Doa dalam Kehidupan Kristen: Pentingnya, Syarat, dan Sikap yang Benar

Pendahuluan:

Doa memegang peranan sentral dalam kehidupan iman orang Kristen. Simon Chan menyatakan bahwa doa adalah tanda kehidupan iman, sementara John Calvin melihatnya sebagai penghubung manusia dengan Allah. Dalam konteks ini, doa bukan hanya aturan atau kewajiban, melainkan ekspresi kehendak Tuhan yang mengundang umat-Nya untuk berkomunikasi dan meminta pertolongan-Nya. Artikel ini akan menjelajahi pentingnya doa, syarat-syarat bagi doa yang dikabulkan, serta sikap yang sesuai saat berdoa dalam perspektif Kristen.
Doa dalam Kehidupan Kristen: Pentingnya, Syarat, dan Sikap yang Benar
Pembahasan

Simon Chan menyatakan, “Doa adalah tanda kehidupan iman.” Seluruh kehidupan orang Kristen dapat digambarkan sebagai kehidupan doa.” Dalam institutio, John Calvin menyatakan bahwa,“ doa adalah suatu penghubung antara manusia dengan Allah. Meskipun Allah telah memberikan janji-Nya, namun Ia menghendaki agar umat-Nya meminta di dalam doa.” 

Selain itu, doa juga menjelaskan betapa lemah umat-Nya dalam menghadapi kehidupan, sehingga mereka perlu terus menerus memohon pertolongan-Nya. Karena itu, sudah semestinya setiap orang percaya senantiasa berdoa karena itulah yang dikehendaki oleh Tuhan (Lukas 18:1;1Tesalonika 5:17;Efesus 6:18).

Doa bukanlah aturan atau juga kewajiban yang Tuhan bebankan kepada orang percaya melainkan kehendak atau keinginan Tuhan. Jika doa merupakan aturan yang harus dilakukan setiap orang percaya maka orang percaya berdosa jika tidak berdoa. Mengabaikan doa adalah kebodohan besar yang bisa dilakukan orang Kristen. Hal ini bukanlah soal dosa atau bukan, tapi merupakan kerugian besar karena berkat rohani yang Tuhan sediakan kepada orang yang berdoa sangatlah besar.

Bounds menyatakan: “Doa adalah kekuatan mengagumkan yang ditempatkan oleh Tuhan yang Mahabesar di tangan orang-orang kudus-Nya, yang digunakan untuk mencapai tujuan besar dan meraih hasil-hasil yang tak biasa. Doa menjangkau segalanya, menyentuh semua hal besar dan kecil yang Tuhan janjikan bagi anak manusia.

Alasan lain dari mengapa orang Kristen harus berdoa adalah, karena adanya kebutuhan (Yakobus 4:2). Alasan ini bukanlah yang terutama. Namun demikian, Tuhan memperbolehkan orang percaya untuk meminta atau memohon sesuatu berkaitan dengan kebutuhannya dalam doa. Orang percaya tidak harus malu meminta sesuatu kepada Tuhan melalui doa, asalkan permintaan itu bukan untuk memenuhi kepuasannya. Dengan berdoa menunjukkan ketidakberdayaan dan kebergantungan pada kuasa Tuhan.

Ketika orang percaya berdoa dengan sungguh-sungguh, hatinya sedang mengharapkan belas kasih Allah. Doa yang sejati hanya mungkin dipanjatkan oleh setiap orang yang mengakui ketidakmampuan dirinya dan kesanggupan Allah dalam memberkatinya. 

Dengan berdoa, orang percaya membangun komunikasi dengan Tuhan, sehingga akan semakin mengenal Tuhan, semakin bersandar pada-Nya dan semakin bergantung pada Tuhan. Tentu pengenalan akan Tuhan melibatkan pemahaman akan kebenaran Alkitab, oleh karena itu doa tidak boleh dipisahkan dengan kebenaran Alkitab. Karena sebagaimana komunikasi menjadi efektif jika berjalan dua arah, maka Tuhan berbicara melalui Firman-Nya, sementara orang percaya berbicara kepada Tuhan melalui doa.

Sebagai pengikut Kristus atau murid Kristus, orang percaya menjadi sasaran atau target utama Iblis. Setan akan melakukan segala macam cara untuk menghancurkan orang percaya tanpa ampun. Itu sebabnya, Tuhan sangat menginginkan agar orang percaya berdoa demi kebaikannya, agar terhindar dari jerat iblis (1 Petrus 5:8, Lukas 22:31-32, Efesus 6:12-13, 18).

Firman Tuhan dalam Yesaya 55:6 menyatakan, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!". Tuhan Yesus juga mengajarkan lewat sebuah perumpamaan supaya murid-murid-Nya tidak jemu- jemu berdoa. Lukas 18:1. 1 Tesalonika 5:17 berkata, "Tetaplah berdoa." Yohanes 14:15. 

Jadi, mengapa orang percaya harus berdoa karena Firman Allah yang memerintahkan untuk berdoa. Doa adalah perintah Allah dan disertai janji Allah. Allah yang memerintahkan untuk berdoa adalah Allah yang berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan yang disampaikan kepada-Nya. Mazmur 50 :15: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku”.

Dalam Matius 7:7-8: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan kepadamu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”

Waktu Untuk Berdoa

Alkitab tidak saja mengajarkan agar umat Tuhan bertekun di dalam doa, tetapi juga memerintahkan supaya mereka melakukannya “di dalam Roh Kudus.” Misalnya, perintah ini sangat jelas di dalam surat Paulus kepada jemaat Tuhan di Efesus. Ia mengatakan: “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh Kudus” (Efesus 6:18).

Kata “setiap waktu” (Yunani: pantote) memiliki kesetaraan dengan kata “terus menerus” atau “selalu” (Yunani: adialeptos) di dalam 1Tesalonika 5:17.18 Tentang hal ini Leon Morris menjelaskan: “Doa dilakukan “setiap waktu” dan “di dalam Roh Kudus.” Rasul Paulus tidak memandang doa sebagai tindakan yang dilakukan sesekali, tetapi tindakan yang dilakukan secara terus menerus. Tidak ada waktu di mana doa tidak pantas bagi orang percaya”. Dengan kata lain, pemakaian kata “setiap waktu” menegaskan bahwa berdoa dilakukan secara tekun atau terus menerus.

Matthew Henry menyatakan, “Kasih yang Tuhan berikan kepada kita semestinya membuat kita berikan kembali kepada-Nya dengan sukacita. Jadi, kita harus terus berdoa, dan melihat dengan seluruh ketekunan. Mengetahui bahwa Tuhan menyukai ketekunan kita, seharusnya mendorong kita untuk tekun dalam berdoa.”

Namun demikian doa siapa yang didengar Tuhan? Dalam Alkitab, ditulis bahwa :

1. Tuhan mendengar doa orang benar

Ayat-ayat yang tercatat dalam Yakobus 5:16, Mazmur 34:16,18. Amsal 15:29, ini tidak mengatakan bahwa seseorang harus menjadi benar dulu dalam perbuatan atau kelakuan kemudian Tuhan mendengar doa. Orang benar dalam ayat ini menunjuk pada identitas seseorang di dalam Kristus.

Ketika orang berdoa menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka secara otomatis Allah membenarkan orang tersebut. Orang itu terhitung benar karena imannya di dalam Yesus. Jadi, secara posisi atau kedudukan, orang berdosa yang bertobat adalah orang benar atau orang kudus. Bila yang Tuhan maksudkan, orang benar itu adalah orang yang berhasil hidup benar, maka doa-doa yang dinaikkan kemungkinan besar sulit dijawab karena untuk menjadi benar dalam karakter sungguh-sungguh sulit dan hal tersebut terjadi melalui proses.

2. Tuhan mendengar doa orang yang taat kepada firman Allah

Ketaatan adalah bukti bahwa seseorang sungguh mengasihi Tuhan. Ketidaktaatan adalah sikap pemberontakan yang dibenci Tuhan. Tuhan mendengar doa orang yang bersedia taat pada kebenaran Alkitab, dengan kata lain ketidaktaatan adalah penghalang doa dijawab. (Yohanes 15:7).

Arti kata taat adalah senantiasa tunduk kepada Tuhan, pemerintah yang ada di dunia ini. Ketaatan adalah bagian atau bukti dari iman. Bisa saja ketaatan didasarkan atas motivasi tertentu, tetapi tidak ada cara lain untuk mewujudkan iman kecuali dengan ketaatan. Alkitab menjelaskan orang yang hidup dalam ketaatan sebagai wujud iman mereka. Mereka sedia membayar harga untuk sebuah ketaatan, seperti Abraham, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Namun pada sisi lain, Alkitab juga berbicara tentang ketidaktaatan dan akibatnya, seperti Saul, Yunus dan banyak raja-raja Israel. Seringkali manusia tidak menyadari dan berusaha menghindari harga yang harus dibayar untuk semua ketaatan, padahal ia harus membayar harga yang jauh lebih mahal (resiko) untuk sebuah ketidaktaatan. I Petrus 1:18-19 menjelaskan bahwa setiap orang percaya ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Anak Domba Allah (Yesus) untuk membayar harga dosa karena ketidaktaatan.

Bentuk ketaatan yang harus dikerjakan adalah 

Pertama, ketaatan kepada Allah atau Kristus. Ketaatan yang dimaksudkan adalah meneladani Kristus sebagai Teladan yang sejati, di mana Yesus menunjukkan dan memberikan keteladanan dengan begitu sempurna yaitu Ia tunduk dan taat kepada Allah Bapa di surga dengan mati di kayu salib bukan karena dosa yang diperbuat-Nya melainkan dosa seluruh umat manusia. 

Kedua, taat kepada Firman Tuhan. Taat kepada Firman Tuhan artinya senantiasa merenungkan Firman itu siang dan malam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketiga, taat kepada sesama manusia.

Di dalam Titus 3:1 ditulis, “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.” Jika seseorang mengakui mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya maka seharusnya ia juga tunduk kepada semua yang dikehendaki untuk dilakukan asalkan tidak apa yang diperintahkan itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan.

Syarat-Syarat Bagi Doa Yang Dikabulkan Oleh Tuhan Adapun syarat bagi doa yang dikabulkan oleh Tuhan adalah berdoa dengan iman (Ibrani 11:6.), memiliki hati yang bersih (Mazmur 66:19), kudus dalam kehidupan sehari-hari (2 Tawarikh 7:14.), berdoa menurut kehendak Allah. (1 Yohanes 5:14-15), tinggal tetap di dalam Kristus (Yohanes 15:7), benar di hadapan Allah “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya” (Amsal 15:29 dan juga Yakobus 5:16b).

Penghalang sehingga doa tidak didengar dan dijawab oleh Allah adalah karena dosa dan kejahatan atau kefasikan manusia. Dosa dan kejahatan manusia menjadi tembok pemisah diantara manusia dengan Allah. Dosa dan kejahatan yang menyebabkan Allah tidak menjawab dan mengabulkan doa (Yesaya 59:1-3).

Torrey menyatakan, “Dosa merupakan hal yang mengerikan, dan salah satu hal paling mengerikan darinya adalah menghalangi doa, caranya memutuskan hubungan kita dengan Sumber segala rahmat, kekuatan dan berkat.” Firman Allah menyatakan dosa adalah pelanggaran hukum Allah. Dan semua kejahatan adalah dosa.

Jadi kalau tidak melakukan dan menaati (melanggar) segala perintah-Nya dan melakukan apa yang tidak berkenan kepada-Nya, berarti dosa dan melakukan kejahatan. “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”(1 Yohanes 3:4). “Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut”. (1 Yohanes 5:17).

Ada juga beberapa contoh mengapa doa yang tidak dijawab Tuhan: Doa yang goyah: Yakobus 1: 6-7; Doa pamer: Matius 6: 5; Doa berulang dan bertele-tele: Matius 6: 7; Doa egois: Yakobus 4: 3; Doa yang salah arah: 1 Raja-raja 18: 26-29 dan Doa tanpa Iman: Matius 17:19-20.

Sikap Berdoa

Bagaimanakah orang Kristen seharusnya berdoa? Apakah ada waktu dan cara atau ritual tertentu seperti yang dilakukan oleh agama lain? Setiap orang yang percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tentu akan berdoa karena ia tahu tanpa Tuhan, ia bukanlah siapa-siapa.

Menurut Calvin, aturan pertama dalam berdoa adalah prinsip penghormatan atau “takut akan Allah.” Calvin menyerukan kepada umat Kristen untuk memahami betapa serius dan agungnya doa itu. Tidak ada yang lebih buruk daripada “sepi rasa kagum.” Rasa takut akan Allah bukan rasa takut akan hukuman karena rasa takut tersebut hanya berkutat pada diri sendiri.

Rasa takut ini dialami oleh orang-orang yang terbungkus di dalam dirinya sendiri. Sedangkan orang yang percaya kepada Injil bertumbuh dalam paradoks rasa takut yang menggembirakan dan penuh anugerah. Karena kasih dan sukacita di dalam Allah yang tak terkatakan membuat orang percaya seharusnya gemetar oleh hak istimewa berada di hadapan-Nya dan sangat rindu menghormati-Nya.

Calvin menyatakan, ”perasaan kagum adalah bagian krusial dari doa. Doa membutuhkan sekaligus menghasilkan perasaan kagum. Hal ini jelas bahwa dengan memiliki akses pada perhatian dan kehadiran Allah, semestinya membuat hati dan pikiran orang percaya pada saat berdoa hanya tertuju pada Allah semata.

Aturan Calvin yang kedua adalah, perasaan membutuhkan yang mengecualikan segala kepalsuan.” Mengenai hal ini, Keller menulis bahwa yang dimaksud oleh Calvin adalah kerendahan hati. Maksudnya adalah perasaan bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan kesiapan untuk menyadari serta berobat dari segala kesalahan yang sudah diperbuat.

Aturan Ketiga dan keempat berjalan beriringan yaitu, memiliki kepercayaan penuh dan penundukan diri kepada Allah. Siapapun yang berdiri di hadapan Allah untuk berdoa … (harus) meninggalkan segala pikiran tentang kemuliaan diri sendiri. Hal ini seperti diajarkan oleh Tuhan Yesus yang berdoa dengan menyatakan, ”jadilah kehendak-Mu.” Salah satu tujuan doa adalah membawa hati untuk percaya ada kebijaksanaan-Nya, bukan kebijaksanaan diri sendiri.

Aturan kelima Calvin adalah aturan kasih karunia. Dinyatakan bahwa, “Tak seorangpun yang mengucapkan doa dengan seluruh ketepatan sempurna yang diperlukan…tanpa rahmat ini, maka tidak akan nada kebebasan untuk berdoa.” Allah adalah Allah yang penuh rahmat dan kasih karunia dan dengan demikian Ia mempersatukan orang percaya dengan diri-Nya sendiri.

Melalui 1 Yohanes 5:14-15, orang percaya diajarkan untuk memiliki keyakinan ketika datang kepada Allah dalam doa. Dia mendengarkan dan akan memberi apa saja yang diminta selama itu sesuai dengan kehendak-Nya.

Demikian pula Yohanes 14:13-14 menyatakan, “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” Filipi 4:6-7 mengajarkan orang percaya untuk berdoa dengan tidak kuatir, berdoa untuk segala hal dan berdoa dengan hati yang bersyukur. Keller menulis,

“Jika kita berdoa tanpa kerendahan hati, maksudnya jika doa kita sarat dengan permintaan yang tak sabaran, maka doa itu akan memotong akses kita dari-Nya. Sebaliknya, jika kia berdoa tanpa keyakinan atau pengharapan apapun bahwa doa kita akan didengar, maka hal itu menghalangi kehadiran Allah.”

Cara yang pantas untuk berdoa itu mencurahkan hati kepada Allah, jujur dan terbuka dengan Allah, karena Dia mengenal lebih dari manusia mengenal dirinya sendiri. Bawa permohonan doa kepada Allah dengan mengingat bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik. Ia tidak akan mengabulkan permohonan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Ungkapkan kasih, rasa terima kasih dan penyembahan kepada Allah dalam doa tanpa kuatir mengenai mengucapkan kata-kata yang tepat. Allah lebih tertarik dengan isi hati daripada kelancaran kata-kata yang puitis. Yang paling dekat sebagai “pola” doa dalam Alkitab itu Doa Bapa Kami dalam Matius 6:9-13 tercakup di dalamnya penyembahan, percaya kepada Allah, permintaan, pengakuan dosa, dan penaklukan diri.

Calvin berpendapat, Allah dapat mendengar dan menjawab segala doa dari siapapun, bahkan dari orang-orang yang tidak berdoa dengan iman kepada Yesus. Allah kerap mendengar dan menjawab seruan orang-orang miskin yang teraniaya bahkan ketika mereka sedang berdoa kepada sebentuk illah palsu.

Ini dapat terjadi karena Allah adalah Allah yang penuh anugerah. Berdoa “di dalam nama Yesus” diajarkan dalam Yohanes 14:13-14, “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Berdoa “di dalam nama Yesus” berarti berdoa dengan otoritas Yesus dan minta kepada Allah Bapa untuk menjawab doa orang percaya karena ia menghadap Bapa dalam nama anakNya, Yesus Kristus. Berdoa “di dalam nama Yesus” artinya datang kepada Allah dalam doa secara sadar percaya kepada Kristus untuk keselamatan dan penerimaan Allah terhadap manusia yang berdosa. Berdoa “di dalam nama Yesus” berarti sesuai dengan kehendak Allah dan berdoa untuk hal-hal yang menghormati dan memuliakan Yesus.

Isi Doa

Di dalam 1 Timotius 2:1 ditulis, “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”dan kemudian dilanjutkan dengan lebih spesifik pada ayat ke 2, “untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” Hal ini berkenan kepada Allah, Juruselamat kita (ayat 3), “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita” yang memiliki tujuan kekal yaitu, “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (ayat 4).

Alkitab mencatat mengenai siapa saja yang perlu didoakan oleh orang percaya.

1. Yang terhilang: Roma 10: 1; Matius 9: 36-38

2. Para Penguasa: 1 Timotius 2: 2; 1 Petrus 2: 13-17

3. Orang sakit: Yakobus 5: 13-15; Kisah Para Rasul 28: 8

4. Musuh-musuh kita: Matius 5:43-48 Lukas 6: 27-28; Roma 12: 20-21

5. Orang Kristen: Efesus 1:16; 6:18; 2 Timotius 1: 3; Kolose 1: 3; 1 Korintus 1: 4; 1 Tesalonika 1: 2

6. Proklamator Injil: 2 Tesalonika 3: 1-2; Kolose 4: 2-4; Kis. 4:29; 12: 5; 13: 3

7. Contoh Yesus berdoa tertulis dalam Yoh 17: yang pertama, ayat 1-5,

Berdoalah untuk diri sendiri...Yesus lakukan: "Muliakanlah Aku sekarang, Bapa". Kedua, Berdoalah untuk diselamatkan (ayat 6-19) "Yang telah Engkau berikan kepadaku" dan ketiga, Berdoalah untuk yang terhilang (ayat 20-26) "agar dunia percaya". Allah pasti dan selalu menjawab doa orang percaya. Jawaban doa yang Allah berikan ada 3 yaitu : ya, tunggu dan tidak.

Kesimpulan:

Dalam perspektif Kristen, doa tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga suatu keharusan yang menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dengan Allah. Pentingnya doa tercermin dalam kesadaran akan kebutuhan, ketergantungan pada Tuhan, dan perlindungan dari pengaruh jahat. Syarat-syarat doa yang dikabulkan melibatkan iman, hati yang bersih, dan ketaatan pada firman Allah. 

Sikap yang benar saat berdoa mencakup takut akan Allah, kerendahan hati, dan kepercayaan penuh. Doa, sebagai perintah Allah, merupakan sarana untuk membangun hubungan, mendapatkan petunjuk, dan mengalami kasih karunia-Nya. Oleh karena itu, doa menjadi landasan kehidupan rohaniah yang mendalam bagi orang Kristen.
Next Post Previous Post