Yesus sebagai Pengantara: Makna Teologis dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kristen

Pendahuluan:

Yesus Kristus memainkan peran yang sangat penting dalam iman Kristen sebagai Pengantara antara Allah dan manusia. Dalam teologi Kristen, konsep pengantaraan ini merujuk pada misi penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus untuk memulihkan hubungan yang rusak antara umat manusia dengan Allah. Menurut Alkitab, dosa telah memisahkan manusia dari Sang Pencipta, dan tidak ada jalan bagi manusia untuk mencapai keselamatan melalui usaha sendiri. Oleh karena itu, Yesus datang sebagai penghubung yang memulihkan hubungan yang rusak tersebut.
Yesus sebagai Pengantara: Makna Teologis dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kristen
Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai Yesus sebagai Pengantara berdasarkan perspektif para pakar teologi, kitab-kitab suci, dan buku-buku teologi. Dengan gaya yang formal dan informatif, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai konsep ini dalam iman Kristen.

1. Definisi Yesus sebagai Pengantara dalam Teologi Kristen

Kata "pengantara" dalam konteks Kristen berasal dari bahasa Yunani mesitēs, yang secara harfiah berarti "perantara" atau "penengah." Dalam Ibrani 9:15 disebutkan, "Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah dipanggil dapat menerima janji bagian kekal, sebab Ia telah mati sebagai tebusan untuk pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama."

Menurut teolog John Calvin, fungsi Yesus sebagai Pengantara meliputi dua aspek: sebagai Imam Besar yang mempersembahkan korban dan sebagai Penebus yang membawa pengampunan dosa. Calvin menegaskan bahwa melalui pengorbanan-Nya, Yesus telah memperbaiki jurang pemisah yang disebabkan oleh dosa manusia.

Dr. Wayne Grudem dalam bukunya Systematic Theology menyatakan bahwa pengantaraan Yesus mencakup tiga peran utama yang dikenal sebagai officium triplex (tiga jabatan): Nabi, Imam, dan Raja. Sebagai Nabi, Yesus menyampaikan firman Allah. Sebagai Imam, Ia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penebus dosa. Dan sebagai Raja, Ia memerintah umat-Nya dengan kasih dan keadilan.

2. Landasan Alkitab tentang Yesus sebagai Pengantara

Alkitab menjelaskan secara gamblang bahwa Yesus berfungsi sebagai Pengantara. Beberapa ayat penting yang mendukung konsep ini antara lain:

  • 1 Timotius 2:5 (TB): "Karena Allah itu esa dan esa pula Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus."
  • Ibrani 8:6 (TB): "Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih mulia, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji-janji yang lebih tinggi."
  • Yohanes 14:6 (TB): "Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’"

Ayat-ayat ini menunjukkan peran unik Yesus sebagai satu-satunya jalan bagi manusia untuk dapat berhubungan kembali dengan Allah. Tidak ada makhluk lain yang memiliki kualifikasi untuk menjadi Pengantara yang sempurna selain Yesus Kristus, karena Dia adalah 100% Allah dan 100% manusia.

3. Makna Pengantaraan Yesus dalam Konteks Keselamatan

Makna teologis dari Yesus sebagai Pengantara terletak pada misi penebusan yang dilakukan-Nya di kayu salib. Menurut St. Anselmus dalam teorinya yang terkenal, Cur Deus Homo? (Mengapa Allah menjadi manusia?), dosa telah merusak hubungan antara Allah dan manusia, sehingga dibutuhkan suatu pengorbanan yang sempurna untuk memperbaikinya. Karena dosa manusia yang tak terhingga, hanya pengorbanan oleh Pribadi yang tak terhingga (yaitu Allah sendiri dalam bentuk manusia) yang dapat menebusnya.

Dengan menjadi Pengantara, Yesus membawa umat manusia kepada pendamaian dengan Allah. Dalam Roma 5:10, Rasul Paulus menulis, "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"

4. Peran Yesus sebagai Pengantara dalam Teologi Reformed dan Katolik

Teologi Kristen dari tradisi Reformed dan Katolik mengakui Yesus sebagai Pengantara, meskipun terdapat beberapa perbedaan interpretasi.

Dalam teologi Reformed, konsep pengantaraan Yesus berfokus pada doktrin sola Christus (hanya Kristus), yang menekankan bahwa hanya melalui Yesus, manusia dapat memperoleh keselamatan. Martin Luther, seorang tokoh Reformasi, menekankan bahwa tidak ada mediator lain selain Yesus, yang membuat manusia dapat mendekat kepada Allah tanpa perantara manusia atau lembaga gereja.

Sebaliknya, tradisi Katolik mempertahankan pemahaman bahwa Yesus adalah Pengantara yang utama, namun juga mengakui peran para kudus dan Bunda Maria sebagai pendoa syafaat. Dalam Lumen Gentium (dokumen Konsili Vatikan II), Gereja Katolik menyatakan bahwa Yesus tetap menjadi satu-satunya Pengantara yang mutlak, tetapi orang-orang kudus dapat berdoa bagi umat beriman sebagai bagian dari tubuh mistis Kristus.

5. Tiga Jabatan Yesus sebagai Pengantara: Nabi, Imam, dan Raja

Yesus berperan sebagai Pengantara melalui tiga jabatan yang sering disebut sebagai officium triplex:

  1. Yesus sebagai Nabi
    Yesus menyatakan firman Allah dengan sempurna, bukan hanya melalui pengajaran-Nya tetapi juga melalui kehidupan dan karya-Nya. Dalam Yohanes 1:1, Ia disebut sebagai Firman yang menjadi manusia. Sebagai Nabi, Yesus memberikan wahyu terakhir dan sempurna tentang Allah.

  2. Yesus sebagai Imam Besar
    Yesus berperan sebagai Imam Besar yang mempersembahkan korban, namun bukan korban binatang seperti dalam Perjanjian Lama, melainkan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna. Ibrani 7:25 menekankan bahwa Yesus selalu hidup untuk menjadi pendoa syafaat bagi kita.

  3. Yesus sebagai Raja
    Yesus sebagai Raja bukan hanya memerintah umat-Nya dengan kasih dan keadilan, tetapi juga memimpin mereka menuju Kerajaan Allah yang kekal. Dalam Filipi 2:9-11, Rasul Paulus menggambarkan bagaimana Yesus ditinggikan dan diberikan nama di atas segala nama, sehingga setiap lutut akan bertelut kepada-Nya.

6. Implikasi Praktis Yesus sebagai Pengantara dalam Kehidupan Kristen

Pemahaman bahwa Yesus adalah Pengantara memiliki implikasi praktis bagi kehidupan umat Kristen. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Dasar bagi Doa dan Penyembahan
    Yesus sebagai Pengantara menjadi alasan mengapa umat Kristen dapat berdoa dengan keyakinan. Dalam Ibrani 4:16, kita diundang untuk "menghampiri takhta kasih karunia dengan penuh keberanian" karena Yesus sebagai Imam Besar kita yang setia.

  2. Pengampunan dan Rekonsiliasi
    Yesus sebagai Pengantara memungkinkan adanya pengampunan dosa yang sejati. Sebagai akibatnya, umat Kristen dipanggil untuk hidup dalam kasih dan pengampunan terhadap sesama, sebagaimana Allah telah mengampuni kita di dalam Kristus (lihat Kolose 3:13).

  3. Kehidupan yang Berbuah dan Kudus
    Karena Yesus telah memperdamaikan kita dengan Allah, hidup kita seharusnya mencerminkan komitmen untuk mengikut Dia. Rasul Paulus menasihati dalam Roma 12:1-2 untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah.

Kesimpulan: Yesus sebagai Pengantara, Jalan yang Sempurna kepada Allah

Yesus sebagai Pengantara adalah inti dari pesan Injil. Tidak ada keselamatan di luar Kristus, karena Dia adalah satu-satunya jalan yang membawa kita kepada Allah. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus telah membuktikan kasih Allah yang tak terbatas dan membuka jalan bagi kita untuk memperoleh hidup yang kekal.

Sebagaimana tertulis dalam Ibrani 12:24, “...dan kepada Yesus, Pengantara dari perjanjian yang baru, dan kepada darah pemercikan yang berbicara lebih kuat daripada darah Habel.” Peran Yesus sebagai Pengantara adalah dasar yang kokoh bagi iman Kristen, yang menginspirasi kita untuk hidup dengan pengharapan yang tidak tergoyahkan.

Penutup

Artikel ini menyoroti betapa pentingnya memahami Yesus sebagai Pengantara bagi iman Kristen. Dengan landasan yang kuat dari Alkitab dan wawasan dari para pakar teologi, kita diingatkan untuk selalu menghampiri Allah dengan keberanian, karena Yesus telah membuka jalan bagi kita. Semoga refleksi ini memperdalam pemahaman kita tentang kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus, Sang Pengantara yang sempurna.

Next Post Previous Post