PENTINGNYA KEBANGKITAN KRISTUS DAN MAKNANYA BAGI IMAN KRISTEN
Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
Pendahuluan:
Elmer L. Towns, pendiri Liberty University di Lynchburg, Virginia menjelaskan bahwa ada banyak agama di dunia ini, tetapi tidak satu pun yang membuat pernyataan bahwa pendirinya bangkit dari kematian seperti Kekristenan. Sang Budha, pendiri Budhisme, hidup, mati, dan meninggalkan sebuah agama yang memiliki 300 – 400 juta pengikut di seluruh dunia. Tetapi mayatnya masih ada di dalam kuburan. Tidak ada satu bagian pun di dalam literaturnya maupun pengikut-pengikutnya yang mengatakan yang mengatakan bahwa ia sudah bangkit dari kematian.
Hal yang sama juga berlaku pada Konfusius, Muhammad, dan semua pendiri seluruh agama. Semuanya mati, dan tetap ada di dalam kubur.
Kekristenan merupakan satu-satunya agama di dunia yang menegaskan bahwa pendirinya tidak hanya mati bagi orang lain, tetapi juga bangkit kembali secara jasmani dari kematian. Sementara para pendiri agama lain mati dan tetap berada di dalam kubur, tidak demikian halnya dengan Kristus! Setelah mati dan dikuburkan, Ia hidup kembali dan melangkah keluar dari makam-Nya pada hari ketiga.
Sesungguhnya, Kristus “mati bagi pelanggaran-pelanggaran kita dan bangkit bagi pembenaran kita” (Roma 4:25). Kematian dan kebangkitan Kristus tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Seperti dua sisi pada satu mata uang yang sama pentingnya, demikian kematian dan kebangkitan Kristus saling melengkapi karya-Nya. Injil yang lengkap selalu mencakup pemberitaan kematian dan kebangkitan Kristus. Kita diselamatkan oleh kematian-Nya lebih dahulu dan juga oleh kebangkitan-Nya (1 Korintus 15:3-5).
Menurut Rasul Paulus, inti sari Injil adalah kematian dan kebangkitan Kristus. Ini merupakan dua tiang yang mendukung seluruh kebenaran agama Kristen. Bahkan Rasul Paulus tidak hanya membuat kebangkitan Kristus sebagai bagian yang sangat penting dalam pemberitaannya, tetapi juga mengklaim dirinya telah melihat Tuhan Yesus Kristus dalam tubuh kebangkitan-Nya (1 Korintus 15:8).
Charles C. Ryrie menyatakan, “Injil didasarkan atas dua kenyataan pokok: Seorang Penebus telah mati dan Ia hidup. Penguburan itu membuktikan kenyataan kematian-Nya... Ia telah mati dan dikuburkan; Ia bangkit dan tampak. Paulus menulis penekanan ganda tersebut dalam Roma 4:25 bahwa Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Tanpa kebangkitan tidak akan ada Injil”.
PENTINGNYA KEBANGKITAN KRISTUS BAGI IMAN KRISTEN
Kebangkitan Kristus dari sejak awal telah di anggap sebagai doktrin utama dalam Kekristenan. Sejak awal berdirinya Kekristenan, gereja telah memberikan kesaksian yang tak terbantahkan ini. Profesor Milligan mengatakan, “Ternyata bahwa dari sejak awal mula sejarah berdirinya Gereja Kristen bukan hanya percaya pada kebangkitan Tuhannya, tetapi bahwa kepercayaannya pada hal ini telah mendarah daging dengan seluruh keberadaannya”.
Serupa itu, Peter Kreeft dan Roland K. Tacell menuliskan, “Setiap Khotbah yang disampaikan oleh setiap orang Kristen dalam Perjanjian Baru terpusat pada kebangkitan. Injil atau kabar baik pada dasarnya berarti kabar tentang kebangkitan Kristus. Berita yang berkumandang di dunia pada masa lalu yang membangkitkan semangat, mengubah kehidupan dan menggemparkan dunia pada waktu itu bukanlah ‘kasihilah sesamamu manusia’.
Setiap orang yang waras secara moral mengetahui; jadi hal itu bukanlah tergolong berita. Berita yang menggemparkan itu adalah bahwa seseorang yang mengklaim diri-Nya Anak Allah dan Juru selamat dunia telah bangkit dari antara orang mati”.
Khotbah Petrus pada hari Pentakosta, sepenuhnya dan seutuhnya dibangun di atas dasar kebangkitan Kristus. Kebangkitan bukan hanya merupakan tema utamanya, tetapi kalau ajaran ini dihilangkan maka tidak ada lagi ajaran lain yang tertinggal dalam Kekristenan.
Karena kebangkitan Kristus, menurut Josh McDowell, diajukan sebagai:
(1) penjelasan tentang kematian Kristus;
(2) Nubuat yang dinantikan tentang pengalaman Mesianis;
(3) Kesaksian apostolis;
(4) Penyebab tercurahnya Roh Kudus, dan dengan demikian menjelaskan fenomena religius yang tidak mungkin dijelaskan dengan cara lain; dan
(5) Pengesahan kedudukan Yesus dai Nazareth sebagai Mesias dan Raja.
Jadi stabilitas seluruh argumentasi dan kesimpulan bergantung sepenuhnya pada kebangkitan Kristus. Tanpa kebangkitan, kedudukan Yesus sebagai Raja dan Mesias sulit untuk dipertahankan. Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan tetap merupakan misteri yang tidak terpecahkan. Tanpa kebangkitan, kesaksian para rasul akan kehilangan bobot. Tanpa kebangkitan, Injil yang diberitakan bukanlah kabar baik, melainkan kabar buruk tentang kematian Kristus. Tanpa kebangkitan Kristus, agama Kristen pasti sudah mati waktu lahir.
Kita tidak bisa punya agama yang hidup jika yang kita miliki hanyalah juru selamat yang mati. Tanpa kebangkitan, iman Kristen bisa saja menjadi cara hidup yang patut dianjurkan, tetapi Yesus hanya akan merupakan satu guru besar lagi yang sudah menjalani hidup-Nya dan kembali ke tanah. Agama Kristen tidak akan merupakan kebenaran dari Allah jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati.
D. James Kennedy mengatakan, “Bahkan salib Kristus tanpa kebangkitan sekedar melambangkan Dia yang di tolak, Dia yang digantung dan di kutuk Allah. Tetapi melalui kebangkitan, Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah dengan kuasa, dan melalui kebangkitan, pengorbanan-Nya yang menebus dinyatakan diterima Allah”.
Signifikansi dari kebangkitan Kristus disebutkan rasul Paulus dengan begitu jelas di dalam berbagai kesempatan. Ketika rasul Paulus menguraikan Injil keselamatan, ia memasukkan bukan hanya fakta bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, tetapi juga bahwa Ia dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci (1 Korintus 15:3-4).
Ketika berbicara tentang keselamatan dalam Roma 10:9-10, rasul Paulus mengatakan demikian, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Di sini rasul Paulus menekankan hubungan keselamatan dengan iman terhadap kebangkitan Kristus.
Ketika Rasul Paulus berkhotbah di Atena, ia begitu memberikan penekanan terhadap kebangkitan Kristus, sehingga para pendengarnya mendapat kesan bahwa ia sedang memberitakan dua dewa baru: Yesus dan Anastasis. Anastasis adalah dianggap sebagai dewa kebangkitan oleh orang-orang di Atena (Kisah Para Rasul 17:18).
Bahkan di hadapan Wali Negeri yang bernama Perkius Festus, rasul Paulus bersikukuh mempertahankan pendiriannya bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian-Nya (Kisah Para Rasul 25:19). Karena itulah Charles F. Beker menyimpulkan demikian, “Pernyataan-pernyataan ini dan banyak yang lainnya lagi, menunjukkan pentingnya serta penekanan yang Paulus khususnya berikan pada kebangkitan Kristus sebagai bagian dari karya penebusan-Nya”.
MAKNA KEBANGKITAN TUHAN YESUS KRISTUS
Setelah melihat pentingnya kebangkitan Kristus, berikut kita meninjau alasan perlunya kebangkitan Tuhan Yesus.
Henry C. Thiessen menyebutkan empat hasil dari kematian Kristus, yaitu:
(1) Peristiwa kebangkitan membuktikan keilahian Kristus;
(2) Peristiwa kebangkitan itu menjamin bahwa pengorbanan Kristus diterima;
(3) Peristiwa kebangkitan menjadikan Kristus Imam Besar kita;
(4) Kebangkitan Kristus menyediakan banyak berkat tambahan.
Charles C. Ryrie menyebutkan hasil dari kebangkitan Kristus sebagai berikut:
(1) Wujud lama namun tubuh baru;
(2) bukti pengakuan-pengakuan-Nya;
(3) Suatu syarat utama bagi semua pelayanan-Nya selanjutnya.
Tony Evans menyebutkan makna kematian Kristus sebagai berikut:
(1) Kebangkitan itu menggenapkan nubuat;
(2) Kebangkitan menegaskan keselamatan kita;
(3) Kebangkitan mengalahkan maut.
Charles F, Beker menyebutkan alasan-alasan perlunya kebangkitan Kristus, yaitu :
(1) Kebangkitan adalah meterai dan bukti bahwa kematiannya sejatinya merupakan penggenapan atas hal yang Ia serta Alkitab katakan akan terjadi;
(2) Kebangkitan Kristus untuk pembenaran kita;
(3) Kebangkitan-Nya adalah jaminan bagi kebangkitan kita.
Paul Enns menyebutkan alasan kebangkitan Kristus sebagai berikut:
(1) Kebangkitan itu menentukan validitas iman Kristen;
(2) Hal itu merupakan jaminan penerimaan Bapa dari karya Putra Allah;
(3) Esensial bagi rencana Allah;
(4) Hal itu menggenapi nubuat tentang kebangkitan-Nya.
Frenchh L. Arrington menyebutkan makna kebangkitan Kristus sebagai berikut:
(1) Kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa orang percaya adalah anggota komunitas baru;
(2) Orang-orang percaya sekarang dibangkitkan dengan Kristus kepada corak hidup baru;
(3) Kebangkitan Kristus adalah janji dan jaminan kebangkitan orang percaya di waktu mendatang.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas berikut ini makna penting dari kebangkitan Kristus.
1. Kebangkitan-Nya meneguhkan Keilahian-Nya, bahwa Ia adalah Tuhan (Roma 1:4).
Sifat Keilahian-Nya sendiri mengharuskan kebangkitan-Nya. Kristus adalah Allah-manusia dalam satu pribadi yang kudus dan tidak berdosa, maut tidak berkuasa atas Dia. Juru selamat haruslah seorang manusia supaya Ia bisa mati untuk membayar dosa-dosa dan harus Allah supaya bisa bangkit (Kisah Para Rasul 2:24).
Charles F. Beker mengatakan, “Yesus Kristus adalah Allah, dan Allah adalah Allah yang hidup: Karena itu tak akan mungkin Ia dikuasai kematian (Kisah Para Rasul 2:24)”.
Henry C. Thiesen menyatakan, “Paulus mengajarkan bahwa Kristus menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa (Roma 1:4). Kristus telah menunjuk kepada Kebangkitan-Nya sebagai suatu tanda yang akan diberikan kepada umat Israel (Matius 12:38-40; Yohanes 2:18-22), dan Paulus menyatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan bukti keilahian Kristus”.
Norman L. Geisler mengatakan, “Untaian bukti ketiga yang mendukung pernyataan bahwa sebagai Allah adalah yang teragung dan terbesar dari semuanya. Tidak ada yang seperti ini yang pernah dinyatakan oleh agama lainnya, dan tidak ada mukjizat yang memiliki bukti historis yang lebih banyak untuk meneguhkan hal itu. Yesus Kristus bangkit dari kematian dengan tubuh yang diubahkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya”.
2. Kebangkitan-Nya adalah meterai yang sah dari kematian dan karya kurban pendamaian-Nya yang sempurna (Roma 1:4; 4:25).
Kebangkitan Kristus sungguh-sungguh perlu untuk melengkapi pekerjaan penebusan, karena jika Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka kita semua masih berada dalam dosa (1 Korintus 15:16-20). Hanya kematian dan kebangkitan-Nya yang menyelamatkan manusia (Roma 5:8-10). Bukti bahwa Kristus telah menaklukkan dosa, setan, penyakit dan maut (kematian) adalah dengan kebangkitan-Nya dari kematian. (Ibrani 2:9-14; Wahyu 1:18). Lebih lagi, bahwa kebangkitan Kristus merupakan bukti bahwa kurban pendamaian-Nya yang sempurna telah diterima oleh Allah.
Paull Enns mengatakan, “Kebangkitan mengindikasikan bahwa karya salib telah selesai. Kristus berdoa supaya kiranya cawan itu lalu dari pada-Nya (Matius 26:39); Itu bukan merupakan doa untuk menghindari kematian di atas kayu salib, tetapi untuk kematian yang mengakibatkan kebangkitan (Mazmur 16:10). Bapa mendengarkan doa itu (Ibrani 5:7) dan membangkitkan Sang Putra dari kematian, mengindikasikan penerimaan karya Kristus”.
Henry C. Thiessen menuliskan, “Rasul Paulus mengatakan bahwa Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan bangkit karena pembenaran kita (Roma 4:25). Kita bisa yakin bahwa Allah telah menerima pengorbanan Kristus karena Ia telah bangkit dari antara orang mati”.
Charles F. Beker mengatakan, “Karya penebusan, penanggungan dosa, pendamaian dunia kepada Allah, pemenuhan terhadap semua tuntutan kebenaran Allah, segalanya terjadi di atas kayu salib. Segalanya telah tuntas sebelum kebangkitan. Tetapi kebangkitan adalah jawaban dan jaminan dari Allah bahwa karya keselamatan telah dituntaskan dalam kematian tersebut”.
3. Kebangkitan-Nya meneguhkan bahwa Ia hidup dan mampu memberi kehidupan yang menyelamatkan semua orang percaya (Yohanes 10:11; 11:25).
Tuhan kita, Yesus Kristus pernah berkata “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b). Selanjutnya, Ia katakan pula “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25).
Leon Moris yang mengakui bahwa pada dasarnya Yohanes memakai kata “zôên aiônion” dengan maksud untuk menunjukkan “kehidupan yang berlangsung pada masa yang akan datang. Kehidupan yang oleh orang lain dinanti-nantikan untuk zaman yang akan datang, oleh Yohanes dibicarakan sebagai kehidupan yang sudah ada sekarang ini.
Sekarang ini juga orang beriman mengalami hidup kekal itu. Tidak perlu mereka menanti sampai mereka mati dulu untuk bisa mengenal hidup menurut arti yang paling mendalam. ... Yohanes berbicara tentang mereka yang akan dibangkitkan Yesus pada akhir zaman (Yohanes 6:39-40,44,54). Akan tetapi pemikiran utama Yohanes adalah bahwa hidup kekal itu sudah dimiliki sekarang ini oleh orang-orang yang datang kepada Kristus”.
4. Kebangkitan-Nya merupakan Jaminan bagi kebangkitan orang percaya di masa yang akan datang (1 Korintus 15:20-23; 51-57).
Rasul Paulus menegaskan perlunya kebangkitan Kristus sebagai jaminan kebangkitan kita di masa yang akan datang. Inilah yang menjadi dasar pengharapan kita. sebab jika Kristus tidak bangkit dari kematian maka sia-sialah kepercayaan kita kepada-Nya.
Henry C. Thiessen mengatakan, “Kebangkitan Kristus merupakan jaminan bahwa suatu hari kelak tubuh kita pun akan dibangkitkan dari antara orang mati (Yohanes 5:28-29; 6:40; Kisah Para Rasul 4:2; Roma 8:11; 1 Korintus 15:20-23; 2 Korintus 4:14; 1 Tesalonika 4:14). Serupa itu Charles F. Beker mengatakan, “Kebangkitan-Nya adalah jaminan bagi kebangkitan kita. Karena Ia bangkit kita juga akan bangkit. Kebangkitan-Nya merupakan yang sulung bagi kebangkitan semua orang percaya (1 Korintus 15:20-23)”.
Charles C. Ryrie mengatakan, “Kebangkitan-Nya juga sebagai suatu prototipe dari kebangkitan orang-orang percaya. Dua kali Yesus dinyatakan sebagai yang sulung dari antara orang-orang mati (Kolose 1:18; Wahyu 1:5). Hal ini berarti bahwa Ia adalah yang pertama memiliki suatu tubuh yang dibangkitkan. Tubuh-tubuh kebangkitan kita, seperti tubuh-Nya, akan berbeda dari tubuh duniawi kita”.
5. Kristus harus bangkit untuk menjadi Kepala Gereja (Efesus 1:19-23) yang membaptis orang percaya dengan Roh Kudus (Yohanes 1:33; Kisah Rasul 2:32-33).
Gereja secara sah berdiri pada pada hari Pentakosta pada peristiwa pencurahan Roh Kudus, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2. Kristus sendiri yang mendirikan Gereja. Dia berkata “.. I will build my church, and death itself will not have any power over it” (Matius 16:18 terjemahan TEV). Pada saat Yesus mengucapkan perkataan tersebut, Gereja belum berdiri tapi akan berdiri di masa yang akan datang. Jadi Kristus harus bangkit untuk mendirikan Gereja-Nya dan menjadi kepala Gereja yang adalah tubuh-Nya.
Charles C. Ryrie mengatakan, “Gereja baru dapat memiliki Kepala yang berfungsi setelah kebangkitan Kristus. Karena itu gereja tidak mungkin ada sebelum Ia bangkit dari antara orang mati (Efesus 1:20)”.
6. Kebangkitan-Nya diperlukan untuk memenuhi tugas lainnnya.
Charles C. Ryrie mengatakan, “Andai kata Kristus tidak bangkit, maka hidup dan pelayanan-Nya berakhir di kayu salib, dan mulai saat itu Ia tidak melakukan apa-apa lagi. Melalui kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, Tuhan masuk ke dalam pelayanan-Nya di masa sekarang dan yang akan datang”. Tugas yang akan dipenuhi oleh Tuhan kita, Yesus Kristus di masa yang akan datang antara lain: Kristus harus bangkit untuk menjadi Imam besar, pengantara dan pembela bagi kita di surga (1 Timotius 2:5-6; Ibrani 7:26-28; 8:1-4).
Di masa yang akan datang Ia adalah Raja dia atas segala Raja (Wahyu 19:16), dan Hakim yang akan menghakimi dengan adil ( 2 Korintus 5:10; Wahyu 20:11-15). Charles F. Beker mengatakan, “Tanpa kebangkitan-Nya, saat ini tidak akan ada kehadiran-Nya di sebelah kanan Allah; Tidak akan ada juga kedatangan kembali Kristus yang kelihatan saat semua mata akan memandang-Nya dan juga akan melihat ketika Ia memerintah sebagai Raja di atas segala raja”.
7. Kebangkitan-Nya untuk meneguhkan bahwa yang diucapkan-Nya sungguh benar dan tidak ada dusta (Matius 16:21; 20:19) dan ayat pararel).
Perlu bagi Kristus untuk bangkit dari kematian untuk meneguhkan kebenaran pernyataan-pernyataan-Nya sendiri mengenai kebangkitan-Nya (Matius 12:39-40; 16:21; 17:22-23; 27:62-64; Markus 8:31; 10:45; Yohanes 2:18-22). Tony Evans mengatakan, “Jika Yesus salah mengenai kebangkitan-Nya, maka kita tidak akan percaya lagi kepada apa pun yang dikatakan-Nya”.
Charles C. Ryrie menyatakan, “Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka tentu saja Ia seorang pendusta, karena Ia meramalkan bahwa Ia akan bangkit (Matius 16:21; 20:19)... Kebangkitan-Nya memberikan tanda keabsahan Tuhan selaku seorang Nabi Sejati. Tanpa kebangkitan-Nya, maka semua yang Dia katakan dapat menjadi hal yang diragukan”.