Jemaat yang Bangkit: Mencari dan Memikirkan Kehendak Kristus (Kolose 3:1-2)

Pendahuluan 

Dalam perjalanan rohaniahnya, jemaat yang telah bangkit bersama Kristus dihadapkan pada dua perintah penting seperti tertulis di Kolose 3:1-2: "Carilah perkara surgawi Kolose 3:1" dan "Pikirkanlah perkara surgawi Kolose 3:2" Perintah ini tidak hanya mengajak untuk mencari secara fisik, tetapi juga memikirkan dan membentuk pandangan hidup yang menyeluruh.

Dalam pendahuluan ini, kita akan menyelami makna mendalam dari kedua perintah tersebut, menggali bagaimana mereka mengarahkan jemaat untuk hidup dalam kesempurnaan Kristus yang dinamis dan memproklamasikan sentral tas Kristus di dunia ini. Mari kita menjelajahi panggilan rohaniah ini dan bagaimana hal ini membentuk spiritualitas yang mengubah hidup jemaat yang telah bangkit.
Jemaat yang Bangkit: Mencari dan Memikirkan Kehendak Kristus (Kolose 3:1-2)
a) Carilah 

Perintah mencari dalam bentuk kata kerja aktif menunjuk kepada perbuatan manusia sehingga terlihat keseimbangan karya Allah dalam jemaat dan tindakan atau perbuatan jemaat. Kesempurnaan hidup dalam Kristus bersifat dinamis bukan statis. Dunn, mengutip Wolter, merumuskan arti kata kerja mencari sebagai “reorientasi keberadaan secara menyeluruh.”  Kata kerja mencari dipahami bersama-sama dengan kata kerja pikirkanlah pada Kolose 3:2. Dan Dunn mengingatkan bahwa kedua kata kerja ini tidak boleh dipahami sebagai bentuk keasyikan apokaliptik atau mistis akan hal-hal surgawi. 

Kedua kata kerja ini tidak hanya memiliki muatan teologis, terlebih lagi bermuatan etis. Muatan etis yang diuraikan dalam bagian 3:5-4:7. Mencari berarti mengarahkan hidup etis secara teologis. Mencari hal-hal di atas berarti mengarahkan hidup sepenuhnya kepada Kristus. Oleh karena persekutuan dengan Kristus sudah menjadi bagian hidup jemaat, maka perintah mencari hal-hal di atas berarti perintah untuk menghidupkan Kristus di dalam dan melalui perkataan dan perbuatan.

Hidup dan status jemaat telah berbeda dengan hidup dan keadaan sebelumnya. Sekarang jemaat hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus (being). Jemaat telah dibangkitkan bersama Kristus. Berangkat dari kenyataan ini, maka jemaat sekarang diperintahkan untuk mencari hal-hal di atas. Ini berarti hidup yang dihidupi jemaat sekarang adalah milik Kristus. 

Apa yang menjadi kehendak Kristus harus juga menjadi kehendak mereka. Verba imperatif “carilah” dalam bentuk kala kini (present). Bentuk kata kerja seperti ini menegaskan bahwa usaha dan kerja mencari hal-hal di atas merupakan kerja yang harus terus menerus diusahakan. Kesempurnaan hidup dalam Kristus bersifat dinamis bukan statis

(i) kategori etis atau moral. 

Hal-hal di bawah atau di dunia dipahami sebagai tempat di mana dosa berkuasa. Mencari hal-hal di atas bukan berarti membenci dunia atau menolak tinggal di dunia. Mencari hal-hal di atas berarti mencari hal-hal yang menjadi kehendak Kristus. Hal-hal di atas berkaitan dengan dunia surgawi, berkaitan dengan apa yang transenden dan berkarakter ilahi. Ini berarti bahwa semua tujuan, ambisi, orientasi hidup orang Kristen harus diarahkan ke sini. 

Tujuan hidup orang Kristen diarahkan pada tempat di mana Yesus dimuliakan dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Hidup moralitas jemaat Kristen di dunia harus harus mengarah ke atas. Dengan perkataan lain, jemaat hidup di dunia ini seperti Kristus hidup. Artinya jemaat menghidupkan Kristus di dunia ini melalui dan di dalam perkataan dan tindakan setiap hari. Moralitas hidup yang berpusat pada Kristus. 

Inilah sebabnya mengapa jemaat tidak diberi perintah untuk mencari Kristus yang ada di surga tetapi mencari perkaraperkara atau hal-hal yang di atas. Mencari Kristus yang ada di surga memiliki muatan penolakan terhadap dunia. Mencari hal-hal di atas memuat arti bahwa jemaat tetap tinggal di bawah namun hidup dalam perspektif moral dari atas atau moralitas surgawi. Ringkasnya, ungkapan “hal-hal di atas” adalah ungkapan berdimensi moral

(ii) Kategori Teologis. 

Hal-hal di atas menunjukkan bahwa orang Kristen sebenarnya sudah turut berpartisipasi dalam kebangkitan Kristus. Mereka telah berada di surga meski sekarang ini kenyataan itu masih tersembunyi. Gagasan serupa dikatakan Paulus dalam Efesus 2:6 “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga”(LAI-TB). 

Perlu dicatat, meski jemaat telah duduk bersama Kristus di surga, tidak berarti jemaat turut duduk di sebelah kanan Allah. Hanya Yesus yang dikatakan duduk di sebelah kanan Allah. Juga tidak berarti adanya persekutuan mistis (mystical union)  antara jemaat dan Kristus. 

Dalam kategori teologis ungkapan hal-hal di atas menyatakan bahwa jemaat sekarang ini tidak lagi hanya warga dunia tetapi sudah menjadi warga kerajaan surga. Kewargaan ganda inilah yang harus diekspresikan jemaat melalui dan di dalam spiritualitas hidupnya. Mencari hal-hal di atas berarti memperlihatkan tabiat dan watak warga kerajaan Allah di dunia ini.

Mencari hal-hal di atas adalah perintah yang harus dilakukan jemaat sekarang ini. Mengapa? Klausa “di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah” menjelaskan lebih jauh apa arti “hal-hal di atas”. Klausa itu menyingkapkan alasan mengapa jemaat harus mencari hal-hal di atas. Jemaat diperintahkan mencarinya karena Kristus berada di sini. Apa artinya klausa itu? Gagasan Kristus duduk di sebelah kanan digunakan berbagai penulis PB (Kisah Para Rasul 2:33-35; 5:31; 7:55,56; Roma 8:34; Efesus 1:20; Ibrani 1:3,13; 8:1; 10:12; 12:2; 1Petrus 3:22; Wahyu 3:21). 

Penggunaan demikian luas memperlihatkan pentingnya gagasan ini dalam pemberitaan (kerygma) dan kehidupan jemaat Kristen purba. Klausa Kristus duduk di sebelah kanan Allah adalah bahasa figuratif bukan literal. Masyarakat Yahudi dan bukan Yahudi menganggap sebelah kanan merupakan tempat kehormatan. 

Jadi, klausa “duduk di sebelah kanan” menunjuk pada sentral tas dan keutamaan Kristus di surga. Dengan demikian alasan jemaat mencari hal-hal di atas karena Kristus sudah terutama di surga. Mencari perkara surgawi di mana Kristus utama di surga tidak lain mewujudkan keutamaan Kristus di dunia ini sekarang ini. Kehidupan orang percaya adalah hidup yang memproklamasikan sentral tas dan keutamaan Kristus di dunia seperti di surga.

b) Pikirkanlah 

Sama seperti sebelumnya, klausa utama pada ayat 2 juga dibentuk oleh verba imperatif. Jemaat tidak hanya diperintahkan untuk mencari juga untuk memikirkan hal-hal di atas di mana Kristus berada. Apakah keduanya berbeda? Uraian berikut memperlihatkan keduanya berbeda

Verba memikirkan digunakan Paulus 23 kali 14 dalam berbagai surat-suratnya dan hanya 3 kali digunakan di luar tulisan Paulus (Matius 16:23; Markus 8:33; Kisah Para Rasul 28:22). Dalam Filipi 3:15 pikiran seseorang menunjukkan kedewasaannya. Dalam Roma8:5-8 pikiran seseorang terlihat dari cara hidupnya. Pikiran yang tidak kelihatan menjadi konkret terlihat melalui dan di dalam perbuatan seseorang. Artinya yang diperbuat seseorang mencerminkan pikirannya. 

Kata kerja mencari merupakan ekspresi kelihatan dari kata kerja memikirkan. Keduanya memperlihatkan keseimbangan antara perbuatan yang kelihatan dan dorongan perbuatan yang tidak kelihatan. Perbuatan dan motivasi perbuatan menjadi satu kesatuan mengarah pada satu tujuan yakni Kristus. Jadi, verba imperatif pikirkanlah tidak hanya mengekspresikan aktivitas intelek (kognitif), tetapi juga emosi dan kehendak. Jemaat sebagai warga kerajaan surga diperintahkan untuk hidup total sebagaimana layaknya warga kerajaan surga. 

Kata kerja memikirkan meliputi seluruh intelek, emosi dan kehendak. Dalam pengertian seperti ini perintah pikirkanlah hal-hal di atas berarti milikilah pandangan hidup surgawi. Pandangan hidup (worldview - Weltanschauung) memberi bentuk terhadap berbagai perkataan dan tindakan manusia. Pandangan hidup berarti melihat realitas hidup di dunia dari perspektif surgawi. 

Jemaat sekarang harus memiliki pandangan hidup surgawi ketimbang pandangan hidup duniawi. Memikirkan hal-hal di atas berarti melihat dunia ini dengan pikiran, perasaan dan kehendak Kristus. Tentang bentuk hal-hal duniawi diuraikan dalam Kolose 3:5, 8.

Pikirkanlah hal-hal di atas bukan hal-hal di dunia. Perbedaan tajam hal-hal di atas dan di dunia tidak hanya bernuansa spasial juga etis. Kontras hal-hal di atas dan hal-hal di dunia dalam koridor etis kelihatannya sinonim dengan kontras daging dan Roh dalam tulisan Paulus lainnya. Uraian yang lebih jelas terdapat dalam surat Roma 8:5-8 di mana kontras daging dan Roh berkaitan dengan kontras cara berpikir daging dan cara berpikir Roh. 

Akibat yang ditimbulkan dua cara berpikir ini berbeda bahkan bertolak belakang. Pikiran daging menghasilkan maut, sedang pikiran Roh memberikan hidup. Dari akibat yang ditimbulkannya jelas sekali istilah daging adalah bahasa metafora. Bukan tubuh jasmani yang dimaksudnya melainkan cara hidup lama yang menolak kehadiran Kristus. Bukan dunia yang ditolak Paulus, melainkan cara hidup duniawi yang tanpa Kristus. Jemaat diperintahkan untuk hidup di dunia bersama Kristus dan berpusat kan pada Kristus dalam segala perbuatan dan pikiran

Baca Juga: Kolose 3:1-4 (3 Ciri Manusia Baru)

Spiritualitas adalah proses dinamis dan kontinu untuk mencari dan memikirkan pikiran, perasaan dan kehendak Kristus dalam pengembangan dan pendalaman relasi manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia (keluarga, gereja dan masyarakat) dan lingkungan hidup.

Kesimpulan

Dengan mengakhiri perjalanan ini, kita menyadari bahwa perintah-perintah di Kolose 3:1-2 "Carilah perkara surgawi" dan "Pikirkanlah perkara surgawi" tidak hanya sebatas aturan atau tugas, tetapi merupakan panggilan mendalam untuk hidup dalam kesempurnaan Kristus. Jemaat yang telah bangkit diajak untuk mengarahkan hidup mereka sepenuhnya kepada Kristus, mencari dan memikirkan hal-hal surgawi, sehingga moralitas dan pandangan hidup mereka mencerminkan kehendak Kristus.

Panggilan rohaniah ini membentuk spiritualitas yang dinamis, mengajak jemaat untuk terus berkembang dalam relasi mereka dengan diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan hidup. Dengan menghidupkan Kristus melalui perkataan dan perbuatan sehari-hari, jemaat memproklamasikan sentralitas dan keutamaan Kristus di dunia ini.

Sebagai penutup, mari kita terus meresapi arti mendalam dari perintah-perintah ini dalam kehidupan kita masing-masing, membiarkan rohaniah Kristus memandu langkah-langkah kita menuju kesempurnaan-Nya.
Next Post Previous Post