Terang yang Ditolak: Yohanes 1:9-11

Pendahuluan:

Yohanes 1:9-11 memberikan penggambaran yang mendalam tentang kehadiran Yesus Kristus sebagai Terang yang sejati di dunia, serta respons dunia terhadap-Nya. Ayat-ayat ini berbunyi:

"Terang yang sejati, yang menerangi semua orang, akan datang ke dunia. Terang itu telah ada di dunia dan dunia ini dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia mendatangi kepunyaan-Nya, tetapi kepunyaan-Nya itu tidak menerima Dia."
Terang yang Ditolak: Yohanes 1:9-11
Melalui ayat-ayat ini, Yohanes menekankan dua tema penting: (1) Kristus sebagai Terang yang sejati yang datang ke dunia dan (2) penolakan terhadap Terang itu oleh dunia dan umat-Nya sendiri. Artikel ini akan membahas kedua tema ini dengan merujuk pada pandangan beberapa teolog terkemuka, dan mengeksplorasi implikasi teologisnya bagi iman dan kehidupan Kristen.

1. Terang yang Sejati: Kedatangan Kristus ke Dunia (Yohanes 1:9)

Yohanes 1:9 mengidentifikasi Yesus sebagai “Terang yang sejati, yang menerangi semua orang.” Terang yang sejati ini berbeda dari terang palsu atau sementara yang mungkin ada di dunia. Yohanes menekankan bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber terang yang murni dan kekal, yang membawa kebenaran dan pengenalan akan Allah kepada seluruh umat manusia. Penggunaan kata "sejati" oleh Yohanes mengimplikasikan bahwa tidak ada terang lain yang dapat menandingi kehadiran dan karya Yesus Kristus.

Dalam bukunya The Gospel According to John, F.F. Bruce menulis bahwa istilah "terang sejati" yang digunakan oleh Yohanes merujuk pada kehadiran Allah yang nyata melalui Yesus Kristus. Bruce menyatakan, “Yesus adalah perwujudan penuh dari terang Allah yang hadir untuk membawa pencerahan rohani bagi manusia yang hidup dalam kegelapan dosa.” Bagi Bruce, kehadiran Yesus sebagai terang menegaskan bahwa hanya melalui Dia, manusia dapat mengenal Allah secara benar dan menemukan jalan menuju keselamatan.

Teolog terkenal J.I. Packer dalam Knowing God juga menekankan bahwa Yesus, sebagai Terang yang sejati, tidak hanya menerangi sebagian orang, tetapi menawarkan terang kepada semua manusia. “Yesus datang untuk membawa terang bagi semua orang tanpa terkecuali, karena setiap manusia membutuhkan pencerahan rohani yang hanya dapat diberikan oleh Allah,” tulis Packer. Terang Yesus mencakup semua orang, menyingkapkan kebenaran tentang Allah, diri mereka sendiri, dan jalan keselamatan yang disediakan dalam Kristus.

Dallas Willard dalam The Divine Conspiracy menggambarkan terang Kristus sebagai sumber hidup yang memberi manusia kekuatan untuk melihat dan memahami realitas sejati. Willard menulis, “Hanya terang Kristus yang dapat membuka mata manusia untuk melihat kenyataan tentang dosa, kebutuhan akan keselamatan, dan kasih karunia Allah yang ditawarkan kepada semua orang.” Dengan kata lain, terang ini menuntun manusia keluar dari kegelapan dosa dan kebodohan spiritual, serta memberikan arah menuju kehidupan yang benar di hadapan Allah.

2. Dunia Tidak Mengenal-Nya: Penolakan terhadap Kristus (Yohanes 1:10)

Yohanes 1:10 memberikan gambaran tragis tentang respons dunia terhadap kedatangan Yesus: "Terang itu telah ada di dunia dan dunia ini dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya." Ayat ini menyatakan paradoks yang mendalam bahwa meskipun Yesus, Sang Pencipta, hadir di dunia yang dijadikan-Nya, dunia tidak mengenali atau mengakui-Nya.

John Stott dalam The Epistles of John menjelaskan bahwa ketidakmampuan dunia untuk mengenal Yesus adalah akibat dari kegelapan spiritual yang disebabkan oleh dosa. Stott menulis, “Kegelapan dosa telah membutakan manusia, sehingga mereka tidak dapat melihat atau mengenali Pencipta mereka sendiri ketika Ia datang ke tengah-tengah mereka.” Bagi Stott, ini adalah bentuk penolakan yang menyedihkan, karena manusia menolak terang yang sebenarnya mereka butuhkan untuk memperoleh hidup yang kekal.

F.F. Bruce, dalam The Gospel of John, juga menyoroti ironi besar dalam ayat ini: bahwa dunia yang diciptakan oleh Kristus justru tidak mengenal-Nya ketika Ia hadir di dalamnya. Bruce menulis, “Dunia yang dijadikan oleh Kristus hidup dalam kebutaan spiritual, sehingga meskipun Ia datang sebagai Pencipta dan Penebus, dunia tidak mengenali Dia.” Bruce mengingatkan kita bahwa ini bukan sekadar ketidakmampuan manusia untuk mengenal Yesus secara fisik, tetapi sebuah kegagalan rohani untuk mengenali Dia sebagai Allah yang berinkarnasi.

Teolog R.C. Sproul dalam The Holiness of God mengamati bahwa penolakan dunia terhadap Yesus menunjukkan sejauh mana dosa telah mengeraskan hati manusia. Sproul menulis, “Dosa bukan hanya pelanggaran moral, tetapi juga membutakan manusia secara rohani sehingga mereka tidak dapat mengenal kebenaran yang ditawarkan oleh Yesus.” Bagi Sproul, penolakan ini menunjukkan kebutuhan yang sangat mendalam akan karya penyelamatan Kristus, karena manusia tidak mampu mengenali Penciptanya tanpa pencerahan dari Allah.

3. Kepunyaan-Nya Menolak Dia: Penolakan oleh Umat-Nya Sendiri (Yohanes 1:11)

Penolakan terhadap Yesus semakin ditegaskan dalam Yohanes 1:11, di mana Yohanes menulis: "Ia mendatangi kepunyaan-Nya, tetapi kepunyaan-Nya itu tidak menerima Dia." Ayat ini menggambarkan bahwa Yesus datang kepada umat-Nya sendiri, yaitu bangsa Israel, tetapi mereka menolak untuk menerima-Nya sebagai Mesias.

William Barclay dalam The Gospel of John mencatat bahwa penolakan Yesus oleh bangsa Israel adalah puncak dari sejarah panjang ketidaktaatan mereka kepada Allah. Barclay menulis, “Selama berabad-abad, Israel telah menolak para nabi dan utusan Allah, dan sekarang mereka menolak Yesus, Sang Mesias yang dijanjikan.” Penolakan ini, bagi Barclay, merupakan bukti dari ketegaran hati Israel, meskipun mereka telah diberi banyak kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada Allah.

Dalam The MacArthur New Testament Commentary: John, John MacArthur menyoroti ironi dari penolakan ini, di mana bangsa yang dipersiapkan oleh Allah melalui sejarah keselamatan mereka justru menolak Sang Mesias ketika Ia datang. MacArthur menulis, “Israel adalah umat yang telah menerima firman Allah, hukum Taurat, dan nubuat tentang Mesias, tetapi ketika Mesias itu datang, mereka menolak Dia.” MacArthur menunjukkan bahwa penolakan ini mencerminkan pemberontakan manusia terhadap kehendak Allah dan penolakan terhadap keselamatan yang diberikan oleh-Nya.

Lebih lanjut, N.T. Wright dalam Jesus and the Victory of God menyoroti bahwa penolakan Yesus oleh umat-Nya sendiri bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga gambaran dari ketidakmampuan manusia untuk menerima kasih karunia Allah tanpa pencerahan Roh Kudus. Wright menulis, “Tanpa transformasi hati oleh Roh Allah, manusia, baik Yahudi maupun non-Yahudi, akan selalu cenderung menolak kasih karunia yang ditawarkan oleh Yesus.” Penolakan ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman intelektual atau pengetahuan religius; mereka membutuhkan transformasi batiniah yang hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus.

Implikasi Teologis dari Yohanes 1:9-11

Pernyataan dalam Yohanes 1:9-11 memberikan beberapa implikasi teologis penting bagi kehidupan dan iman Kristen:

  • Kehadiran Kasih Karunia Allah bagi Semua Orang: Yohanes menekankan bahwa Yesus adalah Terang yang sejati yang menerangi semua orang. Hal ini menunjukkan bahwa kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Kristus tersedia bagi semua manusia, tanpa terkecuali. Charles Spurgeon dalam All of Grace menulis bahwa “terang Kristus menawarkan keselamatan kepada semua orang, tetapi hanya mereka yang menerima-Nya dengan iman yang akan diselamatkan.” Orang Kristen dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang, karena kasih karunia Allah tersedia bagi semua, meskipun tidak semua akan menerimanya.

  • Bahaya dari Penolakan terhadap Kristus: Yohanes mengingatkan kita bahwa dunia, yang diciptakan oleh Kristus, menolak untuk mengenali dan menerima-Nya. Hal ini menunjukkan bahaya rohani dari penolakan terhadap Kristus. A.W. Tozer dalam The Pursuit of God menekankan bahwa “penolakan terhadap terang Kristus adalah penolakan terhadap satu-satunya jalan menuju kehidupan yang kekal.” Menolak Kristus berarti memilih untuk tetap tinggal dalam kegelapan dosa, yang pada akhirnya membawa kepada kebinasaan.

  • Panggilan untuk Menerima Terang Kristus dengan Iman: Yohanes 1:11 menyoroti penolakan umat-Nya sendiri terhadap Yesus, tetapi ayat-ayat berikutnya (Yohanes 1:12-13) menegaskan bahwa mereka yang menerima-Nya diberikan hak untuk menjadi anak-anak Allah. John Piper dalam Desiring God menyatakan bahwa “panggilan terbesar bagi manusia adalah menerima Yesus sebagai Terang yang menerangi hati dan pikiran mereka.” Penerimaan ini bukan sekadar pengakuan intelektual, tetapi tindakan iman yang membawa transformasi hidup.

  • Kebutuhan Akan Penerangan Roh Kudus: Yohanes menunjukkan bahwa tanpa penerangan ilahi, dunia tidak dapat mengenali atau menerima Yesus. R.C. Sproul dalam The Mystery of the Holy Spirit menegaskan bahwa “Roh Kudus adalah Pribadi yang menerangi hati dan pikiran manusia sehingga mereka dapat mengenali Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.” Oleh karena itu, doa dan ketergantungan pada karya Roh Kudus sangat penting dalam proses membawa orang kepada iman yang sejati dalam Kristus.

Kesimpulan.

Yohanes 1:9-11 mengungkapkan kedatangan Yesus Kristus sebagai Terang yang sejati yang menawarkan keselamatan kepada semua orang, tetapi juga mengungkapkan penolakan dunia dan umat-Nya terhadap-Nya. Dunia yang dijadikan oleh Kristus tidak mengenali-Nya, dan umat-Nya sendiri menolak untuk menerima Dia sebagai Mesias. Namun, di tengah-tengah penolakan ini, Yohanes mengingatkan bahwa bagi mereka yang menerima-Nya dengan iman, tersedia hidup yang kekal dan keselamatan yang sempurna.

Perenungan ini memberikan pengajaran penting bagi orang Kristen, yakni pentingnya menerima Terang Kristus dengan iman, memberitakan Injil-Nya kepada dunia yang masih dalam kegelapan, dan hidup dalam terang kebenaran yang ditawarkan oleh Yesus. Terang itu telah datang, dan bagi mereka yang bersedia menerimanya, tersedia pengharapan, keselamatan, dan kehidupan yang kekal.

Next Post Previous Post