Yohanes 5:39-42: Kitab Suci yang Bersaksi tentang Kristus
Yohanes 5:39-42 adalah bagian penting dari percakapan Yesus dengan para pemimpin agama Yahudi. Dalam perikop ini, Yesus menegur mereka karena meskipun mereka rajin mempelajari Kitab Suci, mereka gagal memahami inti dari tulisan itu, yaitu kesaksian tentang diri-Nya sebagai Mesias. Ayat ini berbunyi:
"Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak menerima hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah."Artikel ini akan mengupas makna mendalam dari Yohanes 5:39-42, bagaimana Kitab Suci menjadi saksi tentang Kristus, serta pelajaran yang dapat diambil bagi kehidupan iman orang percaya.
Bagian 1: Konteks Yohanes 5:39-42
1. Latar Belakang Percakapan
Pasal 5 Injil Yohanes mencatat konfrontasi antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi setelah Ia menyembuhkan seorang lumpuh pada hari Sabat. Peristiwa ini memicu kemarahan mereka karena Yesus melanggar aturan Sabat dan menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, menjadikan diri-Nya setara dengan Allah (Yohanes 5:18).
Dalam tanggapan-Nya, Yesus menjelaskan hubungan-Nya dengan Allah Bapa dan memberikan kesaksian tentang otoritas-Nya sebagai Anak Allah. Salah satu kesaksian yang Ia tunjukkan adalah Kitab Suci, yang secara langsung dan tidak langsung berbicara tentang diri-Nya.
2. Kitab Suci dalam Tradisi Yahudi
Bagi orang Yahudi, Kitab Suci (khususnya Taurat dan tulisan para nabi) adalah pusat dari kehidupan keagamaan mereka. Mereka percaya bahwa mempelajari Kitab Suci dengan teliti adalah jalan menuju kehidupan kekal. Namun, dalam ayat ini, Yesus menunjukkan bahwa meskipun mereka rajin menyelidiki Kitab Suci, mereka kehilangan esensi utamanya, yaitu kesaksian tentang Kristus.
Bagian 2: Analisis Yohanes 5:39-42
1. “Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci...”
Yesus mengakui bahwa para pemimpin agama Yahudi tekun mempelajari Kitab Suci. Kata kerja "menyelidiki" dalam bahasa Yunani (ereunao) menunjukkan usaha yang intensif dan mendalam. Namun, penelitian mereka tidak menghasilkan pemahaman yang benar, karena mereka membaca Kitab Suci tanpa iman kepada Kristus.
Menurut D.A. Carson dalam The Gospel According to John, ayat ini menyoroti bahwa mempelajari Kitab Suci tanpa mengenal Kristus adalah usaha yang sia-sia, karena tujuan akhir dari tulisan-tulisan itu adalah untuk membawa orang kepada-Nya.
2. “...sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal.”
Orang Yahudi percaya bahwa dengan memahami dan menaati Kitab Suci, mereka akan memperoleh hidup kekal. Namun, Yesus menegaskan bahwa kehidupan kekal tidak ditemukan dalam Kitab Suci itu sendiri, melainkan dalam hubungan dengan Dia, yang menjadi inti dari pesan Kitab Suci.
3. “Tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku...”
Yesus menunjukkan bahwa Kitab Suci berbicara tentang diri-Nya, baik melalui nubuat langsung maupun bayangan (tipologi). Namun, para pemimpin agama Yahudi menolak untuk datang kepada-Nya karena hati mereka keras.
Teolog John Stott menulis bahwa masalah utama mereka bukanlah kurangnya pengetahuan, tetapi penolakan untuk tunduk pada kebenaran yang dinyatakan dalam Kitab Suci.
4. “Aku tidak menerima hormat dari manusia.”
Yesus menegaskan bahwa tujuan-Nya bukan untuk mencari pujian atau penghormatan dari manusia. Pernyataan ini menekankan ketulusan misi-Nya untuk menyatakan kebenaran dan memulihkan hubungan manusia dengan Allah.
5. “Di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.”
Yesus menyoroti bahwa penyebab utama kesalahan mereka adalah kurangnya kasih kepada Allah. Tanpa kasih kepada Allah, usaha mereka mempelajari Kitab Suci menjadi ritual kosong yang tidak membawa transformasi hati.
Bagian 3: Kitab Suci yang Bersaksi tentang Kristus
1. Kesaksian Langsung dalam Kitab Suci
Banyak nubuat dalam Perjanjian Lama secara langsung menunjuk kepada Mesias, seperti:
- Kejadian 3:15: Janji tentang keturunan perempuan yang akan menghancurkan kepala ular.
- Yesaya 53: Gambaran tentang Hamba yang Menderita.
- Mikha 5:2: Nubuat tentang kelahiran Mesias di Betlehem.
2. Tipologi dalam Kitab Suci
Selain nubuat langsung, banyak peristiwa, tokoh, dan institusi dalam Perjanjian Lama menjadi bayangan yang menunjuk kepada Kristus, seperti:
- Anak Domba Paskah (Keluaran 12): Simbol pengorbanan Kristus sebagai Anak Domba Allah.
- Tabut Perjanjian: Melambangkan kehadiran Allah yang sempurna dalam Yesus.
- Manna dari Surga (Keluaran 16): Yesus sebagai roti hidup yang datang dari surga (Yohanes 6:35).
3. Keseluruhan Narasi Kitab Suci
Alkitab secara keseluruhan adalah kisah penebusan yang berpuncak pada karya Kristus. Dalam Lukas 24:27, Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya di jalan ke Emaus bahwa seluruh Kitab Suci berbicara tentang diri-Nya.
Bagian 4: Prinsip Teologis dari Yohanes 5:39-42
1. Kitab Suci adalah Firman Allah yang Hidup
Kitab Suci bukan sekadar kumpulan tulisan kuno, tetapi Firman Allah yang hidup, yang memberikan kesaksian tentang Kristus dan membawa manusia kepada keselamatan. Dalam 2 Timotius 3:16, Paulus menulis bahwa semua tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar, menegur, dan membangun iman.
2. Hidup Kekal Hanya Melalui Kristus
Hidup kekal tidak ditemukan dalam hukum, tradisi, atau usaha manusia, tetapi dalam hubungan dengan Yesus Kristus. Dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”
3. Kasih kepada Allah adalah Dasar Iman
Tanpa kasih kepada Allah, agama menjadi ritual kosong. Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah adalah perintah terbesar (Matius 22:37-38) dan inti dari hubungan yang benar dengan Dia.
Bagian 5: Pandangan Teolog tentang Yohanes 5:39-42
1. Augustine: Kitab Suci sebagai Cermin Kristus
Augustine menulis bahwa setiap halaman Kitab Suci adalah cermin yang memantulkan Kristus. Menurutnya, memahami Kitab Suci tanpa mengenal Kristus adalah seperti membaca buku tanpa memahami makna isinya.
2. John Calvin: Hati yang Tertutup
Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa para pemimpin agama Yahudi gagal memahami Kitab Suci karena hati mereka keras. Dia menyoroti pentingnya pembaruan hati oleh Roh Kudus untuk melihat kebenaran dalam Firman Allah.
3. N.T. Wright: Narasi Penebusan
N.T. Wright menyoroti bahwa Kitab Suci adalah kisah besar tentang bagaimana Allah bekerja untuk menyelamatkan dunia melalui Yesus Kristus. Dia menekankan bahwa memahami narasi ini adalah kunci untuk mengerti pesan utama Alkitab.
Bagian 6: Relevansi Yohanes 5:39-42 bagi Orang Percaya Hari Ini
1. Pentingnya Memahami Inti Kitab Suci
Orang percaya dipanggil untuk mempelajari Alkitab dengan tujuan mengenal Kristus lebih dalam. Bacaan Alkitab tidak boleh menjadi ritual semata, tetapi sarana untuk membangun hubungan pribadi dengan Yesus.
2. Hidup dalam Kasih kepada Allah
Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah adalah inti iman yang sejati. Orang percaya harus memelihara kasih ini melalui doa, ibadah, dan ketaatan kepada Firman-Nya.
3. Menjadikan Kristus Pusat Segala Sesuatu
Kristus adalah inti dari Kitab Suci dan inti dari kehidupan iman. Orang percaya harus menjadikan Dia pusat dalam segala aspek hidup mereka, seperti yang ditegaskan Paulus dalam Filipi 1:21: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Bagian 7: Aplikasi Praktis Yohanes 5:39-42
1. Mempelajari Kitab Suci dengan Iman
Mempelajari Alkitab harus dilakukan dengan iman dan bimbingan Roh Kudus. Renungkan bagaimana setiap bagian Kitab Suci berbicara tentang Kristus dan rencana keselamatan-Nya.
2. Datang kepada Kristus untuk Hidup Kekal
Hidup kekal hanya ditemukan dalam hubungan dengan Kristus. Datanglah kepada-Nya melalui iman, doa, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya.
3. Hidup dalam Kasih dan Ketaatan
Kasih kepada Allah harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui ketaatan kepada Firman-Nya dan pelayanan kepada sesama.
Kesimpulan
Yohanes 5:39-42 mengingatkan kita bahwa Kitab Suci adalah kesaksian yang hidup tentang Kristus. Tanpa iman kepada-Nya, mempelajari Kitab Suci menjadi usaha yang sia-sia. Orang percaya dipanggil untuk menjadikan Kristus sebagai pusat dari pemahaman mereka tentang Firman Allah dan inti dari hidup mereka.
Baca Juga: Yohanes 5:37-38: Kesaksian Bapa tentang Anak
Melalui ayat ini, kita diajak untuk mengenal Kristus lebih dalam, hidup dalam kasih kepada Allah, dan berjalan dalam ketaatan kepada Firman-Nya. Dengan demikian, kita dapat mengalami hidup kekal yang dijanjikan-Nya dan menjadi saksi kasih dan kuasa-Nya di dunia.
Amin.