Pengkhotbah 4:7-12 - Kesia-siaan Harapan Manusia

Matthew Henry ( 1662 – 1714).

BAHASAN : Pengkhotbah 4:7-12 - Kesia-siaan Harapan Manusia

Di sini Salomo memancangkan pandangannya pada contoh lain dari kesia-siaan dunia ini, bahwa sering kali semakin banyak orang memiliki, semakin banyak lagi yang ingin mereka miliki. Dan mereka begitu menggebu-gebu menginginkan lebih hingga tidak bisa menikmati apa yang mereka miliki. Nah, Salomo di sini menunjukkan:
Pengkhotbah 4:7-12 - Kesia-siaan Harapan Manusia
[I]. Bahwa sifat mementingkan diri sendiri adalah penyebab dari kejahatan ini (Pengkhotbah 4:7-8):
Ada seorang sendirian, yang tidak memikirkan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Ia tidak peduli terhadap siapa pun, tetapi ingin, kalau bisa, ditempatkan sendirian di tengah-tengah bumi. Tidak ada orang lain, tidak pula ia menginginkannya. Satu mulut menurutnya cukup dalam satu rumah, dan ia menggerutu kalau ada yang lain di samping dirinya. Lihatlah bagaimana orang kikir yang tamak ini digambarkan di sini:
1. Ia menjadikan dirinya sendiri hanya sebagai budak bagi pekerjaan-nya. Meskipun ia tidak mempunyai tanggungan, tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, tidak ada yang lain yang harus diurus selain dirinya sendiri, tidak ada yang lain yang bergantung padanya, atau meminta darinya, tidak ada saudara-saudara yang miskin, tidak pula ia berani menikah, karena takut dengan biaya hidup berkeluarga, namun tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah.

Ia bekerja siang dan malam, pagi-pagi dan larut malam, dan hampir tidak membiarkan dirinya dan orang-orang yang dipekerjakannya beristirahat seperlunya. Ia tidak membatasi dirinya dalam batas-batas panggilannya sendiri, tetapi ingin melakukan apa saja yang bisa dilakukannya. Lihat Mazmur 127:2.
2. Ia tidak pernah merasa bahwa apa yang dia punyai sudah cukup: Matanya pun tidak puas dengan kekayaan. Ketamakan disebut sebagai keinginan mata (1 Yohanes 2:16), karena melihat kekayaan dengan kedua matanya merupakan dambaan satu-satunya orang-orang duniawi (5:10).

Ia mempunyai apa yang cukup untuk tulang punggung-nya (seperti yang diamati oleh Uskup Reynolds), untuk perutnya, untuk panggilannya, untuk keluarganya, untuknya sendiri supaya bisa hidup layak di dunia, tetapi ia tidak mempunyai cukup untuk matanya. Meskipun ia hanya bisa melihatnya, hanya bisa menghitung uangnya, dan tidak sampai hati untuk menggunakannya, namun ia tidak tenang karena ia tidak mempunyai lebih untuk memanjakan matanya.
3. Ia menolak bagi dirinya sendiri penghiburan dari apa yang dimilikinya: Ia menolak kesenangan (KJV: ia menjauhkan jiwanya dari kebaikan). Jika jiwa kita dijauhkan dari kebaikan, itu karena kita sendirilah yang menjauhkannya. Orang lain bisa saja menjauhkan kita dari kebaikan lahiriah, tetapi tidak dapat merampas dari kita anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan kita, kebaikan-kebaikan rohani kita.
Salah kita sendiri jika kita tidak menikmati diri kita sendiri. Namun banyak orang begitu terpatri pada dunia sehingga, dalam mengejar-ngejarnya, mereka menjauhkan jiwa mereka dari kebaikan di sini dan untuk selama-lamanya, membuat kandas iman dan hati nurani, menjauhkan diri mereka sendiri bukan hanya dari perkenanan Allah dan hidup yang kekal, melainkan juga dari kesenangan-kesenangan dunia ini dan kehidupan pada saat ini. Orang-orang duniawi, dengan berlagak bijak bagi diri mereka sendiri, sebenarnya adalah musuh bagi diri mereka sendiri.
4. Tidak ada alasan baginya untuk tidak bersenang-senang: Ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki. Ia tidak terikat kepada siapa-siapa, sehingga harus mengeluarkan apa yang dimilikinya bagi kepuasannya selama ia hidup. Tak ada seorang pun yang kepadanya ia bisa berbaik hati, yang untuknya ia dapat menyimpan apa yang dimiliki-nya bagi kepuasannya, dan yang kepadanya ia dapat meninggalkannya ketika ia mati. Tak ada seorang pun yang miskin baginya atau disayang olehnya.
5. Ia tidak mempunyai cukup pertimbangan untuk menunjukkan kepada dirinya sendiri kebodohan dari hal ini. Ia tidak pernah mengajukan pertanyaan ini kepada dirinya sendiri, " Untuk siapa aku berlelah-lelah seperti itu? Apakah aku bekerja, seperti yang seharusnya, demi kemuliaan Allah, dan supaya aku mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan?

Apakah aku memper-timbangkan bahwa hanya untuk tubuh sajakah aku bekerja, tubuh yang akan mati. Untuk orang lainkah, dan aku tidak tahu untuk siapa, mungkin untuk orang bodohkah, yang akan menghambur-hamburkannya dengan cepat begitu aku mengumpulkannya? Mungkin jugakah untuk seorang musuh, yang tidak akan tahu berterima kasih sebagai kenangan akan diriku?"
Perhatikanlah, berhikmatlah orang-orang yang bersusah payah di dunia ini jika mereka merenungkan kepada siapa mereka bersusah payah seperti ini, dan apakah benar-benar ada gunanya menolak kesenangan bagi diri mereka sendiri supaya mereka dapat memberikannya kepada orang asing. Jika orang tidak merenungkan hal ini, maka ini pun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan. Mereka mempermalukan dan menyusahkan diri mereka sendiri tanpa tujuan.
[II]. Bahwa hidup bermasyarakat adalah penyembuh untuk kejahatan ini. Manusia menjadi demikian kotor karena mereka hidup hanya untuk diri mereka sendiri. Sekarang Salomo menunjukkan di sini, melalui berbagai contoh, bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja (Kejadian 2:18).
Dengan ini ia bermaksud untuk menyarankan kepada kita untuk melakukan pernikahan dan pertemanan, dua hal yang ditolak oleh orang kikir yang tamak, karena biaya yang harus ditanggungnya. Tetapi penghiburan dan keuntungan dari keduanya sangatlah besar, jika dijalani dengan bijaksana, hingga keduanya tidak begitu menuntut banyak biaya. Manusia, di taman Firdaus sendiri, tidak bisa berbahagia tanpa pasangan, dan oleh sebab itu, begitu ia diciptakan, ia segera mendapat pasangan.
1). Salomo menetapkan ini sebagai kebenaran, bahwa berdua lebih baik dari pada seorang diri, dan mereka lebih bahagia bersama-sama daripada sendiri-sendiri, lebih senang dengan satu sama lain daripada dengan diri mereka sendiri saja, saling berguna bagi kesejahteraan satu sama lain, dan dengan kekuatan yang disatukan lebih mungkin untuk berbuat baik kepada orang lain:
Mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Pelayanan apa saja yang mereka lakukan, itu dikembalikan kepada mereka dengan cara lain. Orang yang hanya melayani dirinya sendiri, ia hanya menjadi pembayar upah bagi dirinya sendiri, dan biasanya terbukti lebih tidak adil dan tidak tahu berterima kasih kepada dirinya sendiri daripada temannya kepada dia, sekiranya ia melayani temannya.
Lihatlah orang yang tiada henti berlelah-lelah namun menolak kese-nangan ini. Ia tidak mendapat upah dari pekerjaannya. Tetapi orang yang baik terhadap orang lain mendapat upah yang baik. Kesenangan dan keuntungan dari kasih yang kudus akan menjadi balasan yang berlimpah atas semua pekerjaan dan kasih.
Dari sini Salomo menyimpulkan keburukan dari kesendirian: Celakalah orang yang sendirian (KJV). Ia memperhadapkan dirinya sendiri pada banyak godaan, yang akan dicegah oleh kebersamaan dan pertemanan yang baik, dan akan membantunya untuk berjaga-jaga terhadapnya. Ia tidak mempunyai keuntungan yang dimiliki orang lain dengan kehadiran temannya, seperti besi yang ditajamkan oleh besi.
Dengan demikian, hidup membiara tidak pernah dimaksudkan sebagai keadaan yang sempurna, dan orang-orang yang tidak dapat menemukan tempat dalam hati mereka untuk mengasihi orang lain tidak boleh dianggap sebagai kekasih-kekasih Allah yang paling besar.
2). Salomo membuktikannya melalui berbagai contoh dari manfaat pertemanan dan pergaulan yang baik.
(a). Pertolongan yang didapat dalam keadaan yang mendesak. Sungguh baik jika dua orang bepergian bersama-sama, karena jika yang satu kebetulan jatuh, ia bisa saja tersesat karena tidak adanya sedikit pertolongan. Jika seorang jatuh ke dalam dosa, maka temannya akan membantu memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut. Jika ia jatuh dalam kesulitan, maka temannya akan membantu menghiburnya dan meredakan kesedihannya.
(b). Kehangatan bagi satu sama lain. Seperti halnya teman seperjalanan berguna (amicus pro vehiculo – teman adalah pengganti yang baik untuk kendaraan), demikian pula teman tidur: Kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas. Jadi perasaan-perasaan yang penuh kebajikan dan rahmat digugah oleh kebersamaan yang baik, dan orang-orang Kristen menghangatkan satu sama lain dengan saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
(c). Kekuatan yang disatukan. Jika musuh mendapati seseorang sendirian, maka besar kemungkinan musuh itu akan menang melawannya. Dengan kekuatannya sendiri ia tidak dapat melakukan yang baik bagi dirinya, tetapi, jika ada orang lain bersamanya, ia bisa berbuat cukup baik. Dua orang akan dapat bertahan. "Engkau akan membantuku melawan musuhku, dan aku akan membantumu melawan musuhmu," sesuai dengan persetujuan antara Yoab dan Abisai (2 Samuel 10:11), dan dengan demikian kedua-duanya menjadi penakluk.
Sementara, kalau mereka bertindak sendiri-sendiri, maka keduanya akan ditaklukkan. Seperti yang dikatakan tentang orang-orang Inggris kuno, ketika orang-orang Roma menyerang mereka, Dum singuli pugnant, universi vincuntur – Selama mereka bertempur dalam kelompok yang terpisah-pisah, mereka mengorbankan kepentingan bersama. Dalam peperangan rohani kita, seperti juga dalam pekerjaan rohani kita, kita dapat membantu satu sama lain.
Di samping penghiburan dari persekutuan dengan Allah, ada juga penghiburan dari persekutuan dengan orang-orang kudus. Salomo menutup dengan pepatah ini, tali tiga lembar tak mudah diputuskan, sama seperti seikat anak panah, tetapi seuntai benang, dan sebatang anak panah, mudah diputuskan atau dipatahkan.

Dua orang yang bersama-sama ia bandingkan dengan tali tiga lembar. Sebab di mana dua orang bergabung erat dalam kasih dan persekutuan yang kudus, Kristus melalui Roh-Nya akan datang kepada mereka, dan menjadi yang ketiga, seperti Ia bergabung dengan dua murid yang sedang pergi ke Emaus. Maka pada saat itu ada tali tiga lembar yang tidak akan pernah diputuskan. Barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Next Post Previous Post