10 Implikasi dari Doa "Datanglah Kerajaan-Mu"(Matius 6:10)

Pendahuluan: 

Doa “Datanglah Kerajaan-Mu” adalah salah satu permohonan utama dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 6:10 dan Lukas 11:2. Frasa ini mengekspresikan kerinduan mendalam agar pemerintahan Allah yang sempurna dinyatakan di bumi seperti di surga. Namun, 
kalimat sederhana ini membawa kedalaman makna yang luas dan kaya.

10 Implikasi dari Doa "Datanglah Kerajaan-Mu"
Artikel ini akan membahas 10 implikasi teologis, praktis, dan eskatologis dari doa ini, dengan mengacu pada ayat-ayat Alkitab serta pandangan para pakar teologi terkenal.

1. Pengakuan Akan Kedaulatan Allah

Ketika kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu,” kita mengakui bahwa Allah adalah Raja atas segala ciptaan. Doa ini adalah deklarasi bahwa kita tunduk pada otoritas-Nya dan menyerahkan kehendak kita kepada kehendak-Nya.

Dasar Alkitabiah: Mazmur 103:19 menyatakan, “Tuhan sudah menegakkan takhta-Nya di sorga, dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.”

Pandangan Teologis: John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa doa ini memanggil kita untuk merenungkan kedaulatan Allah yang mutlak. Menurut Calvin, doa ini menanamkan penghormatan yang benar kepada Allah sebagai penguasa tertinggi yang memerintah dengan hikmat dan kasih.

2. Kehausan Akan Pemerintahan Kristus

Doa ini adalah seruan agar Kristus memerintah lebih nyata dalam kehidupan individu, gereja, dan masyarakat. Pemerintahan Kristus membawa damai sejahtera, keadilan, dan kebenaran.

Dasar Alkitabiah: Yesaya 9:6-7 berbicara tentang pemerintahan Mesias, yang penuh damai dan tidak akan berkesudahan.

Pandangan Teologis: N.T. Wright dalam Simply Jesus menyoroti bahwa permohonan ini adalah harapan akan tatanan baru di bawah pemerintahan Kristus, di mana dunia dipulihkan sesuai rancangan Allah.

3. Partisipasi Aktif dalam Misi Allah

Doa ini tidak hanya meminta Allah untuk bertindak, tetapi juga mengundang kita untuk menjadi agen Kerajaan-Nya di dunia. Ketika kita berdoa, kita dipanggil untuk membawa nilai-nilai kerajaan seperti kasih, keadilan, dan kerendahan hati dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dasar Alkitabiah: Matius 28:19-20 memerintahkan murid-murid untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus, yang merupakan bagian dari menghadirkan Kerajaan Allah di bumi.

Pandangan Teologis: David Bosch dalam Transforming Mission menulis bahwa doa ini melibatkan gereja dalam misi Allah untuk membawa transformasi dunia sesuai dengan visi kerajaan-Nya.

4. Penantian Eskatologis Akan Penggenapan Akhir Zaman

Permohonan ini mencerminkan kerinduan eskatologis akan kedatangan Kristus kembali untuk memulihkan segala sesuatu. Ini mengarahkan hati kita pada pengharapan akhir ketika Allah akan berkuasa sepenuhnya di langit dan di bumi.

Dasar Alkitabiah: Wahyu 21:1-4 menggambarkan langit dan bumi yang baru, di mana Kerajaan Allah hadir sepenuhnya.

Pandangan Teologis: Anthony Hoekema dalam The Bible and the Future menegaskan bahwa doa ini adalah deklarasi iman kepada janji Allah tentang masa depan di mana Kristus akan memerintah dalam kemuliaan.

5. Penolakan terhadap Sistem Dunia yang Berdosa

Doa ini adalah pernyataan bahwa kita tidak puas dengan dunia yang dikuasai oleh dosa, ketidakadilan, dan kejahatan. Kita meminta Allah untuk menggantikan sistem dunia yang rusak dengan pemerintahan-Nya yang kudus dan sempurna.

Dasar Alkitabiah: Roma 12:2 memanggil orang percaya untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan untuk diperbarui dalam pikiran mereka.

Pandangan Teologis: Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship menulis bahwa doa ini menuntut komitmen radikal untuk menolak kompromi dengan kejahatan dunia dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

6. Kerinduan Akan Keadilan dan Perdamaian

Kerajaan Allah adalah kerajaan keadilan dan damai sejahtera. Ketika kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu,” kita memohon agar Allah memulihkan keadilan dan mendamaikan konflik di dunia.

Dasar Alkitabiah: Mikha 6:8 menegaskan bahwa Allah menghendaki keadilan, kasih setia, dan hidup dalam kerendahan hati di hadapan-Nya.

Pandangan Teologis: Walter Brueggemann dalam Peace menyatakan bahwa doa ini adalah seruan profetik untuk dunia yang adil dan damai, di mana kehadiran Allah memulihkan hubungan yang rusak.

7. Panggilan untuk Hidup dalam Ketaatan

Doa ini membawa implikasi bahwa kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah. Kerajaan Allah hadir di mana kehendak-Nya ditaati dengan sukarela oleh umat-Nya.

Dasar Alkitabiah: Yohanes 14:15 menyatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Pandangan Teologis: Dallas Willard dalam The Divine Conspiracy menjelaskan bahwa doa ini menuntut keselarasan hidup kita dengan nilai-nilai kerajaan, yang mencakup kasih, integritas, dan ketaatan kepada firman-Nya.

8. Pengharapan akan Pembaruan Semua Ciptaan

Kerajaan Allah mencakup pembaruan seluruh ciptaan. Ketika kita berdoa, kita meminta Allah untuk memulihkan dunia yang rusak oleh dosa, menciptakan kembali langit dan bumi yang baru.

Dasar Alkitabiah: Roma 8:19-21 berbicara tentang seluruh ciptaan yang rindu akan pembebasan dari perbudakan dosa.

Pandangan Teologis: Jurgen Moltmann dalam The Theology of Hope menekankan bahwa doa ini mengarahkan perhatian kita pada janji Allah untuk memperbarui dan memulihkan seluruh ciptaan-Nya dalam kemuliaan.

9. Kesadaran Akan Keterbatasan Manusia

Doa ini mengingatkan kita bahwa manusia tidak mampu membawa kedamaian dan keadilan sejati tanpa Allah. Kita mengakui bahwa hanya Allah yang dapat mendirikan kerajaan yang sempurna.

Dasar Alkitabiah: Mazmur 127:1 menyatakan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”

Pandangan Teologis: Augustine dari Hippo dalam City of God membandingkan Kerajaan Allah dengan kerajaan manusia yang fana dan cacat, menegaskan bahwa hanya pemerintahan Allah yang dapat memenuhi kerinduan terdalam manusia.

10. Transformasi Hati dan Komunitas

Permohonan ini tidak hanya meminta transformasi dunia, tetapi juga transformasi hati manusia dan komunitas gereja. Doa ini mengarahkan kita untuk menjadi alat Allah dalam memperluas Kerajaan-Nya melalui kasih dan pelayanan.

Dasar Alkitabiah: Efesus 2:10 mengajarkan bahwa kita adalah ciptaan baru dalam Kristus, dipanggil untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan bagi kita.

Pandangan Teologis: Richard Foster dalam Prayer: Finding the Heart's True Home menulis bahwa doa ini menuntut komitmen terhadap pembaruan pribadi dan komunal, di mana gereja menjadi ekspresi Kerajaan Allah di dunia.

Kesimpulan

Doa “Datanglah Kerajaan-Mu”(Matius 6:10) adalah ungkapan iman yang dalam, pengharapan yang teguh, dan panggilan untuk bertindak. Doa ini mengajarkan kita untuk merindukan pemerintahan Allah, berpartisipasi dalam misi-Nya, dan hidup dalam ketaatan kepada kehendak-Nya. Sambil kita menantikan penggenapan akhir Kerajaan Allah, doa ini menginspirasi kita untuk menjadi saksi dan agen transformasi di dunia.

Dengan setiap doa, kiranya kita semakin dikuatkan untuk menjalani hidup yang memuliakan Allah dan membawa Kerajaan-Nya semakin nyata di bumi seperti di surga. Amin.

Next Post Previous Post