PENGKHOTBAH 1:9-11 PERUBAHAN TANPA KEBARUAN

Matthew Henry ( 1662 – 1714).

PENGKHOTBAH 1:9-11 PERUBAHAN TANPA KEBARUAN.

Dalam kaitan dengan pekerjaan dan kenikmatan-kenikmatan di dunia, ada dua hal yang dengannya kita cenderung mencari kesenangan dan kepuasan. Dan berdasarkan dua hal ini pula kita selalu menilai harga diri kita. Seolah-olah kedua hal itu membantu menyelamatkan kesenangan dan kepuasan kita dari kesia-siaan. Salomo menunjukkan kepada kita kesalahan kita dalam keduanya.
PENGKHOTBAH 1:9-11 PERUBAHAN TANPA KEBARUAN
[I]. HAL HAL BARU UNTUK DITEMUKAN.

Hal-hal baru ini selalu tidak pernah diketahui sebelumnya. Betapa kita patut bersyukur bahwa belum pernah ada yang membuat kemajuan-kemajuan sedemikian rupa dalam hal pengetahuan dan penemuan-penemuan melalui pengetahuan tersebut seperti kita. Bahwa belum pernah ada orang yang membuat perbaikan-perbaikan sedemikian rupa terhadap harta benda atau perdagangan, dan memiliki keahlian untuk menikmati keuntungan-keuntungan darinya seperti yang kita lakukan.

Semua rancangan dan susunan orang dulu dipandang rendah dan dilindas, dan kita memegahkan gaya-gaya baru, dugaan-dugaan baru, cara-cara baru, ungkapan-ungkapan baru, yang mendesak keluar hal-hal lama dan mencampakkannya. Tetapi tindakan ini semua keliru: Apa yang ada, dan akan ada, adalah sama dengan apa yang pernah ada, dan apa yang pernah dibuat akan sama saja dengan apa yang akan dibuat lagi, sebab tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari (Pengkhotbah 1:9). Hal ini diulangi (Pengkhotbah 1:10) dengan mengajukan pertanyaan, adakah sesuatu yang tentangnya dapat dikatakan, dengan rasa takjub, lihatlah, ini baru, belum pernah ada yang seperti ini?

Ini merupakan seruan kepada orang-orang yang mengamat-amati, dan tantangan bagi orang-orang yang berteriak-teriak bahwa ilmu pengetahuan zaman sekarang melebihi ilmu pengetahuan zaman dulu. Biarlah mereka menyebutkan apa saja yang mereka anggap sebagai baru, dan meskipun mungkin kita tidak bisa menunjuk-kannya, karena tidak adanya catatan tentang masa-masa dulu, namun beralasan bagi kita untuk menyimpulkan bahwa itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. Apakah ada dalam kerajaan alam, yang tentangnya kita dapat berkata, ini baru? Pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan (Ibrani 4:3).

Hal-hal yang tampak baru bagi kita, seperti bagi anak-anak, tidaklah demikian dalam dirinya sendiri. Langit sudah ada sejak dulu. Bumi tetap ada selamanya. Kekuatan-kekuatan alam dan rantai sebab akibat alam masih sama seperti sebelumnya. Dalam kerajaan penyelenggaraan ilahi, meskipun jalan dan caranya tidak mempunyai aturan-aturan yang diketahui dan yang pasti seperti dalam kerajaan alam, tidak pula selalu lewat di jalur yang sama, namun, pada umumnya, itu masih hal yang sama lagi dan lagi. 

Hati manusia, dan kebobrokan-kebobrokannya, masih sama. Keinginan-keinginan, pencarian-pencarian, dan keluhan-keluhan mereka masih sama. Dan apa yang dilakukan Allah dalam mengurusi manusia sesuai dengan Kitab Suci, sesuai dengan caranya, sehingga semua itu adalah pengulangan. Apa yang mengejutkan bagi kita tidak mesti demikian, sebab sudah ada sejak dahulu hal yang seperti itu, kemajuan-kemajuan yang mengherankan dan kekecewaan-kekecewaan, pergolakan-pergolakan yang mengherankan dan perubahan-perubahan yang tiba-tiba, perubahan yang tiba-tiba dari berbagai peristiwa. 

Kesengsaraan-kesengsaraan hidup manusia selalu sama, dan umat manusia mengelilingi putaran yang abadi, dan, seperti matahari dan angin, tetap berada di mana mereka berada sebelumnya.
Nah, maksud dari hal ini adalah,

(1).Untuk menunjukkan kebodohan anak-anak manusia dalam menyukai hal-hal yang baru, dalam membayangkan bahwa mereka telah menemukan hal-hal seperti itu, dan dalam menyenangkan serta membanggakan diri mereka sendiri dengannya. Kita cenderung muak dengan hal-hal yang lama, dan jemu dengan apa yang sudah lama terbiasa kita dapati, seperti Israel jemu dengan manna, dan menginginkan, bersama orang-orang Atena, untuk senantiasa mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru, dan mengagumi hal ini dan itu sebagai sesuatu yang baru, padahal semua itu sudah pernah ada.

Tatianus, orang Asyur, ketika menunjukkan kepada orang-orang Yunani bahwa semua keahlian yang dengannya mereka menghargai diri mereka sendiri lebih tinggi melampaui bangsa-bangsa yang mereka anggap biadab, beradu pendapat dengan mereka seperti ini: "Sungguh memalukan, jangan sebut hal-hal itu eureseis – temuan, sebab itu hanyalah mimeseis – tiruan."

(2). Untuk membuat kita tidak lagi mengharapkan kebahagiaan atau kepuasan dalam makhluk ciptaan. Mengapa kita harus mencarinya di sana, di mana belum pernah ada yang menemukannya? Apa alasan kita untuk berpikir bahwa dunia harus berlaku lebih baik kepada kita dibandingkan kepada orang-orang yang sudah pergi mendahului kita? Sebab tidak ada yang baru di dalamnya, dan para pendahulu kita sudah banyak berbuat apa yang dapat diperbuat terhadapnya. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun, namun mereka telah mati. Lihat Yohanes 8:8-9; 6:49.

(3) Untuk menggugah kita supaya mencari berkat-berkat rohani dan kekal. Jika kita mau dihibur dengan hal-hal yang baru, kita harus mengenal perkara-perkara tentang Allah, memperoleh kodrat yang baru. Maka pada saat itu yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Korintus 5:17). Injil memberikan nyanyian baru dalam mulut kita. 

Di sorga segala sesuatu baru (Wahyu 21:5), semuanya baru pada awalnya, sepenuhnya berbeda dari keadaan sekarang ini, sebuah dunia yang sungguh-sungguh baru (Lukas 20:35), dan semuanya baru sampai pada kekekalan, selalu segar, selalu berkembang. Permenungan akan hal ini haruslah membuat kita bersungguh-sungguh, bahwa di dunia ini tidak ada apa-apa selain hal yang sama berulang kali, dan kita tidak bisa mengharapkan darinya sesuatu yang lebih atau lebih baik daripada apa yang sudah kita dapatkan.

[II]. DIINGAT-INGATNYA SUATU PENCAPAIAN.

Bahwa pencapaian itu sedemikian hebatnya hingga akan dikenal dan dibicarakan sesudah masa ini. Banyak orang menyangka bahwa mereka sudah mendapatkan cukup kepuasan dalam hal ini, bahwa nama mereka akan diabadikan, bahwa anak cucu akan merayakan tindakan-tindakan yang sudah mereka lakukan, kehormatan-kehormatan yang sudah mereka menangkan, dan harta milik yang sudah mereka perbanyak, bahwa rumah mereka untuk selama-lamanya (Mazmur 49:12).


Tetapi dalam hal ini mereka menipu diri mereka sendiri. Berapa banyak hal-hal dan orang-orang dari masa lampau, yang pada zaman mereka tampak sangat hebat dan berpengaruh luar biasa besar, namun kini kenang-kenangan terhadap mereka pun sudah tidak ada. Mereka terkubur dalam kelupaan. Di sana sini seseorang atau satu tindakan yang luar biasa dijumpai oleh sejarawan yang baik hati, dan kejadiannya yang baik dicatat, sementara pada saat yang sama ada orang-orang lain, yang tidak kalah luar biasa, dihilangkan.

Oleh sebab itu, kita dapat menyimpulkan bahwa dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya, tetapi bahwa apa yang dengannya kita berharap akan dikenang, hal itu akan terhilang atau dianggap remeh.
Next Post Previous Post