Manusia Baru: Penerapan Bagi Orang Kristen (Kolose 3:10-17)

Ringkasan:

Manusia baru di Kolose 3:10-17 merupakan perubahan hidup dari kehidupan yang dulunya dikuasai oleh dosa, sekarang telah meninggalkan kehidupan tersebut dan mulai untuk memiliki kehidupan baru. Pada dasarnya manusia baru adalah makhluk berakal budi yang telah menyerahkan hidupnya untuk Yesus Kristus, bersedia untuk dipimpin, dan mengerti kehendak Allah dalam hidup manusia, sehingga diwujudkan melalui kehidupan praktis setiap hari, di antaranya yaitu belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, mengampuni, kasih, damai sejahtera, memperkatakan Kristus, dan bersyukur
Manusia Baru: Penerapan Bagi Orang Kristen (Kolose 3:10-17)
1. Belas Kasihan

Kata belas kasihan Yang berarti kemurahan hati atau belas kasihan. belas kasihan adalah perasaan sedih setiap orang ketika melihat orang di sekitarnya menderita. Belas kasihan dalam kasus genitive adalah kasus yang menjelaskan kepemilikan terhadap kata benda yang dihubungkan dengannya (Pantoro, 2008a) dan diikuti bentuk, tunggal sehingga setiap pribadi harus memiliki belas kasihan. Kata inilah yang dimiliki oleh Paulus ketika mendengar berita dari Epafras bahwa jemaat sedang menghadapi para pengajar palsu yang menyesatkan.

Belas kasihan adalah suatu sifat Allah yang berhubungan dengan kemurahan Allah dan juga merupakan kebaikan seseorang terhadap sesamanya dalam kesusahan (Browning, 2007), oleh sebab itu belas kasihan bukan hanya menunjuk kepada sebuah sifat tetapi ditunjukkan melalui perbuatan. Hal ini dibuktikan dengan kisah tentang Yesus yang tergerak untuk memberi makan kepada orang-orang yang mengikuti-Nya (Matius 9:36), bahkan Yesus sering terdorong oleh belas kasihan-Nya dalam mengajarkan kepada murid-murid agar dapat menunjukkan belas kasihannya kepada semua orang. 

Belas kasihan yang ditunjukkan, bukan hanya dalam hal memandang orang lain, tetapi juga dalam hal bertindak dengan mengorbankan diri dengan menghadapi kesulitan dan memiliki pemikiran terbuka terhadap segala bentuk penderitaan, kekurangan, serta setiap kegagalan, karena semua itu bagian dari kehidupan(Karinda, 2020).

2. Kemurahan

Kata kemurahan yang berarti kebaikan, atau kemurahan hati. Kemurahan dalam kasus akusatif (obyek) adalah kasus pembatasan, yaitu menandai akhir dari sebuah tindakan dan berfungsi menjelaskan ide yang sama dari kata kerjanya (kenakanlah). Kata kemurahan memiliki banyak persamaan dengan kata-kata dalam Perjanjian Lama seperti: Khen, diterjemahkan Kasih Karunia. Mazmur 45:2; Keluaran 3:21; Anawa, Mazmur 18:35. 

Allah sebagai Hakim tidak menuntut sepenuhnya apa yang dituntut Taurat. Dengan demikian Ia mengangkat orang, yang seandainya Ia tidak berbuat demikian, maka akan binasa karena kutuk Taurat itu; Noam, Mazmur 27:4. Kata ini diterjemahkan yang menyenangkan, artinya sifat yang karena memilikinya seseorang patut dipuji; Ratson, Mazmur 30:5; 106:4. Juga diterjemahkan ‘berkenan’. orang Yunani menggunakan kata kemurahan untuk menjelaskan anggur yang sangat baik yang enak rasanya dan dapat mengalir dengan sangat mudah lewat tenggorokan.

Kemurahan Allah adalah sikap Allah terhadap manusia penuh kasih sayang, di antaranya suka berbuat baik dan memberikan yang baik kepada manusia. Kasih karunia yang tiada taranya dan dilakukan Allah untuk manusia, sebab kasih karunia adalah pemberian kepada mereka yang patut diberi, penghargaan kepada mereka yang tidak layak dihargai, pembebasan kepada mereka yang patut dihukum, penyelamatan mereka yang pantas binasa (Wijaya Yahya, 2008). 

Dengan demikian maka kemurahan merupakan sikap Allah yang menunjukkan kebaikan-Nya kepada manusia, dan hal itu pun diberikan kepada manusia agar dapat melakukan kebaikan itu.

3. Kerendahan Hati

Orang yang rendah hati dapat melihat dan merasakan kebaikan Allah dan dia juga dapat melihat keadaan yang sesungguhnya dari dirinya sendiri (Phillip Keller, 1999). 

Oleh sebab itu, kerendahan hati merupakan karya Allah dalam hidup-Nya yang dilakukan melalui pekerjaan Yesus Kristus (Matius 11:29) dan karya ini juga diberikan di dalam batin manusia. Jika manusia memperhatikan dirinya sendiri dengan jujur, maka akan melihat kesombongan, egoisme dan segala macam kejahatan. Kristus mengesampingkan hak istimewa-Nya dan mau untuk merendahkan diri sampai akhir hidup-Nya. 

Melalui kerendahan hati yang dilakukan Kristus maka manusia beroleh sebuah penebusan kepada hidup yang kekal. Kerendahan hati bermanfaat bagi tempat pertumbuhan iman; kepada orang seperti itulah Tuhan menyatakan diri-Nya; orang yang lembut dan rendah hati besar pengaruhnya di antara sesama manusia”.

Namun kerendahan hati ini dapat menjadi perbuatan yang pura-pura guna untuk kepentingan pribadi seperti yang dilakukan oleh guru-guru palsu (Kolose 2:18; 2:23). Guru-guru palsu membanggakan diri dengan ibadah yang dilakukan, tetapi apa yang dilakukan bukanlah sikap kerendahan hati yang sebenarnya.

4. Kelemahlembutan

Hidup yang lembut berarti hidup yang taat yang bisa diolah oleh Tuhan. Waktu manusia bersedia taat kepada pimpinan Roh Kudus, itulah lemah lembut. Dalam hal ini berarti kelemahlembutan sikap sopan santun, namun memiliki ketaatan kepada Allah maupun kepada sesama manusia.

Orang yang lemah lembut tidak mendendam terhadap tindakan kasar yang dialaminya dan tidak tawar hati dalam kemalangan, karena segala sesuatu diterimanya sebagai jalan Allah bagi dia dalam tujuan-Nya yang penuh hikmat dan kasih. (Bailey, 1997) berpendapat: “Adalah fakta bahwa segala sesuatu terjadi pada manusia karena Tuhan mengizinkannya, karena itu jikalau manusia berusaha membela diri sendiri, sesungguhnya sedang menolak tujuan Tuhan dalam kehidupan”

5. Kesabaran

Kata kesabaran Menunjuk kepada kesabaran yang begitu besar sehingga tidak cepat emosi, tidak curiga dan menghakimi dan tidak tersinggung; Kesabaran yang berkaitan dengan penuh pengampunan; Jika kita dipengaruhi sifat Tuhan yang sabar dan penuh pengampunan, maka ia akan mendapatkan hikmat untuk solusi apa pun dalam hidup serta mampu melihat makna dibalik peristiwa yang dialaminya; Menunjuk kepada ketekunan dalam menghadapi kesulitan dan tekanan. 

Kata ini dalam kasus akusatif berfungsi sebagai kasus pembatasan yang menandai akhir dari sebuah tindakan dan juga berfungsi menerangkan kata kerja (kenakanlah) sebagai ukuran(Pantoro, 2008a). 

Kesabaran lebih berfokus kepada penguasaan atau pengendalian dirinya terhadap keadaan buruk yang dialami. (Phillip Keller, 1999) 

Kesabaran mengandung unsur kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, yang mempunyai daya untuk tetap bertahan dalam penderitaan; kesabaran merupakan suatu kesanggupan untuk bersikap baik terhadap orang-orang yang sulit untuk dihadapi; kesabaran merupakan suatu potensi untuk bertahan hidup dalam kesusahan tanpa mengalami gangguan batin; dan di atas semua itu kesabaran merupakan suatu kualitas yang memungkinkan seseorang untuk tidak hanya berdiri teguh di bawah tekanan tetapi juga tetap melangkah maju. 

Ini merupakan salah satu hal yang dikembangkan sampai tingkat yang tinggi di dalam kehidupan, Paulus sendiri mengakui bahwa Allah telah menjadikannya suatu pola dalam hal kesabaran agar mampu menjadi sumber semangat bagi semua orang yang mengenalnya. Nasihat Paulus ini ditujukan kepada setiap jemaat, yaitu bagi jemaat yang baru bertobat supaya tetap teguh dalam iman kepada Kristus dan jemaat yang dewasa secara rohani supaya mencapai tingkat kedewasaan penuh di dalam Kristus khususnya dalam hal kesabaran.

Kesabaran terlihat jelas dalam kehidupan Kristus, Dia datang ke tengah-tengah umat manusia sebagai hamba yang menderita, Ia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, kesabaran dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh orang-orang yang jahat. Kesabaran sangat berharga dalam praktik hidup untuk menghindari perselisihan, juga dalam menertibkan perkara-perkara dunia dengan bijaksana, terutama jika terlibat dalam hal-hal yang menimbulkan amarah

6. Mengampuni

Kata mengampuni dapat diartikan dengan tidak membalas perlakuan jahat yang orang lain lakukan. (William, 1999) berpendapat: “mengampuni berarti kita tidak mau lagi membalas orang-orang yang berbuat jahat”. 

Dalam kata kerja middle, subyek bertindak dalam hal mengambil bagian dalam akibat dari tindakan, dalam penggunaannya bentuk subyek yang plural sebagai pribadi-pribadi yang terlibat dalam tindakan timbal balik (Pantoro, 2008:8), bentuk present digunakan untuk menggambarkan kebenaran, pepatah atau sebuah kata yang bersifat universal, dalam bentuk ini waktu dari tindakan berlaku kapan saja dulu, sekarang, dan selama-lamanya. 

Present participle menunjukkan tindakan terus-menerus yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan dari kata kerja utamanya. Dalam kasus nominative kata ini berfungsi sebagai subyek yang menunjuk kepada siapa atau apa yang menghasilkan tindakan atau yang terlibat dalam tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya (ampunilah). Jadi, kata mengampuni harus dilakukan oleh setiap pribadi atau jemaat secara terus-menerus dan berlaku setiap saat sampai kapan pun.

Mengampuni bukan satu hal yang sangat mudah karena membutuhkan proses yang panjang sampai seseorang bisa mengampuni. (William, 1999:39) mengatakan: “Akhirnya mengampuni adalah proses, mengampuni bukan hanya sekedar keputusan kehendak yang dengan memaksa diri kemudian dilaksanakan. 

Mengampuni membutuhkan waktu atau lebih tepat penyembuhan membutuhkan waktu dan mengampuni adalah buah dari penyembuhan itu”. Kehidupan jemaat yang dulunya masih melakukan hal seperti marah, geram sekarang ketika sudah hidup baru di dalam Kristus maka hal-hal di atas harus dibuang dan mengenakan pengampunan, terutama ditujukan kepada semua jemaat yang ada di Kolose.

7. Kasih

Kata kasih dapat diartikan bahwa kasih ini merupakan ukuran yang dipakai oleh jemaat dalam melakukan segala hal karena Kasih tidak didasarkan atas perasaan. (Wilson Ken, 2002) berpendapat: jika memandang kasih sebagai perasaan maka akan menemui persoalan , soalnya emosi tidak merupakan dasar yang paling kokoh, yang dapat digunakan sebagai alasan relasi melainkan didasarkan pada Allah, karena Allah adalah kasih. 

Paulus menjelaskan bahwa kasih bukan suatu usaha manusia. Pengorbanan Kristus di salib adalah pengorbanan tertinggi dari kasih Allah, sehingga menjadikan gaya hidup Kristen harus bisa untuk menghargai pengorbanan Yesus dengan memiliki kasih dalam hidupnya. (Wilson Ken, 2002:7) berpendapat: agar dapat memahami kasih kristiani dan mengetahui cara kasih itu bekerja, terlebih dahulu perlu mengerti pentingnya kasih di pemandangan Allah. 

Kasih merupakan kehangatan yang terpancar dari hati Allah kepada semua ciptaannya. Karena itu manusia pun perlu untuk menunjukkan kasihnya kepada Allah dan sesama manusia. Hal ini yang diinginkan Paulus agar jemaat dapat mengenakan kasih, karena kasih dapat mengikat, mempersatukan dan menyempurnakan apa pun yang dilakukan oleh jemaat di Kolose.

8. Damai sejahtera

Kata damai sejahtera istilah Ibrani dari kata ini adalah shalom. makna dasar dari kata ini adalah keserasian, keutuhan, kebaikan, kesejahteraan, dan keberhasilan di segala bidang kehidupan. Kata damai sejahtera ini hampir selalu memiliki arti yang rohani, karena mempunyai arti yang sangat luas. (Phillip Keller, 1999:110) menyebutkan damai sejahtera bukan suatu keadaan pasif, bukan sesuatu yang stagnasi, bukan juga sikap negative yang tidak mau terlibat, 

Damai sejahtera itu teduh, berpotensi, tulus, berniat baik, dan menghadapi serangan dari pihak lain dengan tenang dan terkendali. Kata ini dalam kasus nominatif menunjukkan sebagai subjek dari sebuah kalimat atau anak kalimat yang berfungsi sebagai predikat dan merupakan objek langsung dari kata kerjanya (hendaklah). 

Ini menunjukkan bahwa setiap jemaat harus memiliki damai sejahtera dan terwujud dalam kehidupannya. Namun damai sejahtera itu tidak bisa dikerjakan melalui usaha manusia karena Allahlah yang memberikan damai sejahtera “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yohanes 14:27). 

Damai yang sejati datang hanya dari Roh Kudus, mencakup Roh yang tenang, dan kesadaran bahwa kita ada dalam hubungan yang benar dengan Allah, suatu perasaan sejahtera rohani yang mencakup jaminan bahwa manusia dapat mempercayai Allah akan menyediakan semua kebutuhan. 

Kebutuhan utama dari manusia berdosa adalah memiliki hubungan damai sejahtera dengan Allah, artinya sejak timbulnya dosa maka ada permusuhan antara Allah dengan manusia, akan tetapi melalui kematian Kristus di dunia maka permusuhan itu diubah menjadi sebuah pendamaian antara Allah dan manusia, maupun antar sesama manusia. 

Damai sejahtera antar manusia dengan manusia adalah tujuan dari pekerjaan Roh Kudus, akan tetapi manusia juga harus bisa mengembangkannya (Efesus 4:3) dalam keselarasan dan peranan yang sungguh dari tubuh Kristus

9. Perkataan Kristus

Kata ini terdiri dari dua suku kata, yang pertama adalah λόγος (kata benda, maskulin, singular nominatif) yang berarti sabda. Kata ini dalam kasus nominatif adalah kasus penanaman. Penggunaan kasus ini adalah sebagai subyek dari sebuah kalimat. Kata ini menunjuk kepada siapa atau apa yang menghasilkan tindakan atau yang terlibat dalam tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya (hendaklah). Yang kedua adalah Χριστοῦ (kata benda, maskulin, singular genitif) yang berarti Kristus. 

Kata ini dalam kasus genitif adalah kasus penjelasan yang menjelaskan kepemilikan atau kepunyaan terhadap benda yang dihubungkan dengannya (sabda atau perkataan). Kata ini berbentuk singular maka kata ini hanya dimiliki oleh pribadi Kristus. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kata ini adalah sabda atau kata yang di miliki oleh Kristus sendiri. Perkataan Kristus diterjemahkan dengan pengajaran Kristus, pengajaran ini menunjuk kepada pesan Allah bagi manusia untuk mengajarkan tentang pribadi Kristus. Perkataan Kristus harus selalu dibaca, dipelajari, direnungkan, dan didoakan sehingga diam di dalam kita dengan segala kekayaannya. 

Jika hal ini terjadi maka pikiran, perbuatan, dan motivasi jemaat akan dikuasai oleh Kristus. Perkataan Kristus dapat merujuk kepada: Injil, kehadiran pribadi-Nya, atau Roh. Melalui perkataan Kristus maka jemaat akan mampu untuk melakukan hal-hal yang dapat menunjukkan bahwa jemaat sudah dikuasai oleh Kristus, Paulus menyebutkan hal-hal itu adalah:

a. Mengajar

Kata mengajar, menyatakan tindakan yang bersifat linier atau tindakan yang bersifat terus-menerus dan dilakukan oleh subyek yang bertindak secara aktif sebagai pelaku dari tindakan. Jika bentuknya present participle maka menunjukkan tindakan terus-menerus yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan dari kata kerja utamanya (hendaklah). 

Apabila memiliki bentuk plural maka menunjuk kepada semua pribadi yaitu seluruh jemaat Kolose, dalam kasus nominatif menunjukkan tentang kasus penanaman, penggunaan utama kasus ini adalah sebagai subyek yang menunjuk kepada siapa atau apa yang dihasilkan bahkan yang terlibat dalam tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya. 

Jika demikian berarti jemaat Kolose diharuskan untuk memperkatakan perkataan Kristus secara terus-menerus melalui pengajaran yang benar. Melihat akan apa yang terjadi di jemaat Kolose tentang adanya pengajar-pengajar yang tidak benar maka jemaat harus aktif mengambil bagian dalam pengajaran tentang perkataan Kristus

b. Menegur

Kata menegur menyatakan tindakan yang bersifat linier atau tindakan yang bersifat terus-menerus dan dilakukan oleh subyek yang bertindak secara aktif sebagai pelaku dari tindakan. Jika bentuknya present participle maka menunjukkan tindakan terus-menerus yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan dari kata kerja utamanya. 

Kata ini memiliki bentuk plural jadi menunjuk kepada semua pribadi yaitu seluruh jemaat Kolose, dalam kasus nominatif menunjukkan tentang kasus penamaan, penggunaan utama kasus ini adalah sebagai subyek yang menunjuk kepada siapa atau apa yang dihasilkan bahkan yang terlibat dalam tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya. 

Dapat disimpulkan bahwa jemaat perlu menegur siapa pun yang hidup tidak sesuai dengan perkataan Kristus, seperti hal nya Paulus menegur jemaat yang ada di Kolose agar tidak hidup seperti para guru-guru palsu (Kolose 2:16-19), bahkan kehidupan yang tidak benar dalam jemaat (Kolose 3:5-9).

c. Menyanyikan Mazmur

Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu ψαλμοῖς (kata benda, datif, maskulin plural) yang berarti lagu pujian. Pada dasarnya kasus datif memiliki 3 gagasan yaitu Lokatif (kasus lokasi atau posisi), Datif (kasus minat), dan instrumental (kasus yang menyatakan alat, cara, atau sarana). Dari ketiga gagasan ini penulis berpendapat bahwa kasus yang tepat adalah kasus instrumental, karena kasus ini menunjuk kepada cara atau dengan sarana apa tindakan kata kerjanya di lakukan. 

Kata ini bentuknya plural maka dinyatakan bagi seluruh jemaat Kolose. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh jemaat Kolose yang menyatakan lagu pujian adalah salah satu cara untuk menyatakan kata kerjanya yaitu perkataan Kristus

Hal yang terpenting dalam menyanyikan mazmur atau lagu adalah hati dari si penyembah yang melakukan terbaik untuk Tuhan, bukan bentuk musiknya (Kolose 3:17). Selain itu mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani hendaknya digunakan untuk mengingatkan, bahkan mengajarkan jemaat untuk hidup dalam Kristus. 

Baik dalam suasana ibadah sebagai jemaat maupun di tempat lainnya, menyanyikan mazmur, kidung dan lagu-lagu rohani merupakan suatu cara untuk mengungkapkan pujian kepada Allah, karena pujian dapat dinyanyikan dengan akal budi (bahasa yang dikenal manusia) atau dengan Roh (bahasa Roh). 

Selain itu melalui pujian jemaat pun dapat untuk menceritakan kepada orang lain tentang pekerjaan Kristus dalam kehidupan manusia. Dalam Alkitab penuntun hidup berkelimpahan (1994:825) menjelaskan “hidup yang dijalankan demi kemuliaan Allah menjadi suatu cara untuk memuji Tuhan.

10. Bersyukur

Kata bersyukur menyatakan tindakan yang bersifat linier atau tindakan yang bersifat terus-menerus dan dilakukan oleh subyek yang bertindak secara aktif sebagai pelaku dari tindakan. 

Jika bentuknya present participle maka menunjukkan tindakan terus-menerus yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan dari kata kerjanya (lakukanlah). Apabila memiliki bentuk plural maka menunjuk kepada semua pribadi, dalam kasus nominatif menunjukkan tentang kasus penanaman, penggunaan utama kasus ini adalah sebagai subyek yang menunjuk kepada siapa atau apa yang dihasilkan bahkan yang terlibat dalam tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya. 

Jadi jemaat Kolose perlu untuk aktif dalam menghasilkan tindakan bersyukur, tindakan ini dilakukan secara terus-menerus ataupun dalam keadaan apa pun, karena jika tidak demikian maka seseorang tidak dapat dikatakan bersyukur. Susanto (2004:106) berpendapat: Kalau kita hanya bisa mensyukuri hal-hal yang baik saja dalam hidup kita, maka hidup kita akan terasa timpang karena gembira-sedih, siang-malam, untung-buntung adalah pasangan yang tidak terpisahkan di dalam hidup manusia. 

Jika hanya mampu bersyukur pada hal-hal baik, maka setengah hidup kita akan berisi kurang bersyukur atau tidak bersyukur. Paulus berkata “bersyukurlah senantiasa” karena bersyukur adalah karakteristik dari hidup yang dipenuhi Roh (lih. Efesus 5:20; I Tesalonika 5:18). Peter (2011: 305) berpendapat: Orang yang bersyukur adalah orang yang penuh sukacita, karena bersyukur dapat diartikan sebagai mengucapkan terima kasih kepada sang kuasa atas berbagai berkat; orang yang bersyukur maka hatinya sedang mengalami sukacita karena dapat merasakan dan memahami betapa hebatnya dan dahsyatnya eksistensi sang kuasa. 

Oleh karena itu kehidupan jemaat sekiranya memiliki, merasakan bahkan memahami akan apa yang sudah dikerjakan oleh Kristus dalam kehidupannya, dengan begitu maka jemaat akan mampu untuk selalu bersyukur dalam segala aspek hidupnya.
Next Post Previous Post