Jika, tanpa kau sadari, engkau memasuki gerbang jalan itu, oleh karena gerbang itu lebar, janganlah terus mengikuti jalan orang jahat. Segera setelah engkau menyadari kekeliruanmu, keluarlah cepat-cepat, jangan teruskan satu langkah pun, jangan tinggal semenit lagi pun di jalan yang pastinya menuju kebinasaan itu.”

3. Kita harus gentar dan membenci jalan dosa dan jalan para pendosa, serta menolaknya dengan sungguh-sungguh. “Jalan orang jahat bisa saja terlihat menyenangkan dan ramai, dan dari sana kita mungkin dapat melihat jalan terdekat untuk mencapai tujuan duniawi. Tetapi jalan itu jahat, akhirnya pun buruk. Oleh karena itu, jika engkau mengasihi Allahmu dan jiwamu, jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, sehingga engkau tidak tergoda untuk menempuhnya. Jika engkau mendapati dirimu berada di dekat-dekat jalan itu, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus, dan jauhilah jalan itu sedapat mungkin.”

Cara pengungkapan itu menegaskan mara bahaya besar yang mengintai kita, kebutuhan kita akan peringatan seperti itu dan pentingnya peringatan tersebut, serta bagaimana para penjaga kita harus atau seharusnya bersungguh-sungguh memperingatkan kita. Hal itu juga menegaskan seberapa jauhnya kita harus menjaga jarak dari dosa dan para pendosa. Dia tidak berkata, jauhilah dengan jarak yang secukupnya saja, melainkan sejauh-jauhnya, makin jauh makin baik. Jangan pernah mengira bahwa engkau sudah cukup jauh darinya. Selamatkanlah nyawamu. Janganlah menoleh ke belakang.

[II]. Alasan di gabungkannya peringatan tersebut.

1. “Pertimbangkan tabiat orang-orang yang jalannya tidak boleh engkau tempuh itu.” Mereka adalah orang-orang jahat (Amsal 4:16-17). Mereka bukan saja tidak peduli bagaimana mereka mencelakai orang-orang yang menghalangi jalan mereka, tetapi juga giat berbuat jahat dan gemar melakukannya hanya untuk bersenang-senang saja. Mereka terus saja merencanakan dan berikhtiar untuk membuat orang tersandung, untuk membinasakan tubuh dan jiwa mereka. Kejahatan dan kedengkian mengalir dalam diri mereka, dan kelaliman ada dalam tingkah laku mereka. Mereka begitu jahatnya, sebab,

(a). Kejahatan merupakan peristirahatan dan tidur mereka. Sama seperti orang tamak dipuaskan ketika ia mendapatkan uang, atau orang yang ingin selalu unggul dipuaskan ketika dia naik jabatan, atau seperti orang benar dipuaskan setelah ia melakukan kebaikan, mereka juga dipuaskan ketika perkataan dan perbuatan mereka merugikan dan mencelakakan orang lain. 

Mereka menjadi sangat resah jika rasa dengki dan dendam mereka tidak terlampiaskan, seperti Haman, yang tidak bisa menikmati apa pun selama Mordekhai belum digantung. Hal itu menegaskan betapa giat dan tidak kenal lelahnya mereka saat sedang mengusahakan kejahatan. Mereka lebih memilih tidak tidur saja daripada tidak mendapatkan kesenangan saat menyakiti orang lain.

(b). Kejahatan merupakan makanan dan minuman bagi mereka. Mereka makan dan berpesta dengannya. Mereka makan roti kefasikan (memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, Mazmur 14:4) dan minum anggur kelaliman (ayat 17), menghirup kecurangan seperti air (Ayub 15:16). Semua yang mereka makan dan minum adalah hasil perampasan dan penindasan. Bukankah orang fasik menganggap waktu mereka terbuang percuma saat mereka tidak mencelakai orang?

Marilah orang benar juga bergiat seperti itu dalam berbuat kebaikan. ‘Amici, diem perdidi’ – Kawan, aku sudah kehilangan satu hari. Jadi marilah semua orang bijak yang ingin menjaga diri baik-baik, hindarilah pergaulan dengan orang-orang jahat, sebab:

1). Hal itu sangat memalukan. Karena tidak ada sikap pikiran lain yang lebih memalukan bagi kodrat manusia, yang menjadi musuh besar bagi masyarakat, yang berani menentang Allah dan hati nurani, yang dicemari dengan gambar Iblis, atau lebih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Iblis, selain kegemaran berbuat jahat dan mencelakakan, menyakiti dan menghancurkan orang.

2). Hal itu sangat berbahaya. “Jauhilah orang-orang yang gemar berbuat jahat demi keselamatanmu sendiri. Sebab, persahabatan apa pun yang mereka perlihatkan sebagai kedok, suatu hari nanti mereka pasti akan menjahatimu. Engkau akan menghancurkan dirimu sendiri jika engkau sehati dengan mereka (1:18), dan mereka akan menghancurkan engkau jika engkau tidak sehati dengan mereka.”

2. “Pertimbangkan sifat jalan yang harus engkau jauhi itu, dan bandingkan dengan jalan lurus yang engkau harus masuki.”

(a). Jalan kebenaran adalah terang (Amsal 4:18): jalan orang benar itu, yang telah mereka pilih dan mereka tempuh, seperti cahaya. Cahaya terang menyinari jalan-jalan mereka (Ayub 22:28) dan membuat mereka aman dan senang. Kristus adalah jalan mereka, dan Dia adalah terang. Mereka dipimpin oleh firman Allah yang menjadi pelita bagi kaki mereka. Mereka sendiri adalah terang di dalam Tuhan dan mereka hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang.

1). Jalan itu seperti cahaya fajar. Jalan itu menerangi mereka dengan sukacita dan penghiburan di dalamnya, menyinari orang lain dengan gemilang dan kehormatannya. Terang itu bercahaya di depan orang, yang melihat perbuatan mereka yang baik (Matius 5:16). Mereka terus menempuh jalan itu dengan rasa aman yang kudus dan ketenangan pikiran, sebagaimana orang-orang yang hidup di dalam terang. Terang itu bagaikan sinar fajar, yang terbit dalam gelap (Yesaya 58:8-10) dan mengakhiri perbuatan-perbuatan kegelapan.

2). Jalan itu semakin bercahaya, kian bertambah terang, tidak seperti cahaya meteor yang segera memudar, atau cahaya lilin yang remang-remang dan cepat mati, melainkan sinar matahari yang terbit, yang terus meninggi dan semakin terang. Anugerah, pedoman dari jalan ini, selalu bertumbuh. Orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat. Sukacita yang merupakan kesenangan dari jalan ini, kehormatan yang merupakan terang darinya, dan segala kebahagiaan yang merupakan cahayanya, akan terus bertambah-tambah.

3). Pada akhirnya jalan itu akan mencapai rembang tengah hari. Cahaya siang akan terus bertambah sampai tengah hari, dan inilah yang dituju oleh jiwa yang telah diterangi. Orang-orang kudus tidak akan menjadi sempurna sampai mereka tiba di sorga, dan saat di sana mereka akan bercahaya seperti matahari yang terik (Matius 13:43). Anugerah dan sukacita mereka akan menjadi lengkap. Oleh karena itu, bijaksana-lah kita jika tetap berada di jalan orang benar.

BACA JUGA: AMSAL 4:1-13: DIDIKAN ORANG TUA

(b) Jalan dosa itu seperti kegelapan (Amsal 4:19). Perbuatan yang dia hendak tekankan untuk kita hindari adalah pergaulan dengan perbuatan perbuatan kegelapan. Kesenangan dan kepuasan sejati macam apakah yang dimiliki orang-orang yang tidak mengenal kesenangan dan kepuasan kecuali melalui perbuatan jahat mereka? Bimbingan seperti apakah yang dipunyai orang-orang yang menanggalkan firman Allah di belakang mereka? Jalan orang fasik itu gelap, dan karena itu berbahaya, sebab mereka akan tersandung dan tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.

Mereka jatuh ke dalam dosa, tetapi tidak sadar jalan apa yang mendatangkan cobaan yang menyesatkan mereka itu, dan karena itulah mereka tidak tahu bagaimana menghindarinya di waktu mendatang. Mereka diimpit kesukaran, tetapi tidak pernah bertanya-tanya apakah Allah sedang melawan mereka. Mereka tidak sadar bahwa mereka berbuat jahat, juga tidak tahu bagaimana akhir perbuatan mereka itu (Mazmur 82:5; Ayub 18:5-6). Inilah jalan yang dianjurkan untuk kita hindari.
Next Post Previous Post