Allah Memilih Yakub: Kasih Karunia yang Berdaulat dan Rencana Penebusan

Allah Memilih Yakub: Kasih Karunia yang Berdaulat dan Rencana Penebusan

Pendahuluan:

Kisah tentang Yakub adalah salah satu bagian yang paling menarik dalam narasi Alkitab. Sebagai anak Ishak dan cucu Abraham, Yakub dipilih Allah untuk melanjutkan perjanjian-Nya yang kekal. Namun, pemilihan Yakub penuh dengan dinamika yang mencerminkan sifat Allah yang berdaulat dan kasih karunia-Nya yang tidak berdasarkan perbuatan manusia.

Pemilihan Yakub atas Esau, yang tercatat dalam Kejadian 25:19-34 dan ditegaskan dalam Roma 9:10-13, menyoroti kedaulatan Allah dalam rencana-Nya untuk membawa keselamatan bagi dunia. Yakub, meskipun dikenal dengan karakter yang penuh kelemahan, dipilih bukan karena kelebihan pribadinya, tetapi semata-mata oleh kasih karunia Allah.

Artikel ini akan menguraikan tema "Allah Memilih Yakub" dengan membahas teks-teks utama, pandangan teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, serta implikasi teologis dan praktis dari kisah ini bagi kehidupan Kristen masa kini.

1. Pemilihan Yakub dalam Narasi Alkitab

a. Janji kepada Ribka: "Yang Tua Akan Melayani yang Muda"

Pemilihan Yakub atas Esau pertama kali dinyatakan oleh Allah kepada Ribka saat ia mengandung kedua anak kembar tersebut. Dalam Kejadian 25:23 (TB), Allah berfirman:"Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; yang satu bangsa akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."

Janji ini menetapkan bahwa Yakub, meskipun lahir sebagai anak kedua, akan menjadi pewaris perjanjian Allah, menggantikan Esau. Ini adalah tindakan kedaulatan Allah yang melampaui norma manusia.

Herman Bavinck menulis:"Pemilihan Yakub menunjukkan bahwa Allah bekerja bukan berdasarkan kebiasaan manusia, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri yang berdaulat, untuk menunjukkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah hasil kasih karunia-Nya."

b. Konflik antara Yakub dan Esau

Kisah Yakub dan Esau menunjukkan dinamika yang kompleks antara dua saudara ini. Yakub, yang namanya berarti "penipu" atau "yang memegang tumit," mengambil hak kesulungan Esau dengan semangkuk makanan (Kejadian 25:29-34) dan kemudian, dengan bantuan ibunya Ribka, mencuri berkat dari ayahnya Ishak (Kejadian 27).

Meskipun tindakan Yakub sering kali penuh dengan tipu daya, Allah tetap memegang janji-Nya untuk memilih Yakub sebagai pewaris perjanjian. Louis Berkhof mencatat bahwa pemilihan Allah tidak tergantung pada karakter atau moralitas manusia, tetapi pada kasih karunia-Nya yang berdaulat.

2. Pemilihan Yakub: Bukti Kedaulatan Allah

a. Allah Memilih Sebelum Mereka Lahir

Dalam Roma 9:11-13, Paulus menegaskan bahwa pemilihan Yakub atas Esau terjadi sebelum mereka lahir dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik atau jahat:"Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat--supaya rencana Allah tentang pemilihan berdasarkan kasih karunia-Nya tetap berlaku, bukan berdasarkan perbuatan--dikatakan kepada Ribka: Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda, seperti ada tertulis: Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."

Ayat ini menekankan bahwa pemilihan Yakub adalah tindakan Allah yang bebas dan berdaulat, tanpa mempertimbangkan perbuatan manusia.

John Calvin menulis:"Pemilihan Allah tidak pernah didasarkan pada jasa manusia, melainkan pada kehendak-Nya yang bebas. Dalam kasus Yakub dan Esau, Allah menunjukkan bahwa kasih karunia-Nya tidak tergantung pada usaha manusia, tetapi sepenuhnya berasal dari diri-Nya."

b. Kasih Karunia Allah yang Tidak Layak Diterima

Pemilihan Yakub mencerminkan sifat kasih karunia Allah yang diberikan kepada mereka yang tidak layak menerimanya. Yakub, dengan semua kelemahan dan dosa-dosanya, tetap dipilih untuk menjadi alat Allah dalam melanjutkan rencana keselamatan.

R.C. Sproul menulis:"Pemilihan Yakub adalah contoh sempurna dari kasih karunia Allah yang tidak layak diterima. Ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak memilih kita karena kebaikan kita, tetapi karena Dia berkehendak untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita."

3. Perjanjian Allah dengan Yakub

a. Pengulangan Janji Abraham

Allah memperbarui perjanjian-Nya dengan Yakub dalam beberapa momen penting dalam hidupnya. Salah satunya adalah di Betel, ketika Yakub bermimpi tentang tangga yang menghubungkan bumi dan surga (Kejadian 28:10-22). Dalam mimpi ini, Allah berkata:"Aku Tuhan, Allah Abraham, nenek moyangmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu." (Kejadian 28:13, TB)

Janji ini mengulangi janji yang diberikan kepada Abraham, menegaskan bahwa Yakub adalah pewaris perjanjian yang membawa berkat bagi bangsa-bangsa.

b. Transformasi Hidup Yakub

Perjumpaan Yakub dengan Allah di Betel dan pergumulannya dengan Allah di sungai Yabok (Kejadian 32:22-32) adalah titik balik dalam hidupnya. Dalam pergumulan ini, Allah mengubah namanya menjadi Israel, yang berarti "yang bergumul dengan Allah."

Herman Bavinck menulis:"Transformasi Yakub menjadi Israel adalah simbol dari kasih karunia Allah yang bekerja dalam hidup manusia, mengubah kelemahan dan dosa menjadi kekuatan untuk melayani rencana-Nya."

4. Yakub dan Hubungan dengan Kristus

a. Yakub sebagai Pewaris Perjanjian Kristus

Sebagai bagian dari garis keturunan Abraham, Yakub adalah nenek moyang Yesus Kristus menurut daging (Matius 1:2). Pemilihan Yakub sebagai pewaris perjanjian Allah merupakan langkah penting dalam rencana penebusan yang akan mencapai puncaknya dalam kedatangan Kristus.

Louis Berkhof mencatat bahwa janji kepada Yakub, seperti janji kepada Abraham dan Ishak, digenapi secara penuh dalam Kristus, yang membawa berkat keselamatan bagi semua bangsa.

b. Tangga Yakub sebagai Gambaran Kristus

Mimpi Yakub tentang tangga yang menghubungkan bumi dan surga dalam Kejadian 28 sering kali dianggap sebagai gambaran Kristus. Dalam Yohanes 1:51, Yesus berkata:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

R.C. Sproul menjelaskan bahwa Kristus adalah penghubung antara Allah dan manusia, yang memungkinkan persekutuan dengan Allah melalui karya penebusan-Nya.

5. Implikasi Pemilihan Yakub bagi Kehidupan Kristen

a. Keselamatan Berdasarkan Kasih Karunia

Kisah Yakub mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah yang berdaulat, bukan usaha manusia. Dalam Efesus 2:8-9 (TB), Paulus berkata:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."

John Calvin menekankan bahwa pemilihan Yakub adalah bukti bahwa keselamatan tidak pernah tergantung pada usaha manusia, tetapi pada kehendak Allah yang berdaulat.

b. Transformasi oleh Kasih Karunia Allah

Seperti Yakub yang diubah menjadi Israel, orang percaya dipanggil untuk mengalami transformasi oleh kasih karunia Allah. Ini melibatkan pertobatan, pembaruan hati, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Baca Juga: The Holy Exercise of Fasting: Reformed Theology

c. Panggilan untuk Hidup dalam Perjanjian

Sebagai umat perjanjian, orang percaya dipanggil untuk hidup setia kepada Allah, memegang janji-Nya, dan menjadi saluran berkat bagi dunia. Dalam 1 Petrus 2:9 (TB), kita membaca:"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri."

Kesimpulan

Pemilihan Yakub adalah salah satu contoh paling jelas dari kedaulatan Allah dan kasih karunia-Nya yang berdaulat. Dalam kisah ini, kita melihat bahwa Allah memilih bukan berdasarkan kebaikan manusia, tetapi karena kehendak-Nya yang bebas dan kasih karunia-Nya yang tidak layak diterima.

Dalam perspektif teologi Reformed, kisah Yakub mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman, ketaatan, dan transformasi oleh kasih karunia Allah, sambil memegang teguh janji-Nya yang kekal di dalam Kristus.

Catatan: Kiranya kita belajar dari kisah Yakub untuk mengandalkan kasih karunia Allah dan hidup dalam ketaatan kepada rencana-Nya yang mulia.

Next Post Previous Post