Pelayanan dan Penderitaan Paulus untuk Gereja: Kolose 1:24-25

Pendahuluan:

Kitab Kolose adalah salah satu dari surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia berada di dalam penjara. Surat ini menunjukkan sisi Paulus sebagai seorang pemimpin gereja yang penuh kasih dan dedikasi, yang tidak hanya mengajar tetapi juga berjuang dan menderita demi jemaat Tuhan. Dalam Kolose 1:24-25, Paulus berbicara tentang penderitaannya dan tanggung jawabnya sebagai pelayan Injil:

"Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang masih kurang dalam penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayannya sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu." (Kolose 1:24-25, TB)
Pelayanan dan Penderitaan Paulus untuk Gereja: Kolose 1:24-25
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai pelayanan Paulus dan penderitaan yang ia alami untuk gereja, serta bagaimana kedua hal ini terhubung dengan panggilan gereja dan kita sebagai orang percaya. Kita akan melihat bagaimana penderitaan dan pelayanan tidak terpisahkan dalam hidup Paulus dan bagaimana ia memaknai penderitaan dalam konteks pelayanan kepada Kristus dan jemaat-Nya.

1. Konteks Surat Kolose

Sebelum kita masuk ke dalam detail Kolose 1:24-25, penting untuk memahami konteks lebih luas dari surat ini. Kolose adalah kota kecil di daerah Frigia, Asia Kecil (sekarang Turki), dan jemaat di Kolose kemungkinan besar didirikan oleh Epafras, salah satu rekan Paulus (Kolose 1:7). Surat ini ditulis Paulus saat ia berada di dalam penjara (mungkin di Roma), dan ditujukan untuk menanggapi masalah ajaran sesat yang sedang berkembang di jemaat Kolose.

Ajaran sesat tersebut tampaknya berupa campuran antara gnostisisme awal, yang menekankan pengetahuan rahasia dan pemisahan antara yang rohani dan jasmani, serta elemen-elemen hukum Yahudi seperti sunat dan peraturan makanan. Ajaran ini berusaha menggoyahkan keyakinan jemaat terhadap kepenuhan Kristus dan karya keselamatan-Nya.

Dalam konteks inilah Paulus menulis surat ini untuk menegaskan kembali supremasi Kristus atas segala ciptaan dan untuk menunjukkan bagaimana jemaat harus tetap teguh dalam iman kepada Kristus.

2. Paulus Bersukacita dalam Penderitaan

Ayat 24 dimulai dengan pernyataan yang mengejutkan: "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu." Bagi banyak orang, penderitaan sering kali dikaitkan dengan kesedihan, kehilangan, atau frustrasi. Namun, Paulus berbicara tentang sukacita di tengah penderitaan.

Mengapa Paulus bisa bersukacita dalam penderitaan? Jawabannya terletak pada perspektif rohani yang ia miliki. Bagi Paulus, penderitaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari atau dianggap sebagai penghalang bagi pelayanan. Sebaliknya, ia melihat penderitaan sebagai bagian dari panggilan pelayanan yang ia terima dari Kristus.

Dalam banyak bagian suratnya, Paulus berbicara tentang penderitaan yang ia alami sebagai bagian dari pelayanan Injil. Misalnya, dalam 2 Korintus 11:23-28, ia memberikan daftar panjang penderitaan yang mencakup penganiayaan, pukulan, penjara, bahaya dari musuh, dan banyak lagi. Namun, alih-alih mengeluh, Paulus justru bersukacita karena ia tahu bahwa penderitaan ini adalah bagian dari penderitaannya untuk Kristus.

Bersukacita dalam penderitaan bukanlah sikap yang wajar menurut standar dunia. Ini adalah sikap yang lahir dari iman yang mendalam kepada Tuhan dan pemahaman bahwa penderitaan memiliki tujuan yang lebih besar. Dalam konteks pelayanan kepada jemaat, Paulus menyadari bahwa penderitaannya membawa manfaat bagi orang lain. Melalui penderitaan yang ia alami, Injil dapat terus disebarkan dan jemaat dapat bertumbuh dalam iman.

3. Menggenapkan Apa yang Masih Kurang dalam Penderitaan Kristus

Bagian selanjutnya dari ayat 24 adalah salah satu pernyataan yang paling membingungkan dan kontroversial dalam tulisan Paulus: "menggenapkan dalam dagingku apa yang masih kurang dalam penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat."

Apa yang dimaksud Paulus ketika ia berbicara tentang "menggenapkan apa yang masih kurang dalam penderitaan Kristus"? Apakah penderitaan Kristus di salib belum cukup untuk menebus dosa-dosa kita?

Untuk menjawab pertanyaan ini, penting untuk memahami bahwa Paulus tidak berbicara tentang penderitaan Kristus dalam kaitannya dengan penebusan dosa. Pengorbanan Kristus di salib sudah lengkap dan sempurna untuk menyelamatkan kita dari dosa (Ibrani 10:12-14). Tidak ada yang perlu ditambahkan pada karya penebusan-Nya.

Namun, Paulus berbicara tentang penderitaan yang masih harus dialami oleh gereja sebagai tubuh Kristus. Di sepanjang sejarah, gereja telah dan akan terus mengalami penderitaan sebagai bagian dari panggilan untuk mengikuti Kristus. Yesus sendiri mengatakan bahwa para pengikut-Nya akan menghadapi penganiayaan dan penderitaan karena iman mereka (Yohanes 15:20).

Dalam hal ini, penderitaan Paulus adalah bagian dari penderitaan yang harus dialami oleh seluruh gereja. Penderitaan ini tidak bersifat penebusan, tetapi merupakan bagian dari panggilan untuk menyebarkan Injil dan membangun tubuh Kristus. Sebagai anggota tubuh Kristus, setiap orang percaya dipanggil untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus dengan cara menanggung penderitaan yang mungkin mereka alami karena kesetiaan mereka kepada Kristus.

Bagi Paulus, penderitaan ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan sebagai seorang rasul. Ketika ia menderita, ia tidak hanya menderita untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk jemaat. Penderitaannya membantu gereja untuk bertumbuh, baik secara iman maupun dalam pengertian yang lebih dalam tentang kasih dan kesetiaan Kristus.

4. Pelayanan sebagai Tanggung Jawab yang Diberikan Allah

Ayat 25 melanjutkan pemikiran Paulus tentang tanggung jawabnya sebagai pelayan Injil: "Aku telah menjadi pelayannya sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu."

Di sini, Paulus menekankan bahwa pelayanan yang ia lakukan bukanlah kehendaknya sendiri, tetapi merupakan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya. Pelayanan Paulus sebagai rasul bukanlah hasil dari ambisi pribadi atau keinginan untuk mendapatkan status. Sebaliknya, itu adalah panggilan langsung dari Allah, yang dipercayakan kepadanya untuk membawa Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Paulus sering kali berbicara tentang panggilan ini sebagai bentuk penatalayanan. Di dalam 1 Korintus 4:1-2, Paulus berkata bahwa seorang pelayan Kristus adalah seorang penatalayan yang dipercayakan misteri-misteri Allah, dan penatalayan dituntut untuk setia. Paulus melihat dirinya sebagai pelayan yang dipercayakan dengan tanggung jawab besar, dan kesetiaan kepada panggilan ini berarti siap untuk menghadapi penderitaan dan tantangan.

Penting untuk diperhatikan bahwa pelayanan Paulus tidak hanya melibatkan pemberitaan Injil, tetapi juga melibatkan pembangunan jemaat. Ia tidak hanya menyebarkan Injil ke tempat-tempat baru, tetapi juga memastikan bahwa jemaat yang sudah ada dipelihara dan dibimbing dalam iman mereka. Ini adalah salah satu alasan mengapa ia menulis surat-surat kepada jemaat, seperti surat kepada jemaat di Kolose, untuk memberikan pengajaran, peringatan, dan dorongan.

Pelayanan Paulus berpusat pada penerusan firman Allah. Tugasnya adalah memastikan bahwa jemaat menerima seluruh kebenaran Injil, tanpa ada bagian yang terlewatkan. Dalam hal ini, Paulus berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan kebenaran Allah kepada jemaat, agar mereka dapat bertumbuh dalam pengetahuan akan Kristus dan hidup sesuai dengan panggilan mereka sebagai umat Allah.

5. Penderitaan sebagai Bagian dari Kehidupan Kristen

Penderitaan adalah tema yang sering muncul dalam tulisan-tulisan Paulus. Dalam 2 Timotius 3:12, ia berkata, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Ini menunjukkan bahwa penderitaan bukanlah pengecualian, tetapi bagian normal dari kehidupan Kristen.

Namun, penting untuk dicatat bahwa penderitaan dalam konteks ini tidak berarti setiap kesulitan yang dialami orang percaya. Penderitaan yang dimaksud Paulus adalah penderitaan karena iman. Ini bisa berupa penganiayaan langsung, penolakan, atau bahkan tantangan internal ketika seseorang memilih untuk tetap setia kepada Kristus meskipun menghadapi tekanan dari dunia di sekitarnya.

Paulus sendiri adalah contoh yang nyata dari penderitaan yang datang karena kesetiaan kepada Kristus. Sejak pertobatannya, ia menghadapi banyak tantangan, termasuk penganiayaan, penjara, dan ancaman kematian. Namun, Paulus tidak pernah mundur dari panggilannya. Ia memahami bahwa penderitaan adalah bagian dari kehormatan mengikuti Kristus, dan bahwa penderitaan ini memiliki tujuan ilahi.

Baca Juga: Kondisi Penebusan Akhir dalam Kristus: Kolose 1:23

Bagi kita sebagai orang percaya, penderitaan bisa menjadi bagian dari jalan untuk bertumbuh dalam iman dan kesetiaan. Ketika kita menghadapi tantangan karena iman kita, kita dipanggil untuk meneladani Paulus, yang melihat penderitaan sebagai bagian dari pelayanan kepada Kristus dan gereja-Nya.

6. Pelayanan yang Berdedikasi: Teladan Paulus bagi Gereja Masa Kini

Pelayanan Paulus adalah contoh yang kuat bagi gereja masa kini. Dalam banyak hal, kita dipanggil untuk meniru dedikasi dan ketekunannya dalam melayani Tuhan dan jemaat. Meskipun kita mungkin tidak menghadapi penderitaan dalam bentuk penganiayaan fisik, ada banyak cara lain di mana kita bisa menghadapi tantangan dalam melayani Kristus.

Pertama, kita harus mengingat bahwa pelayanan adalah panggilan dari Allah. Sama seperti Paulus, kita semua memiliki panggilan untuk melayani Tuhan dengan cara yang telah ditentukan-Nya. Ini bisa berupa pelayanan dalam gereja lokal, pelayanan kepada keluarga, atau bahkan pelayanan di tempat kerja. Yang penting adalah bahwa kita melayani dengan setia dan bertanggung jawab, seperti yang dilakukan Paulus.

Kedua, kita harus bersiap untuk menghadapi penderitaan dan tantangan dalam pelayanan. Pelayanan yang sejati sering kali melibatkan pengorbanan, baik waktu, tenaga, maupun sumber daya. Kita juga bisa menghadapi penolakan atau ketidakmengertian dari orang lain. Namun, seperti Paulus, kita dipanggil untuk tetap bersukacita dalam penderitaan ini, karena kita tahu bahwa kita melayani Tuhan yang setia dan adil.

7. Kesimpulan

Kolose 1:24-25 memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Paulus memandang penderitaan dan pelayanan dalam hubungannya dengan gereja. Bagi Paulus, penderitaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari panggilan untuk melayani Kristus dan gereja-Nya. Ia bersukacita dalam penderitaan karena ia tahu bahwa penderitaannya membawa manfaat bagi tubuh Kristus, yaitu jemaat. Paulus juga menyadari bahwa pelayanannya adalah tanggung jawab besar yang dipercayakan kepadanya oleh Allah, dan ia berkomitmen untuk menjalankan tugas ini dengan setia, meskipun harus menghadapi banyak tantangan.

Pelayanan dan penderitaan Paulus adalah teladan yang kuat bagi gereja masa kini. Kita dipanggil untuk melayani dengan setia, bahkan ketika menghadapi kesulitan dan penderitaan. Melalui pelayanan kita, kita ikut berpartisipasi dalam karya Allah di dunia, membangun gereja dan menyebarkan Injil Kristus kepada semua orang. Dalam segala tantangan yang kita hadapi, kita bisa menemukan sukacita dan kekuatan, mengetahui bahwa kita melayani Tuhan yang telah memanggil kita untuk tujuan yang mulia.

Next Post Previous Post