Keyakinan Akan Masa Depan dalam 1 Korintus 1:8-9
Pendahuluan:
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus memiliki banyak pesan teologis yang mendalam, salah satunya adalah keyakinan akan masa depan yang terletak pada kesetiaan Allah. Dalam 1 Korintus 1:8-9, Paulus menulis, "Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Ayat ini berisi pengharapan yang kuat akan masa depan kekal bagi orang percaya dan kepastian bahwa Allah akan menyelesaikan karya-Nya dalam
hidup mereka.
1. Makna Keyakinan dalam Konteks Teologi Paulus
Dalam 1 Korintus 1:8-9, Paulus menunjukkan bahwa keyakinan pada masa depan tidak terletak pada kekuatan manusia, tetapi pada kesetiaan Allah yang memanggil dan menopang orang percaya. Paulus menegaskan bahwa Allah yang memulai karya keselamatan akan setia untuk menyelesaikannya pada hari kedatangan Yesus Kristus. Dengan kata lain, kepercayaan pada masa depan didasarkan pada pemahaman bahwa Allah akan selalu memelihara dan memperbarui mereka yang telah Ia panggil.
John Calvin, dalam karyanya "Institutes of the Christian Religion," menekankan bahwa keyakinan seperti yang dijelaskan Paulus ini muncul dari janji keselamatan Allah yang tidak dapat dibatalkan. Calvin berpendapat bahwa Allah, dalam kasih karunia-Nya, mengundang umat manusia untuk percaya kepada-Nya, dan kemudian memberikan mereka kekuatan untuk berpegang teguh pada iman hingga akhir. Menurut Calvin, keyakinan ini bukan hasil dari usaha manusia, melainkan anugerah Allah yang bekerja dalam diri orang percaya, membawa mereka ke dalam persekutuan dengan Kristus yang kekal.
Dalam Filipi 1:6, Paulus menegaskan pesan yang serupa, "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." Ayat ini mencerminkan keyakinan yang teguh bahwa Allah memegang kontrol penuh atas proses keselamatan dan akan terus bekerja dalam hidup orang percaya hingga akhir. Keyakinan ini adalah dasar yang kuat bagi setiap orang percaya dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
2. Kesetiaan Allah sebagai Dasar Keyakinan akan Masa Depan
Salah satu tema utama dalam 1 Korintus 1:8-9 adalah kesetiaan Allah. Keyakinan Paulus pada masa depan orang percaya didasarkan pada karakter Allah yang setia, yang artinya Allah selalu konsisten, tidak pernah mengingkari janji-Nya. Kesetiaan ini menjadikan masa depan setiap orang percaya sebagai sesuatu yang pasti dan terjamin, bukan berdasarkan perbuatan manusia, tetapi atas janji dan karya Allah.
Dalam Ulangan 7:9, Allah menyatakan, "Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian-Nya dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya." Ayat ini mengungkapkan bahwa kesetiaan Allah adalah sifat yang melekat pada diri-Nya. Karena itu, orang percaya dapat menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya.
N.T. Wright, dalam bukunya "Paul: A Biography," menegaskan bahwa kesetiaan Allah kepada umat-Nya memberikan dasar yang kuat bagi keyakinan orang percaya akan hari kedatangan Kristus. Menurut Wright, keyakinan akan kesetiaan Allah memungkinkan orang percaya untuk hidup dengan pengharapan eskatologis yang teguh. Dengan kata lain, pengharapan akan masa depan bukanlah fantasi, tetapi janji yang dipegang Allah dengan setia, sehingga orang percaya dapat menjalani kehidupan saat ini dengan keyakinan bahwa masa depan mereka terjamin dalam Kristus.
3. Pemeliharaan Allah dalam Hidup Orang Percaya
Keyakinan Paulus pada masa depan juga didasarkan pada pemeliharaan Allah. Kata “meneguhkan” dalam 1 Korintus 1:8 berarti memantapkan atau menjaga agar tetap teguh. Allah tidak hanya memanggil umat-Nya, tetapi juga menjaga mereka hingga pada akhirnya mereka dapat bertemu dengan Kristus dalam keadaan "tak bercacat."
John Piper, dalam bukunya "Future Grace," menjelaskan bahwa pemeliharaan Allah meliputi seluruh aspek kehidupan orang percaya. Piper menyatakan bahwa Allah tidak hanya menyelamatkan umat-Nya, tetapi juga menyediakan kasih karunia setiap hari untuk menuntun dan memelihara mereka hingga akhir. Menurut Piper, pemeliharaan ini adalah bukti dari kasih setia Allah yang berkelanjutan, yang memungkinkan setiap orang percaya bertahan dalam ujian dan tantangan hidup.
Dalam 1 Tesalonika 5:23-24, Paulus menulis, "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya." Ayat ini menegaskan bahwa pemeliharaan Allah adalah jaminan bahwa orang percaya akan dipelihara hingga akhir dalam keadaan yang tak bercacat. Pemeliharaan ini memberikan dasar bagi setiap orang percaya untuk memiliki keyakinan pada masa depan, karena Allah berjanji untuk menjaga mereka dalam kasih setia-Nya.
4. Janji dan Pengharapan dalam Kehidupan Kekal
Keyakinan pada masa depan juga terkait dengan janji akan kehidupan kekal. Paulus menyatakan bahwa pada hari Tuhan Yesus Kristus, orang percaya akan didapati dalam keadaan tak bercacat. Hari Tuhan yang dimaksud merujuk pada saat kedatangan Kristus kedua kali, di mana orang percaya akan dibangkitkan dan menerima kehidupan kekal. Janji ini menjadi dasar pengharapan yang kuat bagi setiap orang percaya.
Dalam Yohanes 10:28-29, Yesus sendiri menegaskan janji kehidupan kekal ini, "Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku." Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan kekal dijamin oleh Allah sendiri. Dengan demikian, pengharapan dalam kehidupan kekal bukanlah sesuatu yang tidak pasti, melainkan janji yang diteguhkan oleh kesetiaan Allah.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," menyatakan bahwa pengharapan dalam kehidupan kekal adalah inti dari keyakinan Kristen. Menurut Packer, pengharapan ini memampukan setiap orang percaya untuk menghadapi tantangan hidup tanpa ketakutan akan masa depan, karena mereka tahu bahwa masa depan mereka terjamin dalam tangan Allah. Pengharapan ini memberikan kekuatan dan kedamaian bagi setiap orang percaya, karena mereka memiliki janji bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan dalam keadaan yang sempurna.
5. Keyakinan yang Mengatasi Ketidakpastian dan Ketakutan
Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan ketakutan, pesan Paulus dalam 1 Korintus 1:8-9 memberikan penghiburan dan jaminan yang kuat. Keyakinan pada masa depan yang dijanjikan Allah memungkinkan setiap orang percaya untuk mengatasi ketakutan dan kekhawatiran tentang masa depan. Karena masa depan mereka terletak dalam tangan Allah yang setia, orang percaya tidak perlu takut akan apa yang mungkin terjadi.
Mazmur 23:4 menyatakan, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." Ayat ini menekankan kehadiran Allah yang terus-menerus dalam hidup orang percaya, yang memungkinkan mereka untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan dan tanpa ketakutan. Kesetiaan Allah sebagai Gembala yang baik menjadi dasar bagi penghiburan di tengah ketidakpastian.
R.C. Sproul, dalam bukunya "The Holiness of God," menjelaskan bahwa keyakinan pada masa depan didasarkan pada sifat Allah yang kekal dan tak berubah. Sproul menyatakan bahwa karena Allah tidak berubah, setiap janji yang Ia berikan juga tidak berubah. Sproul menegaskan bahwa sifat kekal Allah memberikan dasar yang kokoh bagi keyakinan orang percaya akan masa depan, bahkan dalam situasi yang paling sulit.
6. Iman sebagai Tanggapan Terhadap Janji Allah
Keyakinan akan masa depan yang ditanamkan Allah memerlukan iman sebagai respons dari setiap orang percaya. Iman yang teguh adalah cara kita berpegang pada janji Allah, dengan keyakinan bahwa Ia akan menyelesaikan apa yang telah dimulai. Ibrani 11:1 mendefinisikan iman sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
John Stott, dalam bukunya "The Cross of Christ," menjelaskan bahwa iman adalah bentuk respons yang aktif terhadap janji Allah. Stott menekankan bahwa iman tidak hanya sekadar percaya pada fakta, tetapi juga melibatkan komitmen untuk hidup sesuai dengan kebenaran yang kita percayai. Iman kepada janji Allah memampukan orang percaya untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, karena mereka tahu bahwa Allah yang setia akan menepati janji-Nya.
Dalam Roma 8:28, Paulus menulis, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Ayat ini menunjukkan bahwa iman kepada Allah memungkinkan orang percaya untuk memandang segala sesuatu dari perspektif yang positif, bahkan dalam kesulitan, karena mereka tahu bahwa Allah bekerja untuk kebaikan mereka.
7. Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Orang Percaya
Keyakinan akan masa depan yang didasarkan pada 1 Korintus 1:8-9 membawa beberapa aplikasi praktis dalam kehidupan orang percaya:
A. Menghadapi Masa Depan dengan Damai
Karena keyakinan kita ada dalam kesetiaan Allah, kita dapat menghadapi masa depan dengan kedamaian. Filipi 4:6-7 menyatakan, "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Kedamaian ini adalah hasil dari keyakinan bahwa Allah akan menjaga dan memelihara kita.
B. Bersandar pada Kasih Karunia dalam Setiap Pencobaan
Ketika menghadapi pencobaan, orang percaya dapat bersandar pada kasih karunia Allah yang selalu tersedia. 2 Korintus 12:9 mengingatkan kita bahwa "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Kasih karunia Allah adalah sumber kekuatan yang memungkinkan setiap orang percaya untuk menghadapi tantangan dengan keyakinan.
C. Hidup dalam Pengharapan dan Bersaksi
Keyakinan akan masa depan yang dijamin oleh Allah juga mengajak orang percaya untuk hidup dengan pengharapan dan menjadi saksi bagi orang lain. 1 Petrus 3:15 berkata, "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu." Pengharapan kita pada masa depan memberi kita kekuatan untuk bersaksi kepada dunia tentang kesetiaan Allah.
Kesimpulan
Dalam 1 Korintus 1:8-9, Paulus mengajarkan bahwa keyakinan akan masa depan orang percaya tidak didasarkan pada usaha manusia, tetapi pada kesetiaan Allah yang memanggil dan menjaga umat-Nya hingga akhir. Kesetiaan Allah menjadikan setiap janji-Nya dapat dipercaya dan memberi dasar yang kokoh bagi setiap orang percaya untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan.
Para teolog seperti John Calvin, N.T. Wright, dan John Piper menekankan bahwa keyakinan akan masa depan adalah bagian penting dari iman Kristen, di mana kita bersandar pada janji Allah yang akan meneguhkan kita hingga hari kedatangan Kristus. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan pengharapan, damai sejahtera, dan kesaksian, karena kita tahu bahwa masa depan kita terjamin di dalam tangan Allah yang setia.
Keyakinan yang tak tergoyahkan ini memampukan kita untuk menjalani hidup dengan kedamaian, bersandar pada kasih karunia Allah dalam setiap pencobaan, dan menjadi saksi yang hidup akan kasih dan janji-Nya bagi dunia.