Membangun Relasi dengan Kristus

Pendahuluan:

Membangun Relasi dengan Kristus adalah inti dari kehidupan Kristen dan menjadi dasar dari semua pengajaran Alkitab. Hubungan yang mendalam dan pribadi dengan Kristus bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi juga pengalaman iman yang memberikan kehidupan, penghiburan, dan kekuatan bagi umat percaya. Relasi ini melampaui sekadar pengetahuan tentang Yesus; ini adalah panggilan untuk hidup dalam keintiman yang penuh kasih dan ketaatan kepada-Nya.
Membangun Relasi dengan Kristus
Artikel ini akan mengeksplorasi konsep relasi dengan Kristus dari perspektif beberapa pakar teologi, menjelaskan pentingnya, aspek-aspek yang mendasari relasi ini, serta cara untuk memperdalamnya. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang apa artinya mengenal dan hidup bersama Yesus.

1. Definisi Relasi dengan Kristus

Relasi dengan Kristus dapat didefinisikan sebagai hubungan yang penuh kepercayaan, kasih, dan ketaatan antara seorang individu dengan Yesus. Ini bukan hanya sebuah hubungan formal atau sekadar interaksi, tetapi hubungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan yang berakar dalam iman serta kasih karunia. Dalam Yohanes 15:5, Yesus menyatakan, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” Melalui ilustrasi ini, Yesus menekankan bahwa hubungan dengan-Nya adalah sumber kehidupan rohani, dan bahwa tanpa Dia, umat percaya tidak dapat berbuah.

John Stott dalam bukunya The Cross of Christ menyebutkan bahwa relasi dengan Kristus adalah dasar dari kehidupan Kristen. Menurut Stott, relasi ini bukan hanya hubungan individual tetapi sebuah panggilan untuk hidup sepenuhnya dalam Kristus, yang dimungkinkan oleh kematian dan kebangkitan-Nya. Bagi Stott, relasi ini adalah inti dari keselamatan dan kehidupan kekal.

Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship menekankan bahwa relasi dengan Kristus menuntut pengikut yang sepenuh hati, siap meninggalkan segalanya demi Yesus. Bonhoeffer menyatakan bahwa orang yang benar-benar memiliki hubungan dengan Kristus akan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Kristus, hidup dalam kehendak dan panggilan-Nya.

2. Pentingnya Relasi dengan Kristus dalam Kehidupan Kristen

Relasi dengan Kristus adalah inti dari iman Kristen karena tanpa hubungan ini, iman menjadi hanya sebatas doktrin dan ritual. Melalui relasi ini, umat Kristen mengalami pemeliharaan dan tuntunan Tuhan dalam hidup mereka. Dalam Yohanes 10:14-15, Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik, Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Yesus mengundang kita ke dalam hubungan yang penuh kasih dan saling mengenal.

Timothy Keller dalam The Reason for God menyatakan bahwa relasi dengan Kristus memberikan makna mendalam bagi kehidupan Kristen karena di dalam-Nya kita menemukan identitas dan tujuan sejati kita. Menurut Keller, hanya melalui hubungan dengan Kristus, kita dapat menjalani hidup dengan kepenuhan, karena Yesus adalah sumber dari pengharapan, kasih, dan pengampunan.

C.S. Lewis dalam Mere Christianity menggarisbawahi bahwa relasi dengan Kristus adalah dasar dari transformasi rohani. Bagi Lewis, iman Kristen bukanlah tentang menjadi orang yang “lebih baik” secara moral saja, tetapi menjadi satu dengan Kristus sehingga kita berubah menjadi seperti-Nya. Relasi dengan Kristus memungkinkan kita untuk diubahkan dan untuk mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dasar Teologis dari Relasi dengan Kristus

Relasi dengan Kristus memiliki dasar teologis yang kuat dalam konsep keselamatan dan anugerah. Dalam Efesus 2:8-9, Paulus menyatakan bahwa keselamatan adalah pemberian Allah melalui kasih karunia, bukan hasil usaha manusia. Relasi dengan Kristus tidak didasarkan pada usaha atau perbuatan kita, tetapi pada anugerah Allah yang diberikan melalui iman kepada Yesus.

Martin Luther dalam The Bondage of the Will menekankan bahwa manusia tidak dapat menjalin hubungan dengan Allah atas dasar usaha mereka sendiri karena manusia terbelenggu oleh dosa. Luther menjelaskan bahwa hanya melalui kasih karunia Allah di dalam Kristus, manusia dapat memulihkan hubungan dengan Tuhan. Relasi dengan Kristus adalah anugerah yang diberikan kepada mereka yang percaya kepada-Nya.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa relasi dengan Kristus memungkinkan kita untuk menikmati manfaat dari keselamatan yang diberikan Allah. Calvin menekankan bahwa hanya mereka yang berada “di dalam Kristus” yang dapat mengalami berkat-berkat rohani yang sejati, karena hanya melalui Yesus kita dapat mendekat kepada Allah.

4. Aspek-aspek dari Relasi dengan Kristus

Relasi dengan Kristus mencakup beberapa aspek penting yang saling terkait dan mendalam:

  • Iman: Iman adalah dasar dari hubungan kita dengan Kristus. Dalam Ibrani 11:6, kita diingatkan bahwa tanpa iman tidak mungkin untuk berkenan kepada Allah. Iman kepada Yesus adalah fondasi dari hubungan ini, yang memberikan kepercayaan dan ketergantungan penuh pada-Nya.

  • Kasih: Dalam Yohanes 14:21, Yesus berkata, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.” Kasih kepada Kristus tercermin dalam ketaatan kita kepada-Nya. Hubungan yang sehat dengan Yesus adalah hubungan yang penuh kasih, di mana kita belajar mengasihi Dia dan sesama seperti yang Dia perintahkan.

  • Ketaatan: Yesus menekankan pentingnya ketaatan sebagai tanda relasi yang benar dengan-Nya. Dalam Yohanes 15:14, Ia berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Ketaatan kepada Kristus adalah bentuk nyata dari kasih dan iman kita kepada-Nya.

John Piper dalam Desiring God menyebutkan bahwa iman, kasih, dan ketaatan adalah tiga komponen penting dari relasi dengan Kristus. Menurut Piper, hubungan dengan Kristus bukanlah hubungan pasif, tetapi memerlukan keterlibatan aktif dari pihak kita untuk hidup dalam keintiman dengan Tuhan.

5. Cara Memperdalam Relasi dengan Kristus

Memperdalam relasi dengan Kristus memerlukan komitmen dan kedisiplinan. Beberapa cara praktis untuk memperdalam hubungan ini meliputi:

  • Membaca dan Merenungkan Firman Tuhan: Alkitab adalah sarana utama untuk mengenal Kristus. Melalui membaca dan merenungkan Firman Tuhan, kita dapat memahami kehendak-Nya dan belajar hidup dalam ketaatan.

  • Berdoa dengan Jujur dan Teratur: Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan. Melalui doa, kita dapat memperdalam hubungan kita dengan Kristus, memohon pertolongan-Nya, dan mengekspresikan kasih serta pengakuan akan ketergantungan kita kepada-Nya.

  • Mengikuti Teladan Kristus dalam Hidup Sehari-hari: Memperdalam relasi dengan Kristus berarti hidup seperti yang Dia teladankan. Dalam 1 Yohanes 2:6, kita diingatkan untuk hidup sama seperti Kristus. Mengikuti teladan-Nya adalah cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

A.W. Tozer dalam The Pursuit of God menekankan bahwa hubungan dengan Kristus harus dijalani dengan sungguh-sungguh dan tanpa henti. Menurut Tozer, kita perlu mengejar kehadiran Tuhan dengan hati yang rindu dan terbuka, selalu berusaha mendekat kepada-Nya melalui setiap aspek hidup kita.

Dallas Willard dalam The Spirit of the Disciplines menyatakan bahwa disiplin rohani adalah alat untuk memperdalam relasi dengan Kristus. Willard mengajarkan bahwa dengan mempraktikkan disiplin seperti berdoa, berpuasa, dan merenungkan Firman Tuhan, kita dapat menciptakan ruang untuk mengalami kehadiran dan kasih Kristus.

6. Implikasi Relasi dengan Kristus bagi Kehidupan Kristen

Relasi dengan Kristus memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan Kristen. Hubungan ini mengubah cara kita melihat diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita. Dalam 2 Korintus 5:17, Paulus menyatakan bahwa “jika seseorang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” Relasi dengan Kristus membawa pembaruan dan perubahan yang nyata dalam hidup kita.

Henri Nouwen dalam Life of the Beloved menekankan bahwa melalui relasi dengan Kristus, kita menemukan identitas kita sebagai anak-anak Allah yang dikasihi. Nouwen menjelaskan bahwa relasi ini memberikan kita rasa damai dan harga diri yang sejati, karena kita menyadari bahwa kita diterima sepenuhnya oleh Allah.

Jürgen Moltmann dalam Theology of Hope menyatakan bahwa relasi dengan Kristus memberikan pengharapan dalam hidup kita. Melalui hubungan dengan Yesus, kita memiliki harapan yang pasti akan kehidupan kekal dan penggenapan janji-janji Allah. Relasi ini memberikan kita kekuatan untuk menghadapi segala tantangan dalam hidup dengan keyakinan akan masa depan yang penuh harapan.

Kesimpulan

Membangun Relasi dengan Kristus adalah pusat dari kehidupan Kristen dan panggilan untuk hidup dalam keintiman dan ketaatan kepada Tuhan. Ini bukan hanya hubungan yang bersifat teoritis, tetapi merupakan pengalaman iman yang mengubah seluruh hidup kita. Relasi ini didasarkan pada iman dan kasih karunia, yang memberikan kita akses kepada pengharapan dan hidup kekal.

Para teolog seperti John Stott, C.S. Lewis, dan A.W. Tozer menekankan bahwa relasi ini adalah kesempatan bagi umat percaya untuk mengalami Allah secara pribadi dan menemukan identitas mereka di dalam Kristus. Hubungan yang mendalam dengan Kristus memungkinkan kita untuk hidup dalam kasih, ketaatan, dan iman yang sejati.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memperdalam hubungan ini dengan membaca Firman Tuhan, berdoa, dan menjalani hidup sesuai dengan teladan Kristus. Melalui relasi yang erat dengan Kristus, kita akan menemukan kekuatan, penghiburan, dan pengharapan yang hanya bisa ditemukan dalam Dia.

Next Post Previous Post