Amsal 10:1-7 (Perkataan Yang Berbobot)

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : AMSAL 10:1-7 - PERKATAAN YANG BERBOBOT.

Amsal 10:1.“Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.”
Amsal 10:1-7 (Perkataan Yang Berbobot)
Dalam ayat 1 ini, Salomo yang berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak, menyatakan betapa kebahagiaan para orang tua, baik orang tua kandung, pemimpin negara, maupun pemimpin rohani, sangat bergantung pada perilaku yang baik dari orang-orang yang berada di bawah tanggung jawab mereka. Ini merupakan alasan:

1. Mengapa orangtua harus sungguh-sungguh mengajar anak-anak mereka dengan baik dan mendidik mereka dalam ajaran agama. Apabila pengajaran tersebut mendapatkan hasil seperti yang dikehendaki, maka mereka sendiri juga yang akan terhibur karenanya. Seandainya pun tidak, mereka akan tetap merasa terhibur di tengah kesukaran mereka, karena telah melakukan kewajiban dan jerih payah mereka untuk itu.

2. Mengapa anak-anak harus berperilaku bijaksana dan baik, serta hidup sesuai dengan ajaran yang telah mereka terima, sehingga mereka bisa menyenangkan hati orangtua mereka, dan bukannya membuat mereka sedih. Perhatikanlah:

(a). Orang-orang muda yang saleh dan bijaksana akan semakin terhibur bahwa oleh karena kebaikan mereka, mereka melakukan sesuatu sebagai imbalan bagi orang tua mereka atas semua pemeliharaan dan jerih payah yang telah orang tua mereka tanggung bersama anak-anak mereka. 

Orang-orang muda juga akan merasakan ini bila mereka menyenangkan orang tua mereka di masa tua yang suram, pada saat mereka sangat membutuhkannya. Merupakan kewajiban orang tua pula untuk bersukacita karena anak-anak mereka bijaksana serta baik perbuatannya, meskipun kebijaksanaan dan perbuatan baik anak-anak mereka jauh melebihi apa yang mereka miliki.

(b). Orang-orang yang berperilaku buruk akan semakin merasa bersalah bahwa oleh sebab kejahatan mereka, mereka mendukakan orang-orang yang semestinya bersukacita karena mereka. Mereka juga menjadi beban, khususnya bagi ibu mereka yang malang, yang telah melahirkan mereka dengan susah payah, dan kesusahan itu semakin parah lagi bila mereka melihat anak-anak mereka berlaku jahat dan keji.

Amsal 10:2-3.“Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut. TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya.”

Kedua ayat (10:2-3) ini memiliki tujuan yang sama, dan ayat yang terakhir bisa merupakan alasan bagi ayat sebelumnya.

1). Kekayaan yang diperoleh seseorang dengan cara tidak adil tidak akan mendatangkan keuntungan baginya, karena Allah akan menghancur-kannya: Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna (Amsal 10:2). 

Harta orang fasik, apalagi yang diperoleh melalui tindak kejahatan, meskipun sangat banyak jumlahnya dan disimpan di tempat yang sangat aman serta disembunyikan, tidak berguna. Ketika hendak ditimbang untung ruginya, maka keuntungan yang diperoleh dari harta itu sama sekali tidak akan sebanding dengan kerugian yang disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan (Matius 16:26). Harta itu tidak ada untungnya bagi jiwa. Harta tersebut tidak bisa membeli penghiburan atau kebahagiaan sejati. Kekayaan itu tidak akan ada gunanya bagi seseorang ketika mati, atau ketika ia dihakimi pada hari yang besar itu.

Alasannya adalah karena Allah menolak keinginan orang fasik (KJV: membuang harta orang fasik – pen.) (Amsal 10:3). Dari mereka, Dia mengambil harta yang telah mereka per oleh secara tidak adil itu. Dia tidak mau peduli akan harta itu. Dia tidak memandang yang kaya lebih daripada yang miskin. Kita sering melihat apa yang telah dikumpulkan melalui ketidakadilan manusia diserakkan oleh keadilan Allah. Bagaimana mungkin harta kefasikan bisa mendatangkan untung, meskipun berlimpah ruah banyaknya, jika Allah membuangnya dan harta itu pun lenyap bagaikan bayang-bayang?

2. Kekayaan yang diperoleh dengan jujur akan menghasilkan sesuatu yang baik, karena Allah akan memberkatinya. Kebenaran menyelamat-kan orang dari maut, artinya, kekayaan diperoleh, disimpan, dan digunakan dengan cara yang benar (kebenaran menunjuk pada kejujuran dan kemurahan hati). Kebenaran memenuhi tujuan dari kekayaan, yaitu untuk memelihara hidup kita dan menjadi suatu pertahanan bagi kita. Kebenaran akan membebaskan orang dari penghakiman, yang ditimpakan manusia ke atas diri mereka sendiri karena kejahatan mereka. Kebenaran akan sedemikian berguna sampai mampu membebaskan orang, meskipun bukan dari serangan maut, melainkan dari sengatnya.

Dan karena itu, kebenaran juga membebaskan kita dari kengerian maut. Karena TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan (ayat 3), maka kebenaran mereka menyelamatkan mereka dari maut. Itu murni karena anugerah Allah bagi mereka, yang merupakan hidup sekaligus penghidupan mereka, dan yang akan memelihara hidup mereka di dalam kelaparan. Jiwa orang benar akan dijaga agar tetap hidup oleh firman Allah serta iman di dalam janji-Nya, sementara singa-singa muda merana kelaparan .

Amsal 10:4.“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.”

Di sini diceritakan:

1. Siapakah mereka itu, yang sekalipun kaya pasti saja akan jatuh menjadi miskin, yaitu mereka yang lamban tangannya, yang tak acuh dan ceroboh dalam bekerja, dan tidak mau tahu mana yang harus didahulukan, dan tidak pernah bersemangat menggunakan tangan mereka untuk bekerja atau mengerjakannya dengan tekun. Mereka adalah orang-orang yang bekerja dengan tangan yang penuh tipu daya (demikianlah ayat ini bisa ditafsirkan).

Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya diri mereka dengan jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan diri mereka miskin, bukan saja karena kutuk Allah menimpa apa yang mereka miliki, melainkan juga karena lenyapnya nama baik mereka di hadapan manusia. Tidak akan ada orang yang mau berurusan dengan orang-orang yang bekerja menggunakan tipu daya dan yang tampak bersikap jujur dari luar saja.

2. Siapakah mereka itu, yang walaupun kini miskin akan menjadi kaya, yaitu mereka yang rajin dan jujur, yang cermat dalam mengerjakan urusan mereka, serta mengerjakan apa pun yang dijumpai oleh tangan mereka dengan segenap kekuatan mereka, dengan cara yang jujur dan terhormat. Apa yang telah mereka miliki punya harapan akan menjadi semakin banyak.

Tangan orang cerdik (demikian menurut beberapa orang), yaitu tangan orang-orang yang tajam, tetapi tidak curang, tangan yang giat (demikian menurut yang lain), tangan yang bekerja, pasti menghasilkan uang. Ini juga berlaku dalam perkara rohani, seperti halnya dalam perkara duniawi. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan kemiskinan rohani, tetapi mereka yang rohnya menyala-nyala dan melayani Tuhan , sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman serta kaya dalam kebajikan .

Amsal 10:5. “Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.”

Dalam ayat 5 ini terdapat :

1. Pujian yang layak diterima oleh mereka yang memanfaatkan berbagai kesempatan mereka, yang mau bersusah payah mengumpulkan dan memperbanyak apa yang sudah mereka miliki, baik untuk kepentingan jiwa maupun badan. Mereka mengumpulkan persediaan untuk masa mendatang sampai persediaan cukup. Mereka mengumpulkan pada musim panas, yang merupakan masa yang tepat untuk mengumpulkan.

Barangsiapa berbuat demikian, dia anak yang berakal budi, dan itu merupakan kehormatan baginya. Dia menggunakan akalnya bagi orangtuanya yang harus dia pelihara, jika ada kesempatan. Dengan demikian dia mendatangkan nama baik kepada dirinya sendiri, keluarganya, serta pengajaran yang diterimanya.

2. Celaan serta kesalahan yang layak ditimpakan kepada mereka yang mengabaikan kesempatan-kesempatan ini: Siapa tidur, mencintai keadaan nyaman, menyia-nyiakan waktunya, dan mengabaikan peker-jaannya, khususnya yang tidur pada waktu panen, ketika seharusnya dia mengumpulkan persediaan untuk musim dingin, dan melewatkan musim untuk mengumpulkan persediaan dengan mengerjakan apa yang mesti-nya bisa dikerjakannya nanti, dia ini adalah anak yang membuat malu, karena dia anak yang bodoh.

Dia menyiapkan malu bagi dirinya sendiri ketika musim dingin datang, dan memerciki malu ke atas teman-temannya. Barangsiapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa mudanya, ia mengumpulkan persediaan di musim panas, dan dia akan memperoleh penghiburan dan kehormatan karena kerajinannya itu. Namun, barangsiapa menyia-nyiakan masa mudanya akan menanggung rasa malu karena kemalasan-nya ketika dia tua nanti.

Amsal 10:6.“Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”

Dalam ayat 6 ini ditemukan:

1. Kepala orang benar dimahkotai berkat, baik dengan berkat Allah maupun manusia. Berbagai macam berkat, berlimpah-limpah berkat, akan tercurah dari atas, dan nyata-nyata akan tinggal di atas kepala orang baik. Itu segala berkat yang sungguh-sungguh nyata. Berkat tersebut tidak hanya akan dipuji-puji, tetapi juga dinikmati dengan nikmat. Berkat akan tercurah di atas kepala mereka, sebagai mahkota untuk menghiasi serta memuliakan mereka dan juga sebagai ketopong untuk melindungi dan mengamankan mereka.

2. Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman (KJV: Mulut orang fasik diselubungi oleh kelaliman – pen.). Mulut mereka akan dihentikan oleh rasa malu akan kelaliman yang telah mereka perbuat. Mereka tidak akan bisa mengemukakan alasan apa pun juga (Ayub 5:16). Nafas mereka akan dihentikan dengan kekerasan yang akan diperbuat kepada mereka, saat perbuatan jahat mereka kembali ke atas kepala mereka, dan saat kejahatan mereka dikembalikan kepada gigi mereka.

Amsal 10:7.“Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk.”

Baik orang benar maupun fasik, ketika hari-hari mereka telah genap, akan mati. Tidak ada perbedaan yang tampak di antara tubuh mereka di dalam kubur. Namun demikian, ada suatu perbedaan yang besar antara jiwa yang satu dengan yang lain dalam dunia roh. Demikian pula terdapat perbedaan, atau sudah sewajarnya demikian, di antara kenangan akan mereka, yang masih tinggal setelah mereka pergi.

[I]. Orang baik pasti, dan sudah semestinya demikian, diperbincangkan baik-baik tentang diri mereka setelah mereka pergi. Itu merupakan salah satu berkat yang turun ke atas kepala orang benar, bahkan setelah kepala mereka sudah tergeletak. Orang benar meninggalkan kenangan-kenangan bahagia di belakang mereka.

Baca Juga: Amsal 9:13-18 (Undangan Orang Bodoh)

1. Kenangan penuh hormat terhadap orang-orang kudus ketika mereka sudah mati merupakan suatu kemuliaan bagi mereka, khususnya mereka yang unggul dalam perbuatannya dan hidupnya sangat berguna. Karena itu, nama baik mereka, yaitu nama mereka di hadapan orang-orang baik, atas perbuatan mereka yang baik, secara istimewa dipandang seperti minyak yang mahal (Pengkhotbah 7:1). Barangsiapa menghormati Allah, akan dihargai-Nya (Mazmur 112:3, 6, 9). Sebab oleh imanlah telah di-¬berikan kesaksian kepada nenek moyang kita (Ibrani 11:2), dan setelah mati, mereka masih dibicarakan.

2. Merupakan kewajibaan orang-orang yang masih hidup untuk berkata: “Biarlah kenangan kepadanya mendatangkan berkat,” demikianlah orang Yahudi menafsirkannya. Merupakan tata cara bagi mereka untuk tidak boleh menyebut nama seorang yang terkenal tanpa menambahkan: Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat. Dengan senang hati kita harus membicarakan orang-orang baik yang telah pergi dengan penuh hormat. Kita harus memuji Allah karena mereka, dan atas anugerah serta kasih karunia-Nya yang tampak di dalam diri mereka, dan khususnya meneladani mereka dalam perbuatan yang baik .

[II]. Orang fasik pasti dan akan dilupakan, atau dibicarakan dengan penuh cela. Ketika tubuh mereka membusuk di dalam liang kubur, nama mereka juga akan turut menjadi busuk. Mereka tidak akan diawetkan sama sekali, melainkan dikubur tanpa dikenang lagi (tidak ada sesuatu pun yang baik yang bisa diucapkan mengenai mereka, karena itu, hal terbaik yang bisa dilakukan bagi mereka adalah tidak mengatakan apa pun mengenai mereka).

Atau, mereka akan menjadi suatu kejijikan, dan dibicarakan dengan perasaan benci. Peraturan mengenai kehormatan itu, yaitu ‘De mortuis nil nisi bonum’ – Jangan mengucapkan apa pun yang tidak baik tentang orang yang sudah mati, tidak akan mampu melindungi mereka. Di mana kejahatan telah dikenal luas, dan mau tidak mau dibicarakan orang, maka sudah semestinya kejahatan itu dibicarakan dengan rasa jijik yang amat sangat. Amsal 10:1-7 (Perkataan Yang Berbobot)
Next Post Previous Post