Mematuhi Upacara-upacara Kuno (Lukas 2:21-40)

Bacaan Alkitab : Lukas 2:21-40

Dalam bagian ini kita lihat bagaimana Yesus menjalani tiga upacara kuno yang harus dijalani oleh setiap anak laki-laki Yahudi.

(1) Sunat. Setiap anak laki-laki Yahudi disunatkan pada usia delapan hari. 

Upacara itu begitu suci sehingga boleh dilaksanakan juga pada hari Sabat; meskipun Hukum Taurat melarang untuk tidak melakukan hampir semua pekerjaan pada hari itu; pada hari itu juga anak laki-laki tersebut diberi nama.
Mematuhi Upacara-upacara Kuno (Lukas 2:21-40)
(2) Penebusan Anak Sulung. 

Menurut Hukum (Keluaran 13:2), semua anak sulung laki-laki, baik dari manusia atau binatang, adalah kudus bagi Allah. Hukum itu mungkin merupakan pengakuan akan kuasa, anugerah Allah yang memberi kehidupan, atau bisa juga merupakan sisa-sisa kepercayaan kuno di mana anak-anak dipersembahkan kepada dewa-dewa. Jelaslah apabila hal itu dilaksanakan secara harfiah, maka kehidupan akan kacau. 

Karena itu, diadakan suatu upacara yang disebut Penebusan Anak Sulung (Bilangan 18:16). Ditetapkan korban sejumlah 5 syikal seolah-olah orang tuanya membeli kembali anak sulungnya itu dari Allah. Jumlah itu harus dibayarkan kepada imam. Jumlah itu tidak boleh dibayarkan sebelum 31 hari sesudah kelahiran dan juga tidak boleh ditunda terlalu lama.

(3) Penyucian sesudah kelahiran. 

Apabila seorang wanita telah melahirkan, dan jika anaknya itu laki-laki, maka ia tidak suci selama 40 hari; sedangkan jika anaknya perempuan, maka masa cemarnya 80 hari. Wanita itu dapat mengerjakan pekerjaan sehari-harinya, tetapi tidak boleh masuk ke dalam Bait Suci atau mengambil bagian dalam upacara-upacara keagamaan (Imamat 12). 

Pada akhir masa itu ia harus membawa domba untuk korban bakaran dan seekor merpati muda untuk korban penghapusan dosa di dalam Bait Suci. Korban-korban semacam itu adalah korban-korban yang mahal, dan karena itu Hukum juga menetapkan (Imamat 12:8) bahwa apabila ia tidak sanggup membawa domba maka ia boleh juga membawa burung dara yang lain. Persembahan dua ekor merpati sebagai pengganti domba dan merpati secara teknis disebut Persembahan Orang Miskin. Persembahan itulah yang dibawa Maria pada waktu itu.

Sekali lagi kita lihat di sini bahwa Yesus lahir di lingkungan keluarga yang biasa saja, lingkungan sederhana, lingkungan yang harus berhati-hati membelanjakan uangnya, lingkungan di mana anggota-anggota keluarga mengetahui mengenai kesulitan-kesulitan kehidupan dan perasaan tidak aman. Apabila kehidupan ini mencemarkan kita, maka kita harus ingat bahwa Yesus memahami apa yang sedang kita hadapi itu.

Ketiga upacara ini: Sunat, Penebusan Anak Sulung, dan Penyucian Sesudah Kelahiran, adalah upacara kuno yang aneh, tetapi di balik ketiga upacara ini terdapat pengakuan bahwa anak adalah anugerah Allah. Kaum Stoa berpendapat bahwa seorang anak bukanlah diberikan kepada orang tuanya, melainkan hanyalah dipinjamkan. Dari semua anugerah Allah, maka anak merupakan karunia yang paling menuntut pertanggung-jawaban.

𝐓𝐄𝐑𝐖𝐔𝐉𝐔𝐃𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐔𝐀𝐓𝐔 𝐈𝐌𝐏𝐈𝐀𝐍

Tidak akan ada seorang Yahudi pun yang tidak akan memandang bangsanya sebagai umat yang terpilih. Tetapi bagi mereka pun jelas bahwa secara manusiawi bangsanya tidak akan pernah mencapai keagungan duniawi yang tertinggi, meskipun mereka yakin bahwa mereka telah ditentukan sebagai umat yang terpilih.

Sejak lama mereka berpendapat bahwa karena mereka adalah bangsa yang terpilih, maka pada satu saat nanti mereka akan menguasai dunia dan menjadi tuan atas bangsa-bangsa. Untuk mewujudkan hal itu maka beberapa orang percaya, bahwa orang-orang besar akan diturunkan ke dunia ini. Yang lainnya percaya bahwa akan muncul seorang raja dari keturunan Daud dan bahwa segala kemuliaan akan hidup kembali. Yang lainnya lagi percaya bahwa Allah sendiri akan campur-tangan langsung dalam sejarah manusia secara adi-kodrati.

Tetapi berlawanan dengan semuanya itu, terdapatlah juga sekelompok orang-orang yang dikenal sebagai Yang Senyap di Negeri itu. Mereka tidak memimpikan adanya kekerasan, kekuasaan dan tentara dengan panji-panji yang megah. Mereka hanya percaya kepada doa yang tidak pernah putus dan menantikan dengan diam-diam sampai Tuhan datang. Sepanjang hidupnya mereka menanti-nantikan Allah dengan tenang dan sabar.

Simeon nampaknya termasuk golongan tersebut; dengan berdoa, beribadah, dan dengan kerendahan hati, ia menantikan dengan setia kedatangan Allah yang akan menghiburkan umat-Nya. Allah telah berjanji kepadanya melalui Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Raja yang diurapi Allah itu. Pada bayi Yesus itu, ia melihat Raja itu dan karena itu ia bersuka-cita. Sekarang ia siap untuk kembali kepada Tuhan dengan damai, dan kata-kata yang diucapkannya itu kemudian menjadi Nunc Dimittis, yakni salah satu pujian agung Gereja.

Dalam Lukas 2:34, Simeon memberikan semacam ikhtisar dari karya dan nasib Yesus.

(1) Ia akan menjadi penyebab di mana banyak orang akan jatuh. Inilah ucapan yang aneh dan keras, tetapi benar. Bukan karena Allah menghakimi manusia, melainkan manusia menghakimi dirinya sendiri, dan penghakimannya itu adalah reaksinya terhadap Yesus Kristus. Seandainya, ketika ia diperhadapkan dengan kebaikan dan kasih, hatinya tergerak untuk menjawabnya dengan kasih, maka manusia itu sudah berada dalam Kerajaan Allah. Namun sebaliknya, jika ia tetap tidak tergerak dan memberontak maka ia terhukum. Dengan demikian terdapatlah suatu penolakan dan penerimaan yang besar.

(2) Ia akan menjadi penyebab di mana banyak orang akan bangkit. Dahulu kala, Seneca berkata bahwa apa yang terutama dibutuhkan manusia adalah tangan yang diulurkan untuk mengangkat mereka. Itulah tangan Yesus yang mengangkat manusia dari kehidupan yang lama dan masuk ke dalam kehidupan yang baru. Keluar dari dosa dan masuk ke dalam kekudusan. Keluar dari hal-hal yang memalukan dan masuk ke dalam kemuliaan.

(3) Ia akan menghadapi banyak perlawanan. Menghadapi Yesus Kristus tidak dapat bersikap netral. Kita hanya memilih berserah atau melawan Dia. Dan inilah yang menyedihkan dalam hidup ini karena kesombongan kita sering kali menghalangi kita untuk berserah kepada Dia, yang memimpin kita kepada kemenangan.

𝐈𝐍𝐃𝐀𝐇𝐍𝐘𝐀 𝐔𝐒𝐈𝐀 𝐋𝐀𝐍𝐉𝐔𝐓.

Hana adalah juga seorang Yang Senyap di Negeri itu. Tidak ada yang kita ketahui mengenai dia, kecuali yang diberitakan ayat-ayat yang secara sangat singkat diceritakan oleh Lukas di sini.

(1) Hana adalah seorang janda. Ia telah mengenal kesedihan namun tidak bersedih. Kesedihan dapat membuat kita menjadi keras, sedih, marah, dan memberontak kepada Allah. Tetapi kesedihan juga dapat membuat kita menjadi lebih baik, lembut dan simpatik. Kesedihan dapat melenyapkan iman kita, atau dapat juga memperkuat dan memperdalam iman kita. Semua itu tergantung pada bagaimana kita berpikir tentang Allah. 

Bila kita memandang Dia sebagai seorang tirani maka kita akan menolak-Nya. Namun bila kita memandang Dia sebagai Bapa maka kita juga akan yakin bahwa tangan seorang Bapa tidak pernah menyebabkan anaknya menangis dengan sia-sia.

(2) Ia berumur 84 tahun. Ia telah tua namun tidak pernah berhenti untuk berharap. Umur dapat menggerogoti kecantikan dan kekuatan tubuh kita, dan yang lebih buruk – waktu dapat menggerogoti kehidupan kita sehingga pengharapan yang pernah menggairahkan kita menjadi mati, dan hidup kita menjadi membosankan dan menerima saja apa adanya. Sekali lagi semuanya itu tergantung pada bagaimana kita memandang Allah. 

Kalau kita melihat Dia sebagai yang jauh dan terlepas dari kita, mungkin kita akan putus asa. Namun bila kita memikirkan Dia sebagai yang mempunyai hubungan erat dengan kehidupan dan melindungi kita, maka kita pun akan yakin bahwa yang terbaik masih akan tiba dan bahwa tahun-tahun yang berlalu tidak akan memadamkan pengharapan kita.

Bagaimana keadaan Hana pada waktu itu?

1) Ia tidak pernah berhenti untuk beribadah. Ia menghabiskan waktunya dalam rumah Allah bersama umat Allah. Allah menganugerahkan kepada kita gereja sebagai ibu kita dalam iman. Kita merenggutkan diri kita sendiri dari harta yang tidak ternilai harganya itu bila kita lalai untuk menjadi bagian dari umat-Nya yang beribadah.

2) Ia tidak henti-hentinya berdoa. Ibadah umum adalah baik, tetapi ibadah pribadi juga baik. Ada yang mengatakan: “Yang doanya terbaik dalam doa bersama adalah yang sebelumnya berdoa sendiri.” Tahun-tahun berlalu tanpa perasaan sedih dan harapannya tidak tergoyahkan, karena setiap hari Hana selalu berhubungan dengan Dia, Sumber kekuatan. Dan di dalam Dia, kelemahan kita dijadikan sempurna. Amin.
Next Post Previous Post