Konsep Hubungan Suami-Istri dalam Perjanjian Lama dan Baru
Pendahuluan:
Pernikahan, sebagai ikatan suci antara seorang suami dan istri, adalah salah satu institusi yang paling fundamental dalam masyarakat. Dalam pandangan agama, terutama dalam Konsep Hubungan Suami-Istri dalam Perjanjian Lama dan Baru, terdapat landasan kuat mengenai peran dan kedudukan suami dan istri.
Pernikahan, sebagai ikatan suci antara seorang suami dan istri, adalah salah satu institusi yang paling fundamental dalam masyarakat. Dalam pandangan agama, terutama dalam Konsep Hubungan Suami-Istri dalam Perjanjian Lama dan Baru, terdapat landasan kuat mengenai peran dan kedudukan suami dan istri.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pemahaman yang mendalam tentang bagaimana hubungan suami-istri dipandang dalam Perjanjian Lama dan Baru, serta bagaimana hal ini memengaruhi pandangan dan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita mulai dengan memahami konsep hubungan suami-istri dalam Perjanjian Lama.
1. Konsep Hubungan Suami-Istri dalam Perjanjian Lama
Penolong yang Sepadan
Dalam Kejadian 2:18, 20, Tuhan Allah menunjukkan kepada kita bahwa manusia tidak seharusnya hidup sendirian. Firman-Nya menyatakan, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong, yang sepadan dengan dia.” Ini mengindikasikan bahwa perempuan bukanlah sekadar asisten atau pembantu, melainkan sesama penyandang gambar Allah.
Dalam Kejadian 2:18, 20, Tuhan Allah menunjukkan kepada kita bahwa manusia tidak seharusnya hidup sendirian. Firman-Nya menyatakan, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong, yang sepadan dengan dia.” Ini mengindikasikan bahwa perempuan bukanlah sekadar asisten atau pembantu, melainkan sesama penyandang gambar Allah.
Istri sebagai Penolong yang Melengkapi
Kodrat perempuan bukanlah hanya sebagai penolong laki-laki, tetapi sebagai mitra yang melengkapi suami. Meskipun kesetaraan martabat lelaki dan perempuan telah ditetapkan (Kejadian 1:27), suami dan istri berjalan bersama dalam kontribusi yang berbeda, saling bergantung, dan melengkapi satu sama lain. Dalam Kejadian 2:18, Allah menjanjikan seorang penolong yang sepadan dengan kita. Hawa diciptakan untuk menjadi penolong bagi Adam, bukan untuk bersaing atau menekannya.
Kodrat perempuan bukanlah hanya sebagai penolong laki-laki, tetapi sebagai mitra yang melengkapi suami. Meskipun kesetaraan martabat lelaki dan perempuan telah ditetapkan (Kejadian 1:27), suami dan istri berjalan bersama dalam kontribusi yang berbeda, saling bergantung, dan melengkapi satu sama lain. Dalam Kejadian 2:18, Allah menjanjikan seorang penolong yang sepadan dengan kita. Hawa diciptakan untuk menjadi penolong bagi Adam, bukan untuk bersaing atau menekannya.
Istri dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, Allah menegaskan kepada bani Israel bahwa Dia adalah Suami mereka dan mereka adalah istri-Nya (Yesaya 54:5; Yeremia 3:14; 31:32; Hosea 2:19). Witness Lee juga mengungkapkan bahwa bani Israel diminta untuk memanggil Allah sebagai suami, bukan sebagai tuan. Allah berjanji, “Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya dan aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.”
Dalam Perjanjian Lama, Allah menegaskan kepada bani Israel bahwa Dia adalah Suami mereka dan mereka adalah istri-Nya (Yesaya 54:5; Yeremia 3:14; 31:32; Hosea 2:19). Witness Lee juga mengungkapkan bahwa bani Israel diminta untuk memanggil Allah sebagai suami, bukan sebagai tuan. Allah berjanji, “Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya dan aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.”
Analogi dalam Kitab-kitab
Kitab Kidung Agung memberikan gambaran pencari Tuhan sebagai mempelai perempuan yang cantik di mata-Nya, sementara Tuhan adalah mempelai laki-laki. Konsep hubungan suami-istri dalam Perjanjian Lama adalah seperti hubungan Allah dengan mempelai wanita-Nya. Allah menjadi mempelai laki-laki atau suami, sedangkan istri menjadi mempelai perempuan.
Kitab Kidung Agung memberikan gambaran pencari Tuhan sebagai mempelai perempuan yang cantik di mata-Nya, sementara Tuhan adalah mempelai laki-laki. Konsep hubungan suami-istri dalam Perjanjian Lama adalah seperti hubungan Allah dengan mempelai wanita-Nya. Allah menjadi mempelai laki-laki atau suami, sedangkan istri menjadi mempelai perempuan.
2. Konsep Hubungan Suami-Istri dalam Perjanjian Baru
Kristus dan Gereja sebagai Mempelai
Dalam Perjanjian Baru, Kristus diwahyukan sebagai Mempelai Laki-laki yang datang untuk mengambil mempelai perempuan, yang merupakan gereja. Dalam Efesus 5, Paulus menyatakan bahwa gereja dilambangkan sebagai istri dan Kristus sebagai suami. Dalam wahyu 19:7, istri ini adalah “gereja orang-orang kudus pemenang.”
Dalam Perjanjian Baru, Kristus diwahyukan sebagai Mempelai Laki-laki yang datang untuk mengambil mempelai perempuan, yang merupakan gereja. Dalam Efesus 5, Paulus menyatakan bahwa gereja dilambangkan sebagai istri dan Kristus sebagai suami. Dalam wahyu 19:7, istri ini adalah “gereja orang-orang kudus pemenang.”
Kedudukan Suami dan Istri Kristen
Efesus 5:21-25 menunjukkan kedudukan suami dan istri Kristen. Firman Tuhan menekankan bahwa kedudukan ini didasarkan pada kesediaan untuk merendahkan diri di hadapan Kristus. Suami diminta untuk mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat, sementara istri diminta untuk tunduk kepada suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan sang istri kepada suami diukur dengan ketaatan Kristus kepada Bapa-Nya, dan kasih suami kepada istri diukur dengan kasih Kristus kepada jemaat-Nya.
Efesus 5:21-25 menunjukkan kedudukan suami dan istri Kristen. Firman Tuhan menekankan bahwa kedudukan ini didasarkan pada kesediaan untuk merendahkan diri di hadapan Kristus. Suami diminta untuk mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat, sementara istri diminta untuk tunduk kepada suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan sang istri kepada suami diukur dengan ketaatan Kristus kepada Bapa-Nya, dan kasih suami kepada istri diukur dengan kasih Kristus kepada jemaat-Nya.
Menghormati dan Mengasihi
Dalam 1 Petrus 3:7, Rasul Paulus mengarahkan suami untuk hidup bijaksana dengan istri mereka. Kehidupan yang bahagia dalam rumah tangga Kristen membutuhkan saling mengasihi dan menghormati. Kasih suami kepada istri dan ketaatan istri kepada suami merupakan landasan utama. Memang, memberi hormat terhadap pasangan sering kali dianggap hal kecil, tetapi penting dalam membangun kebahagiaan rumah tangga.
Dalam 1 Petrus 3:7, Rasul Paulus mengarahkan suami untuk hidup bijaksana dengan istri mereka. Kehidupan yang bahagia dalam rumah tangga Kristen membutuhkan saling mengasihi dan menghormati. Kasih suami kepada istri dan ketaatan istri kepada suami merupakan landasan utama. Memang, memberi hormat terhadap pasangan sering kali dianggap hal kecil, tetapi penting dalam membangun kebahagiaan rumah tangga.
Kesimpulan:
Konsep hubungan suami-istri dalam Perjanjian Lama dan Baru menegaskan pentingnya saling melengkapi, mengasihi, dan menghormati. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru, hubungan suami-istri digambarkan sebagai hubungan yang saling memperkaya, saling menghormati, dan saling melengkapi. Kedudukan suami dan istri ditetapkan dalam firman Tuhan, dengan fokus pada kasih, penghormatan, dan ketaatan.
Baca Juga: Peranan Suami dan Istri Dalam Pernikahan (Efesus 5:21-33)
Konsep hubungan suami-istri dalam Perjanjian Lama dan Baru menegaskan pentingnya saling melengkapi, mengasihi, dan menghormati. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru, hubungan suami-istri digambarkan sebagai hubungan yang saling memperkaya, saling menghormati, dan saling melengkapi. Kedudukan suami dan istri ditetapkan dalam firman Tuhan, dengan fokus pada kasih, penghormatan, dan ketaatan.
Baca Juga: Peranan Suami dan Istri Dalam Pernikahan (Efesus 5:21-33)
Jadi, penting bagi setiap pasangan suami-istri Kristen untuk memahami dan menjalankan peran serta kedudukan mereka dengan penuh pengertian dan kasih. Ini bukanlah tentang dominasi atau superioritas, melainkan tentang saling mengasihi dan menghormati dalam kesatuan yang didasarkan pada ajaran Kristus.