Pemuliaan: Makna Teologis, Pandangan Alkitabiah, dan Implikasinya dalam Kehidupan Kristen
Pendahuluan:
Dalam teologi Kristen, konsep "pemuliaan" (dalam bahasa Inggris dikenal sebagai glorification) adalah tahap terakhir dalam rencana keselamatan Allah bagi umat-Nya. Pemuliaan merujuk pada penggenapan terakhir dari rencana Allah di mana orang percaya akan diangkat ke dalam kemuliaan kekal bersama Tuhan.Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai definisi, dasar Alkitabiah, pandangan dari para pakar teologi, serta relevansi praktis dari doktrin ini dalam kehidupan sehari-hari umat Kristen.
Definisi "Pemuliaan" dalam Teologi Kristen
Pemuliaan adalah tahap terakhir dalam rangkaian keselamatan (ordo salutis) yang meliputi panggilan, pembenaran, pengudusan, dan akhirnya pemuliaan. Pemuliaan adalah momen ketika tubuh fisik orang percaya diubah menjadi tubuh yang mulia, bebas dari dosa, kematian, dan segala bentuk kelemahan. Ini adalah penggenapan penuh dari keselamatan yang telah dimulai dalam kehidupan orang percaya melalui iman kepada Yesus Kristus.
Dalam Roma 8:30, Rasul Paulus menyatakan:
"Dan mereka yang telah ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."
Ayat ini menegaskan bahwa pemuliaan adalah bagian integral dari rencana keselamatan yang telah Allah tentukan sejak semula bagi umat-Nya.
Pandangan Para Teolog tentang Pemuliaan
Beberapa teolog ternama telah membahas konsep pemuliaan secara mendalam, di antaranya adalah John Calvin, Jonathan Edwards, dan Wayne Grudem. Setiap teolog memberikan perspektif yang kaya mengenai makna pemuliaan dalam kerangka teologis yang lebih luas.
John Calvin: Dalam karya monumentalnya, Institutes of the Christian Religion, John Calvin menekankan bahwa pemuliaan adalah tujuan akhir dari keselamatan yang Allah kerjakan di dalam diri umat-Nya. Calvin melihat pemuliaan sebagai bagian dari transformasi penuh yang dimulai dengan regenerasi oleh Roh Kudus dan berakhir dengan pengangkatan tubuh orang percaya ke dalam kemuliaan Allah. Bagi Calvin, pemuliaan adalah pengembalian manusia kepada keadaan semula sebelum jatuh dalam dosa, namun dengan kemuliaan yang lebih besar.
Jonathan Edwards: Sebagai salah satu teolog terkemuka pada masa Kebangkitan Rohani di Amerika, Jonathan Edwards menekankan bahwa pemuliaan adalah perwujudan kasih dan keadilan Allah yang sempurna. Menurut Edwards, tujuan utama dari pemuliaan adalah agar manusia dapat menikmati kemuliaan Allah secara penuh dan memuliakan-Nya dengan sempurna. Bagi Edwards, kebahagiaan kekal umat percaya terletak dalam persekutuan yang sempurna dengan Allah, yang hanya mungkin terjadi setelah proses pemuliaan.
Wayne Grudem: Dalam bukunya Systematic Theology, Grudem menyatakan bahwa pemuliaan adalah transformasi total yang akan dialami oleh setiap orang percaya pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali. Menurut Grudem, pada saat pemuliaan, tubuh orang percaya akan dibangkitkan dalam kemuliaan, seperti tubuh Kristus yang telah dibangkitkan. Ini berarti bahwa orang percaya tidak lagi mengalami penderitaan, sakit-penyakit, atau kematian.
Dasar Alkitabiah mengenai Pemuliaan
Pemuliaan memiliki landasan yang kuat dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Beberapa ayat penting yang membahas konsep ini antara lain:
Filipi 3:20-21: "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya."
1 Korintus 15:42-44: "Demikianlah juga halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditanam dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan; ditanam dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditanam dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan; ditanam sebagai tubuh alamiah, dibangkitkan sebagai tubuh rohani."
2 Korintus 3:18: "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datang dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa pemuliaan bukan hanya melibatkan perubahan tubuh fisik, tetapi juga transformasi rohani yang memungkinkan orang percaya untuk bersekutu dengan Allah dalam kekekalan.
Pemuliaan dalam Perspektif Teologis: Dari Tubuh yang Hina ke Tubuh yang Mulia
Pemuliaan tidak dapat dipisahkan dari kebangkitan orang mati, di mana orang percaya akan menerima tubuh yang baru, tubuh yang mulia dan tidak lagi terikat oleh kelemahan fisik atau dosa. Tubuh yang dibangkitkan ini akan mirip dengan tubuh kebangkitan Yesus, yang dapat dilihat dalam Lukas 24:36-43 ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan.
Menurut C.S. Lewis, seorang teolog dan penulis terkenal, pemuliaan berarti bahwa umat manusia yang telah ditebus akan mencapai tujuan akhir dari penciptaannya. Dalam bukunya, The Weight of Glory, Lewis menggambarkan pemuliaan sebagai "pemulihan dari segala sesuatu yang telah hilang karena dosa, dan pencapaian keadaan yang lebih mulia daripada sebelum kejatuhan."
Makna dan Relevansi Pemuliaan bagi Kehidupan Kristen Saat Ini
Konsep pemuliaan bukan hanya doktrin teologis yang bersifat teoretis, tetapi juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya. Berikut adalah beberapa cara bagaimana pemahaman tentang pemuliaan dapat memengaruhi hidup kita sehari-hari:
Pengharapan dalam Penderitaan: Dalam dunia yang penuh dengan penderitaan, sakit-penyakit, dan kematian, doktrin pemuliaan memberikan penghiburan dan pengharapan bagi orang percaya. Kita diyakinkan bahwa penderitaan saat ini tidak akan berlangsung selamanya dan bahwa kita akan dibangkitkan dalam kemuliaan yang sempurna pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali (Roma 8:18).
Motivasi untuk Hidup Kudus: Mengetahui bahwa kita akan dimuliakan bersama Kristus mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan. 1 Yohanes 3:2-3 menyatakan, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak. Tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan ini kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci."
Panggilan untuk Memuliakan Allah: Pemuliaan juga mengingatkan kita bahwa hidup kita sekarang adalah bagian dari persiapan untuk memuliakan Allah dalam kekekalan. Kita dipanggil untuk menjalani hidup yang memancarkan kemuliaan Allah melalui perbuatan kita, sehingga orang lain dapat melihat terang Kristus di dalam kita (Matius 5:16).
Transformasi Komunitas Kristen: Gereja sebagai Tubuh Kristus dipanggil untuk mencerminkan kemuliaan Allah. Pemuliaan akhir umat percaya juga mengingatkan kita akan panggilan gereja untuk hidup sebagai komunitas yang menunjukkan kasih, keadilan, dan kesatuan dalam Kristus (Efesus 5:27).
Esensi Eskatologis dari Pemuliaan
Pemuliaan memiliki dimensi eskatologis yang kuat, yaitu terkait dengan penggenapan akhir zaman ketika Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghakimi dunia dan membawa orang-orang percaya ke dalam kemuliaan kekal. Wahyu 21:4 memberikan gambaran yang indah tentang keadaan orang percaya yang telah dimuliakan:
"Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Janji ini memberikan pengharapan bagi kita bahwa segala bentuk penderitaan, ketidakadilan, dan kematian akan diakhiri, dan kita akan hidup dalam damai sejahtera dan sukacita yang kekal di hadapan Allah.
Tantangan dalam Memahami dan Menerapkan Doktrin Pemuliaan
Salah satu tantangan dalam memahami doktrin pemuliaan adalah kecenderungan untuk melihatnya sebagai sesuatu yang jauh di masa depan, tanpa relevansi untuk kehidupan saat ini. Namun, Alkitab menekankan bahwa proses menuju pemuliaan dimulai sekarang, melalui kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Roma 8:11 menyatakan bahwa Roh yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati adalah Roh yang sama yang bekerja dalam diri kita, memberikan hidup kepada tubuh fana kita.
Kesimpulan: Pemuliaan sebagai Penggenapan Rencana Allah
Pemuliaan adalah klimaks dari rencana keselamatan Allah bagi umat-Nya. Ini adalah penggenapan dari segala sesuatu yang Allah janjikan kepada umat-Nya, yaitu hidup kekal dalam kemuliaan bersama-Nya. Pemuliaan bukan hanya tentang apa yang terjadi setelah kematian, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup sekarang dengan pengharapan akan kemuliaan yang akan datang.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam keyakinan bahwa suatu hari nanti kita akan dibangkitkan dalam kemuliaan bersama Kristus. Dengan hidup dalam kesadaran ini, kita akan lebih terdorong untuk hidup dalam kesetiaan, ketaatan, dan kasih kepada Allah, serta untuk memancarkan kemuliaan-Nya di dunia ini.
Berdoalah agar Roh Kudus memampukan kita untuk terus berpegang teguh pada janji-janji Allah dan hidup dalam pengharapan yang teguh akan pemuliaan yang akan datang. Sebab, sebagaimana Rasul Paulus menyatakan dalam Filipi 1:6:
"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.