Mengenal Musuh Salib: Filipi 3:18-19

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Rasul Paulus memperingatkan tentang musuh-musuh salib, namun identitas mereka tidak dijelaskan secara rinci. Beberapa tafsiran mengaitkannya dengan pengajar sesat Yahudi, sementara yang lain mengarah pada individu yang mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi hidup tidak sejalan dengan prinsip salib. 
Mengenal Musuh Salib: Filipi 3:18-19
Dalam pasal 3:18-19, Paulus menggambarkan karakteristik musuh-musuh salib yang hedonistik, yang mengejar kepuasan duniawi, membanggakan tindakan yang seharusnya dihindari, dan terus-menerus fokus pada hal-hal duniawi. Artikel ini akan mengulas tafsiran dan karakteristik musuh-musuh salib tersebut, membuka cakrawala pemahaman mengenai pesan Paulus dalam konteks teks dan kehidupan Kristen saat ini.

1. Siapakah musuh-musuh salib tersebut? 

Informasi yang terdapat pada Filipi 3:18-19 tidak memberikan banyak detail tentang identitas musuh-musuh salib ini, menurut Paulus. Tidak ada informasi eksplisit yang diberikan mengenai siapa mereka. Keterbatasan petunjuk ini menunjukkan bahwa jemaat Filipi mungkin telah memahami siapa yang dimaksud.

Pendapat ini tampaknya beralasan, mengingat pada awal Filipi 3:18, Paulus menyatakan, "seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu," menunjukkan bahwa ini bukan kali pertama dia membicarakan musuh-musuh salib.

Namun, pembaca saat ini tidak membagi pengetahuan yang sama dengan jemaat Filipi. Kita hanya dapat mengandalkan petunjuk dalam teks. Keterbatasan ini telah menyebabkan berbagai pandangan dari para penafsir mengenai identitas musuh-musuh salib.

Beberapa ahli berpendapat bahwa musuh-musuh salib mungkin merupakan pengajar sesat dari kalangan Yahudi. Mereka yang memegang pandangan ini meyakini bahwa musuh-musuh salib ini identik dengan anjing-anjing dan penyunat palsu yang disebutkan di Filipi 3:2-3. Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan sunat dan menawarkan kepuasan duniawi. Jadi, menurut pandangan ini, Paulus masih membahas topik yang sama di Filipi 3:18-19 tanpa perubahan.

Perspektif ini menarik dengan analisis konteks yang mendukung kesinambungan antara Filipi 3:2-3 dan Filipi 3:18-19. Namun, ada juga alternatif lain yang perlu dipertimbangkan. Tidak ada petunjuk yang jelas bahwa Paulus terus membahas masalah yang sama di 3:2-3 dan Filipi 3:18-19. Aplikasi di Filipi 3:15-16 tampak sesuai sebagai penutup untuk pembahasan (ayat 15, "karena itu..."). Sementara sapaan "saudara-saudara" di  Filipi 3:17 mungkin mengisyaratkan adanya topik baru.

Pandangan dari perspektif Yahudi juga perlu diperiksa ulang. Di surat-surat lainnya, Paulus tidak menyatakan bahwa penekanan pada makanan halal adalah bentuk penyembahan terhadap perut, dan dalam beberapa situasi, dia bahkan tidak mempermasalahkannya. Paulus juga tidak menganggap sunat sebagai sesuatu yang berputar dan tidak sepenuhnya menentang keunggulan fisik bangsa Yahudi.

Alternatif yang lebih baik tentang identitas musuh-musuh salib mungkin adalah mereka yang tidak hidup sesuai dengan prinsip salib Kristus. Nasihat untuk hidup sesuai dengan prinsip salib telah ditekankan sebelumnya di Surat Filipi. Tujuan hidup Paulus adalah "mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderita-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya" (Filipi 3:10). Setiap jemaat perlu memiliki pikiran dan perasaan yang serupa dalam Kristus Yesus (Filipi 2:5). Semua yang ada pada Kristus harus tercermin dalam komunitas Kristen (Filipi 2:1-4).

Jika pandangan ini diterima, musuh-musuh salib di Filipi 3:18-19 mungkin adalah orang-orang yang mengaku percaya pada Kristus tetapi hidupnya tidak sesuai dengan pengakuan tersebut. Inilah sebabnya Paulus mengatakan untuk "membiarkannya sambil menangis" (Filipi 3:18) dan hanya mengacu pada kehidupan mereka (3:18), bukan pada konsep atau doktrin mereka.

Hal ini mungkin tidak mengejutkan, karena beberapa pengabaran Injil melakukan aktivitas mulia dengan motivasi yang keliru (Filipi 1:15-17), dan beberapa pemimpin yang sedang berselisih disarankan untuk setuju dalam Tuhan (Filipi 4:2). Terkadang kita juga dapat mengadopsi gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip Injil Yesus Kristus, seperti kehidupan hedonistik. Jadi, musuh-musuh salib mungkin adalah mereka yang enggan mengikuti jalan penderitaan dan kehinaan sebagai bentuk pengakuan terhadap Kristus.

2. Apa karakteristik musuh-musuh salib yang hedonistik? 

Sebelum menjelaskan karakteristik musuh-musuh salib di Filipi 3:19, Paulus menyentuh tentang akhir mereka. Kata "akhir" (telos) di sini digunakan sebagai permainan kata untuk kontrast dengan mereka yang matang (teleios) di Filipi 3:15. Mereka yang matang akan mencapai akhir yang indah, yaitu keserupaan dengan Kristus (Filipi 3:10-11), sedangkan mereka yang mengejar kepuasan dunia akan berakhir pada kebinasaan (Filipi 3:19a).

Ada tiga karakteristik gaya hidup hedonistik yang dimulai dengan prinsip salib. Ketiga poin ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

1. Karakteristik pertama terkait dengan hawa nafsu. Kata "perut" (koilia) di sini sebaiknya dipahami sebagai representasi dari seluruh hawa nafsu, terutama kerakusan.

Penafsiran lebih luas terhadap koilia (mengacu pada beragam hawa nafsu) memiliki alasannya. Di surat-surat lainnya, Paulus mengaitkan perut dengan hawa nafsu yang berbeda. Para pengajar sesat di Roma yang menjadikan perut sebagai Tuhan adalah orang-orang yang mencari keuntungan materi dengan menipu yang naif (Roma 16:17-18). Di jemaat Korintus, yang meremehkan dosa seksual percabulan, Paulus juga menyentuh tentang perut, makanan, dan dorongan (1Korintus 6:13).

2. Karakteristik kedua berhubungan dengan kebanggaan. Dengan bahasa yang ironis dan sarkastik, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan (doxa) mereka adalah aib (aischynē). Dua kata ini, kemuliaan dan aib, sangat penting dalam budaya Mediterania kuno. Hampir semua tindakan dilakukan untuk mencapai kehormatan dan menghindari aib. Sayangnya, tidak semua orang dapat membedakan antara kemuliaan dan aib.

Musuh-musuh salib ini telah membalikkan posisi kemuliaan dan aib, merasa puas dengan apa yang seharusnya dianggap sebagai aib. Mereka sengaja menunjukkan tindakan yang seharusnya mereka hindari.

Kemungkinan besar, ini terkait erat dengan dosa-dosa seksual. Ketelanjangan disebut sebagai sesuatu yang berputar (aischynē) di Wahyu 3:18. Homoseksualitas dianggap sebagai kemesuman (Roma 1:27, aschēmosynē). Mereka yang melawan salib membanggakan dan memamerkan tindakan yang seharusnya dihindari.

3. Karakteristik terakhir berkaitan dengan orientasi pikiran. Pikiran di sini bukan hanya tentang apa yang dipikirkan, tetapi bagaimana berpikir. Kata kerja phroneō sudah muncul di surat ini dengan arti yang sama (Filipi 1:7; 2:2, 5; 3:15). Jadi, frasa "pikiran mereka semata-mata mengintip ke perkara duniawi" sebaiknya diterjemahkan secara harfiah menjadi "mereka yang terus-menerus meletakkan pikiran pada perkara-perkara duniawi."

Apa yang dipikirkan seseorang tidak selalu mencerminkan bagaimana dia berpikir. Namun, cara berpikir seseorang akan menentukan apa yang dipikirkannya. Pikiran menentukan tindakan, dan cara berpikir menentukan isi pikiran. Mereka yang selalu meletakkan pikiran pada hal-hal duniawi pasti akan terjerumus dalam gaya hidup yang sesuai.

Baca Juga: Panggilan Sukacita dan Kewaspadaan: Filipi 3:1-4

Sebagai orang-orang yang diselamatkan oleh Salib Kristus dan berjuang menuju kesempurnaan dengan kematian Kristus, kita perlu mewaspadai hedonisme. Gaya hidup ini tidak hanya menjauhkan kita dari salib, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip yang salib wakili. Sudahkah kita mempercayai Injil Yesus Kristus? Apakah kuasa Injil telah membentuk keinginan, kebanggaan, dan orientasi pikiran kita?

Kesimpulan

Filipi 3:18-19 memberikan kita pandangan terhadap musuh-musuh salib yang mungkin berasal dari berbagai latar belakang. Tafsiran yang mencerminkan ketidaksesuaian hidup dengan prinsip-prinsip salib menjadi relevan bagi kita sebagai orang percaya. 

Paulus memperingatkan tentang bahaya hedonisme dan fokus pada kepuasan duniawi, kebanggaan yang tidak tepat, serta orientasi pikiran yang terpaku pada hal-hal dunia. Penting bagi kita untuk mengevaluasi apakah hidup kita mencerminkan transformasi yang diakibatkan oleh salib Kristus, sehingga kita dapat berjalan sesuai dengan panggilan dan prinsip-prinsip Injil.

QnA Mengenal Musuh Salib: Filipi 3:18-19

1. Q: Siapakah musuh-musuh salib yang disebut oleh Paulus dalam Filipi 3:18-19?

A: Filipi 3:18-19 tidak memberikan identifikasi eksplisit terhadap musuh-musuh salib. Beberapa pandangan menganggap mereka sebagai pengajar sesat Yahudi, sementara perspektif lain menekankan bahwa mereka mungkin adalah orang Kristen yang tidak hidup sesuai dengan prinsip-prinsip salib Kristus.

2. Q: Apa yang dapat disimpulkan dari pernyataan Paulus mengenai musuh-musuh salib?

A: Pernyataan Paulus menunjukkan bahwa musuh-musuh salib mungkin adalah individu atau kelompok yang tidak mencerminkan prinsip-prinsip salib Kristus dalam kehidupan mereka. Terdapat variasi pandangan di antara para penafsir, dan pengetahuan yang terbatas menyebabkan berbagai interpretasi.

3. Q: Apa karakteristik musuh-musuh salib yang dijelaskan oleh Paulus sebagai hedonistik?

A: Paulus menggambarkan musuh-musuh salib sebagai individu dengan tiga karakteristik utama: pertama, hidup berdasarkan hawa nafsu, khususnya kerakusan. Kedua, mereka membalikkan kemuliaan dan aib, memuji tindakan yang seharusnya dianggap aib. Ketiga, orientasi pikiran mereka terus-menerus pada hal-hal duniawi, mencerminkan cara berpikir yang bertentangan dengan prinsip-prinsip salib Kristus.

4. Q: Bagaimana musuh-musuh salib mengakhiri nasib mereka menurut Paulus?

A: Paulus menyatakan bahwa mereka yang mengejar kepuasan dunia, sebagai musuh-musuh salib, akan berakhir pada kebinasaan (Filipi 3:19a). Ini merupakan kontras dengan mereka yang matang, yang mencapai akhir yang indah, yaitu keserupaan dengan Kristus (Filipi 3:15, 3:10-11).
Next Post Previous Post