Kolose 3:8-9: Membuang Sifat Duniawi dalam Kehidupan Kristen

Pengantar:

Kolose 3:8-9 menyoroti transformasi yang harus terjadi dalam kehidupan seorang Kristen. Paulus mengajarkan jemaat di Kolose untuk "membuang" atau menanggalkan sifat-sifat buruk yang berkaitan dengan kehidupan lama mereka sebelum mengenal Kristus. Dalam bagian ini, Paulus mengidentifikasi berbagai sikap dan tindakan yang harus ditinggalkan oleh orang percaya sebagai bagian dari proses pertumbuhan rohani.
Kolose 3:8-9: Membuang Sifat Duniawi dalam Kehidupan Kristen
Artikel ini akan membahas secara mendalam apa yang dimaksud dengan "menanggalkan" sifat-sifat dosa ini dan bagaimana hal ini relevan bagi kehidupan Kristen saat ini.

1. Perintah untuk Membuang Sifat Duniawi (Kolose 3:8)

Paulus membuka dengan perintah yang jelas, “Namun, sekarang, buanglah semua itu,” kemudian ia melanjutkan dengan daftar sifat-sifat yang harus dibuang: kemarahan, kemurkaan, kebencian, fitnah, dan perkataan kotor. Dalam kehidupan lama, sifat-sifat ini adalah bagian dari karakter manusia yang belum ditebus, tetapi dalam Kristus, ada panggilan untuk hidup yang berbeda.

A. Kemarahan (Orge)

Kata Yunani yang digunakan untuk "kemarahan" adalah orge, yang merujuk pada amarah yang terpendam dan berkepanjangan. Kemarahan jenis ini adalah kebencian yang terus dipegang dan dipelihara, sering kali menjadi akar dari perilaku yang lebih destruktif. Paulus mengajarkan bahwa orang percaya harus membuang kemarahan ini karena kemarahan yang tak terkendali tidak sesuai dengan karakter Kristus.

Yesus mengajarkan tentang pentingnya pengendalian diri dan pengampunan. Dalam Matius 5:22, Ia berkata bahwa siapa pun yang marah kepada saudaranya layak dihukum. Dalam kehidupan Kristen, kemarahan yang tidak terkendali dapat merusak hubungan dan menghancurkan komunitas. Oleh karena itu, Paulus mendesak kita untuk membuang kemarahan dan menggantinya dengan kasih dan pengampunan.

B. Kemurkaan (Thumos)

Thumos, yang diterjemahkan sebagai "kemurkaan," merujuk pada ledakan kemarahan yang tiba-tiba dan ganas. Jika orge adalah kemarahan yang tertahan, maka thumos adalah amarah yang meledak secara tiba-tiba. Kemurkaan ini sering kali menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak terkendali, seperti kekerasan verbal atau fisik, dan menyebabkan kerusakan besar pada hubungan.

Paulus menegaskan bahwa sifat ini harus ditinggalkan karena kemurkaan membawa kehancuran. Dalam Yakobus 1:20, kita diajarkan bahwa “kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” Seorang Kristen dipanggil untuk memiliki pengendalian diri dan menanggapi konflik dengan cara yang penuh kasih, bukan dengan ledakan emosi.

C. Kebencian (Kakia)

Kebencian, atau kakia dalam bahasa Yunani, adalah sikap jahat yang berakar dalam hati dan menuntun pada tindakan merugikan terhadap orang lain. Ini mencakup perasaan dendam, iri hati, dan niat untuk menyakiti orang lain secara emosional atau fisik. Kebencian adalah lawan dari kasih, dan kasih adalah inti dari ajaran Yesus.

Paulus mengingatkan bahwa kebencian tidak boleh ada dalam kehidupan orang percaya karena kebencian menghalangi kasih yang tulus kepada sesama. 1 Yohanes 3:15 mengatakan, “Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh.” Dengan demikian, orang percaya dipanggil untuk membuang kebencian dan menggantinya dengan kasih yang murni.

D. Fitnah (Blasphemia)

Kata blasphemia di sini tidak hanya merujuk pada penghujatan terhadap Tuhan, tetapi juga pada perkataan jahat atau fitnah terhadap sesama. Ini mencakup segala bentuk perkataan yang merendahkan, mencemarkan nama baik, atau menyebarkan informasi yang salah tentang orang lain dengan niat untuk menyakiti.

Perkataan fitnah sering kali merusak reputasi seseorang dan menciptakan perpecahan dalam komunitas. Yesus mengajarkan pentingnya menjaga kata-kata kita. Dalam Matius 12:36, Ia berkata bahwa setiap perkataan yang sia-sia akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Oleh karena itu, Paulus meminta kita untuk meninggalkan fitnah dan menggantinya dengan perkataan yang membangun dan memberikan kasih.

E. Perkataan Kotor (Aischrologia)

Aischrologia adalah kata Yunani yang digunakan untuk "perkataan kotor," yang mencakup bahasa kasar, hinaan, dan ungkapan yang tidak pantas. Perkataan kotor sering kali digunakan untuk merendahkan atau menyakiti orang lain. Sebagai orang percaya, perkataan kita harus mencerminkan karakter Kristus, bukan sifat duniawi yang merusak.

Paulus menyatakan bahwa perkataan kita harus selalu penuh kasih dan membangun. Dalam Efesus 4:29, ia berkata, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun.” Perkataan kita harus digunakan untuk menguatkan dan mendorong sesama, bukan untuk menyakiti atau merusak.

2. Jangan Saling Membohongi (Kolose 3:9)

Dalam ayat 9, Paulus menambahkan perintah yang sangat penting: “Jangan saling membohongi.” Kebohongan merusak kepercayaan, dan kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang sehat, baik dalam komunitas Kristen maupun dalam kehidupan pribadi. Paulus menekankan pentingnya kejujuran dalam kehidupan orang percaya.

A. Kebohongan Menghancurkan Kepercayaan

Kebohongan adalah dosa yang merusak hubungan antarindividu dan menciptakan perpecahan dalam komunitas. Ketika kita berbohong, kita tidak hanya menipu orang lain, tetapi juga melawan kebenaran yang merupakan inti dari karakter Allah. Yesus berkata dalam Yohanes 14:6 bahwa Ia adalah “jalan dan kebenaran dan hidup.” Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran.

Kebohongan menghancurkan kepercayaan dan menciptakan jarak antara sesama. Dalam Efesus 4:25, Paulus juga menekankan pentingnya berbicara dengan jujur, dengan mengatakan, “Karena itu, buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.” Dalam komunitas Kristen, kejujuran adalah fondasi dari kasih yang sejati dan kesatuan tubuh Kristus.

B. Manusia Lama dan Manusia Baru

Paulus menjelaskan bahwa kita harus menanggalkan kebohongan karena kita telah menanggalkan “manusia lama” bersama dengan perbuatan-perbuatannya. Manusia lama merujuk pada kehidupan kita sebelum kita mengenal Kristus, ketika kita hidup dalam dosa dan kegelapan. Sekarang, sebagai orang percaya, kita telah mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut gambar Kristus.

Perubahan ini bukan hanya perubahan moral, tetapi juga perubahan identitas. Kita sekarang adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), dan sebagai ciptaan baru, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kebohongan, kemarahan, kebencian, dan semua perbuatan manusia lama harus ditinggalkan, dan kita harus hidup dalam kebenaran dan kasih.

3. Mengapa Sifat-Sifat Ini Harus Dibuang?

Paulus memberikan alasan yang jelas mengapa kita harus membuang semua sifat-sifat duniawi ini: karena kita telah mengalami transformasi dalam Kristus. Kita bukan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi dalam terang Kristus. Kehidupan kita yang lama telah mati, dan kita sekarang hidup sebagai ciptaan baru.

A. Hidup dalam Terang Kristus

Ketika kita menerima Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam terang-Nya. 1 Yohanes 1:7 berkata, “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.” Kehidupan dalam terang berarti meninggalkan semua dosa yang berhubungan dengan kegelapan—termasuk kemarahan, kebohongan, dan kebencian.

Hidup dalam terang juga berarti kita hidup sesuai dengan Firman Tuhan, yang adalah sumber kebenaran. Firman Tuhan membantu kita memahami kehendak Allah dan memberi kita kekuatan untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam kekudusan.

B. Mencerminkan Kristus dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencerminkan Kristus dalam segala aspek kehidupan kita. Ini termasuk bagaimana kita berbicara, bertindak, dan memperlakukan orang lain. Sifat-sifat duniawi seperti kemarahan, kebencian, dan kebohongan tidak mencerminkan karakter Kristus, dan karena itu, harus dibuang dari kehidupan kita.

Kristus mengajarkan kasih, pengampunan, dan kebenaran. Ketika kita hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita menjadi terang bagi dunia dan saksi bagi kasih dan kuasa Allah. Membuang sifat-sifat dosa ini adalah bagian dari proses pertumbuhan rohani kita, di mana kita semakin serupa dengan Kristus dari hari ke hari.

4. Bagaimana Cara Membuang Sifat Duniawi?

Setelah mengetahui apa yang harus dibuang, tantangan berikutnya adalah bagaimana kita dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Membuang sifat-sifat dosa tidak selalu mudah, tetapi dengan pertolongan Roh Kudus, kita dapat bertumbuh dalam kekudusan.

A. Hidup dalam Roh Kudus

Roh Kudus adalah penolong kita dalam memerangi dosa. Galatia 5:16 berkata, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Ketika kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus, Ia memberi kita kekuatan untuk meninggalkan dosa dan menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

Hidup dalam Roh juga berarti terus-menerus berserah kepada kehendak Tuhan dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hati kita, mengubah pikiran, sikap, dan tindakan kita. Ini memerlukan ketekunan dalam doa dan kehidupan yang berpusat pada Firman Tuhan.

B. Pembaharuan Pikiran

Roma 12:2 mengajarkan kita untuk “berubah oleh pembaharuan budi.” Salah satu cara utama untuk membuang sifat duniawi adalah dengan memperbarui pikiran kita melalui Firman Tuhan. Ketika pikiran kita diperbaharui, kita semakin memahami kehendak Allah dan diberdayakan untuk menolak dosa.

Pembaharuan pikiran juga melibatkan menjauhkan diri dari pengaruh negatif yang dapat merusak hidup rohani kita, seperti hiburan yang tidak sehat atau pergaulan yang buruk. Sebagai gantinya, kita harus mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik, benar, dan sesuai dengan Firman Tuhan (Filipi 4:8).

Kesimpulan: Menanggalkan Manusia Lama dan Mengenakan Manusia Baru

Kolose 3:8-9 menantang setiap orang percaya untuk meninggalkan sifat-sifat duniawi yang masih ada dalam diri mereka dan hidup sesuai dengan identitas baru mereka di dalam Kristus. Kemarahan, kebencian, kebohongan, dan perkataan kotor tidak boleh lagi menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai orang percaya. Sebaliknya, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, kasih, dan kekudusan.

Proses menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru adalah bagian dari perjalanan rohani setiap orang Kristen. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dapat terus bertumbuh dalam kekudusan dan mencerminkan karakter Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita.

Next Post Previous Post