Matius 18:12-14: Domba yang Hilang

Pendahuluan:

Dalam Injil Matius 18:12-14, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang sangat mendalam dan penuh makna tentang domba yang hilang. Perumpamaan ini merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran Yesus yang menekankan kasih Allah yang tak terbatas bagi umat-Nya. Melalui perumpamaan ini, Yesus menunjukkan betapa besar kasih dan perhatian Allah terhadap setiap individu, terutama mereka yang tersesat atau berada di luar jalur yang benar.

Matius 18:12-14: Domba yang Hilang
Mari kita merenungkan lebih dalam makna dari perumpamaan domba yang hilang ini dan bagaimana relevansinya dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen.

Latar Belakang Perumpamaan

Sebelum kita masuk ke dalam inti perumpamaan, penting untuk memahami konteks di mana Yesus menceritakan kisah ini. Pada saat itu, Yesus sering berbicara kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang seringkali memandang rendah para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mereka merasa bahwa orang-orang ini tidak layak mendapatkan kasih Allah. Namun, Yesus justru datang untuk menyelamatkan mereka yang tersesat dan memberikan harapan bagi mereka yang dianggap rendah oleh masyarakat.

Perumpamaan Domba yang Hilang

Yesus memulai perumpamaan dengan sebuah pertanyaan retoris, "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?" (Matius 18:12). Pertanyaan ini menggambarkan seorang gembala yang memiliki seratus ekor domba, tetapi ketika satu domba tersesat, ia meninggalkan yang lainnya untuk mencari domba yang hilang tersebut.

Domba dalam perumpamaan ini melambangkan orang-orang percaya, sedangkan gembala melambangkan Allah atau Yesus sendiri. Dalam kehidupan nyata, domba adalah hewan yang rentan dan sering kali tidak dapat menemukan jalan kembali jika tersesat. Mereka bergantung sepenuhnya pada gembalanya untuk melindungi dan menuntun mereka. Begitu juga dengan manusia; ketika kita tersesat dalam dosa, kita membutuhkan Yesus sebagai gembala kita untuk menuntun kita kembali ke jalan yang benar.

Kasih yang Tak Terhingga dari Sang Gembala

Apa yang luar biasa dari perumpamaan ini adalah tindakan sang gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba lainnya hanya untuk mencari satu domba yang hilang. Dalam pandangan manusia, mungkin akan terlihat lebih masuk akal untuk menjaga yang sembilan puluh sembilan daripada mengambil risiko kehilangan lebih banyak domba. Namun, Yesus mengajarkan bahwa setiap individu sangat berharga di mata Allah. Allah tidak menginginkan satu pun dari kita tersesat atau hilang.

Ketika sang gembala akhirnya menemukan domba yang hilang, Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ia lebih bersukacita karena domba itu daripada karena yang sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat" (Matius 18:13). Sukacita yang dirasakan oleh gembala ketika menemukan domba yang hilang ini mencerminkan sukacita di surga ketika satu orang berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini menunjukkan betapa besar kasih Allah, di mana Dia lebih bersukacita ketika satu orang berdosa bertobat daripada ketika melihat banyak orang yang sudah berada di jalan yang benar.

Makna Perumpamaan bagi Orang Kristen

Perumpamaan domba yang hilang ini mengandung beberapa pelajaran penting bagi kita sebagai orang Kristen.

Pertama, kita diingatkan bahwa Allah tidak pernah menyerah pada kita, bahkan ketika kita tersesat. Ketika kita merasa jauh dari Tuhan, ingatlah bahwa Dia sedang mencari kita dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari kasih Allah untuk diselamatkan.


Kedua, perumpamaan ini mengajarkan kita tentang nilai setiap individu di mata Tuhan. Setiap orang berharga dan layak mendapatkan kasih dan perhatian dari Allah, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah mereka lakukan. Ini menantang kita untuk tidak menghakimi orang lain berdasarkan masa lalu mereka, tetapi untuk melihat mereka dengan kasih dan belas kasihan seperti yang Tuhan lakukan.

Ketiga, perumpamaan ini juga menjadi panggilan bagi kita untuk menjadi alat Tuhan dalam membawa mereka yang tersesat kembali kepada-Nya. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani kasih Yesus dengan mencari dan menolong mereka yang tersesat, baik secara rohani maupun fisik. Kita dapat melakukannya melalui doa, dukungan, dan kesaksian tentang kasih Kristus yang tak terbatas.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Dalam konteks kehidupan modern, perumpamaan domba yang hilang tetap relevan. Di dunia yang penuh dengan godaan dan distraksi, banyak orang yang mungkin merasa tersesat atau jauh dari Tuhan. Mereka mungkin merasa tidak layak atau terlalu berdosa untuk kembali kepada Tuhan. Namun, perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu membuka pintu bagi mereka yang ingin kembali.

Selain itu, dalam kehidupan gereja dan komunitas Kristen, kita sering kali dihadapkan pada situasi di mana kita harus menunjukkan kasih dan pengampunan kepada mereka yang telah jatuh atau tersesat. Alih-alih menghakimi atau menjauhi mereka, kita harus meniru sikap Yesus yang penuh kasih dan mau menerima mereka kembali dengan tangan terbuka.

Kesimpulan

Perumpamaan domba yang hilang dalam Matius 18:12-14 adalah penggambaran yang indah tentang kasih Allah yang tak terbatas dan pengampunan-Nya yang besar. Perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa setiap individu sangat berharga di mata Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang terlalu jauh untuk diselamatkan oleh kasih-Nya. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk meneladani kasih Yesus dengan mencari mereka yang tersesat dan membawa mereka kembali kepada Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita selalu ingat bahwa kita memiliki seorang gembala yang penuh kasih, yang tidak akan pernah meninggalkan kita bahkan ketika kita tersesat. Mari kita juga berusaha untuk menjadi saksi kasih Kristus bagi mereka yang membutuhkan, sehingga mereka dapat merasakan sukacita dari pengampunan dan pemulihan yang hanya dapat ditemukan dalam Tuhan. Semoga kita semua dapat menerapkan pelajaran dari perumpamaan ini dalam kehidupan kita, menjadi agen kasih Allah di dunia ini, dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Next Post Previous Post