Yesus Meramalkan Pengkhianatan Yudas: Yohanes 6:70-71

Yesus Meramalkan Pengkhianatan Yudas: Yohanes 6:70-71
Pendahuluan:

"Yesus menjawab mereka, 'Bukankah Aku sendiri yang memilih kamu, dua belas orang ini? Meski demikian, salah satu dari kamu adalah Iblis.' Yang Dia maksud adalah Yudas, anak Simon Iskariot, sebab Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid itu, tetapi dia akan mengkhianati Yesus." (Yohanes 6:70-71, AYT).

Dalam Yohanes 6:70-71, Yesus mengungkapkan bahwa salah satu dari kedua belas murid yang dipilih-Nya akan mengkhianati Dia. Pernyataan ini, yang langsung mengacu pada Yudas Iskariot, penuh dengan makna teologis dan emosional. Ayat ini tidak hanya menunjukkan pengetahuan Yesus yang sempurna tentang masa depan tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang kehendak Allah, 
dosa, dan kasih karunia.

Artikel ini akan menggali konteks ayat ini, makna teologisnya, pandangan para pakar, serta relevansinya bagi kehidupan orang percaya.

1. Konteks Yohanes 6:70-71

Pasal 6 dalam Injil Yohanes dimulai dengan mukjizat pemberian makan lima ribu orang dan diakhiri dengan diskusi teologis yang mendalam tentang Yesus sebagai roti hidup. Namun, diskusi ini menyebabkan banyak pengikut meninggalkan Yesus karena ajaran-Nya dianggap terlalu sulit (Yohanes 6:66).

Ketika Yesus bertanya kepada kedua belas murid apakah mereka juga ingin pergi, Petrus menyatakan kesetiaan mereka: "Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal" (Yohanes 6:68). Dalam konteks inilah Yesus menjawab dengan pernyataan mengejutkan bahwa salah satu dari mereka adalah "Iblis."

2. Pemilihan Kedua Belas Murid

"Bukankah Aku sendiri yang memilih kamu, dua belas orang ini?"

Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa Dia secara pribadi telah memilih mereka untuk menjadi bagian dari lingkaran terdekat-Nya. Namun, di tengah pilihan ini, terdapat paradoks besar: Yudas, yang dipilih oleh Yesus, akan mengkhianati-Nya.

Pandangan Pakar:

  • Leon Morris menyoroti bahwa pemilihan kedua belas murid ini adalah tindakan ilahi. Meski demikian, Yudas dipilih bukan karena kekudusan atau kesetiaannya, tetapi karena Allah akan menggenapi rencana-Nya melalui pengkhianatan tersebut.
  • D.A. Carson, dalam komentarnya, menyebutkan bahwa pemilihan Yudas menunjukkan bahwa Yesus sepenuhnya mengetahui pengkhianatan yang akan terjadi tetapi tetap mengizinkan hal itu terjadi demi penggenapan kehendak Allah.

Implikasi:
Pemilihan Yudas menunjukkan bahwa Allah dapat menggunakan bahkan mereka yang tidak setia untuk menggenapi rencana-Nya yang sempurna. Hal ini mengingatkan orang percaya bahwa rencana Allah tidak pernah gagal, bahkan di tengah pengkhianatan atau penderitaan.

3. Yudas sebagai "Iblis"

"Meski demikian, salah satu dari kamu adalah Iblis."

Pernyataan Yesus ini adalah salah satu pernyataan paling keras dalam Injil. Kata "Iblis" (diabolos) dalam bahasa Yunani berarti "pendakwa" atau "penuduh." Ini menunjukkan bahwa Yudas tidak hanya akan mengkhianati Yesus, tetapi juga telah menyerahkan dirinya kepada pengaruh Iblis.

Pandangan Pakar:

  • William Barclay menekankan bahwa istilah "Iblis" di sini tidak menunjukkan bahwa Yudas adalah Iblis secara harfiah, tetapi bahwa dia menjadi alat yang dipakai Iblis untuk melawan Yesus.
  • R.C. Sproul mencatat bahwa pernyataan ini menunjukkan bahwa dosa Yudas bukanlah kecelakaan atau keputusan impulsif, tetapi hasil dari hati yang keras dan tunduk pada kejahatan.

Aplikasi Teologis:
Yesus menyebut Yudas "Iblis" untuk menunjukkan sifat spiritual dari pengkhianatan ini. Hal ini mengingatkan orang percaya bahwa dosa dan pemberontakan terhadap Allah tidak hanya memiliki dimensi manusiawi tetapi juga dimensi rohani yang serius.

4. Pengkhianatan yang Diketahui dari Awal

"Yang Dia maksud adalah Yudas, anak Simon Iskariot, sebab Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid itu, tetapi dia akan mengkhianati Yesus."

Pengkhianatan Yudas bukanlah kejutan bagi Yesus. Sebaliknya, ini adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang lebih besar. Bahkan sebelum pengkhianatan itu terjadi, Yesus telah mengetahuinya dan membicarakannya.

Pandangan Pakar:

  • John Calvin menekankan bahwa pengetahuan Yesus tentang pengkhianatan Yudas menunjukkan keilahian-Nya. Namun, Calvin juga menyoroti tanggung jawab Yudas sebagai individu yang memilih untuk mengkhianati Yesus.
  • F.F. Bruce menunjukkan bahwa pengkhianatan Yudas adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama, seperti yang dinyatakan dalam Mazmur 41:10: "Bahkan sahabatku sendiri, yang aku percayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya melawan aku."

5. Dimensi Kehendak Bebas dan Kedaulatan Allah

Pernyataan Yesus tentang Yudas mengangkat pertanyaan penting tentang hubungan antara kehendak bebas manusia dan kedaulatan Allah. Jika Yesus mengetahui pengkhianatan Yudas sejak awal, apakah Yudas benar-benar memiliki pilihan?

Pandangan Pakar:

  • Wayne Grudem, dalam Systematic Theology, menjelaskan bahwa kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Yudas sepenuhnya bertanggung jawab atas pilihannya, meskipun pilihannya telah diketahui dan digunakan oleh Allah untuk menggenapi rencana-Nya.
  • N.T. Wright mencatat bahwa pengkhianatan Yudas adalah salah satu contoh bagaimana Allah menggunakan kejahatan manusia untuk membawa kebaikan yang lebih besar, yaitu keselamatan melalui salib Kristus.

Refleksi:
Pengkhianatan Yudas menunjukkan misteri hubungan antara kehendak bebas dan kedaulatan Allah. Orang percaya dipanggil untuk mempercayai bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk situasi yang tampaknya penuh dengan pengkhianatan atau ketidakadilan.

6. Relevansi bagi Orang Kristen

Pernyataan Yesus tentang pengkhianatan Yudas memberikan beberapa pelajaran penting bagi kehidupan rohani orang percaya:

A. Waspada terhadap Hati yang Tergoda oleh Dosa

Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid, tetapi ia menyerahkan hatinya kepada Iblis. Hal ini mengingatkan orang percaya bahwa kedekatan dengan Yesus secara fisik tidak menjamin kesetiaan.

1 Korintus 10:12:
"Sebab itu, siapa yang mengira bahwa ia berdiri teguh, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh."

B. Kasih Karunia Allah yang Sabar

Yesus mengetahui pengkhianatan Yudas sejak awal, tetapi Dia tetap memperlakukan Yudas dengan kasih dan kesabaran. Hal ini menunjukkan panjang sabar Allah terhadap manusia, bahkan terhadap mereka yang memberontak kepada-Nya.

C. Menyerahkan Kepercayaan kepada Kedaulatan Allah

Meskipun pengkhianatan Yudas tampaknya seperti kegagalan, Allah menggunakannya untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya. Hal ini mengingatkan orang percaya bahwa Allah dapat menggunakan bahkan situasi terburuk untuk membawa kebaikan.

7. Kontras antara Yudas dan Petrus

Yudas bukan satu-satunya murid yang mengkhianati Yesus. Petrus juga menyangkal Yesus tiga kali. Namun, respons mereka terhadap dosa sangat berbeda:

  • Yudas: Menyerah kepada keputusasaan dan akhirnya mengambil nyawanya sendiri (Matius 27:3-5).
  • Petrus: Bertobat dan dipulihkan oleh Yesus (Yohanes 21:15-19).

Pelajaran:
Allah memanggil orang percaya untuk bertobat daripada menyerah pada keputusasaan. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh kasih karunia Allah.

Kesimpulan

Yohanes 6:70-71 adalah pengingat yang kuat akan pengetahuan Yesus yang sempurna, kedaulatan Allah, dan kesetiaan yang dituntut dari setiap orang percaya. Pengkhianatan Yudas menunjukkan betapa dalamnya dosa manusia, tetapi juga betapa agungnya kasih dan rencana Allah.

Baca Juga: Pengakuan Baru Petrus: Yohanes 6:67-69

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup setia, waspada terhadap godaan dosa, dan percaya bahwa Allah dapat menggunakan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya. Kiranya hidup kita menjadi persembahan yang memuliakan Tuhan, yang telah memilih kita untuk menjadi bagian dari rencana-Nya yang kekal.

Next Post Previous Post