Ibrani 11:13-16: Iman yang Sabar dan Penuh Pengharapan
Pendahuluan:
Ibrani 11:13-16 (AYT):"Dalam iman, semua ini mati tanpa menerima apa yang dijanjikan, tetapi mereka melihatnya dari jauh dan menyambutnya. Mereka mengakui bahwa mereka adalah orang-orang asing dan pendatang di bumi. Karena orang-orang yang berkata demikian menunjukkan bahwa mereka sedang mencari tanah air. Jika mereka telah mengingat tanah asal mereka, mereka mempunyai kesempatan untuk kembali ke sana. Akan tetapi, sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Oleh karena itu, Allah tidak malu disebut Allah mereka karena Ia telah menyediakan sebuah kota bagi mereka."
Pasal ini adalah bagian dari "Pasal Iman" dalam kitab Ibrani yang mencatat tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Abel, Abraham, dan Sarah sebagai contoh iman yang sabar dan penuh pengharapan. Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa iman bukan hanya tentang melihat hasil langsung, tetapi juga percaya kepada janji Allah yang mungkin digenapi di luar masa hidup kita.
Artikel ini akan menguraikan ayat-ayat ini secara mendalam dari perspektif teologi Reformed, menyoroti pandangan beberapa pakar, dan bagaimana iman yang sabar dan penuh pengharapan relevan bagi orang percaya di masa kini.
1. Konteks Ibrani 11:13-16
a. Latar Belakang Kitab Ibrani
Kitab Ibrani ditulis untuk jemaat Kristen Yahudi yang menghadapi penganiayaan dan godaan untuk kembali ke Yudaisme. Penulis kitab ini berusaha menguatkan iman mereka dengan menunjukkan keunggulan Kristus dan memberikan contoh-contoh iman yang tetap bertahan meskipun tidak melihat penggenapan janji Allah secara langsung.
b. Fokus pada Iman Tokoh Perjanjian Lama
Ayat-ayat ini berbicara tentang tokoh-tokoh seperti Abel, Abraham, dan Sarah yang hidup dengan iman, percaya pada janji Allah meskipun mereka tidak melihatnya sepenuhnya dalam hidup mereka. Iman mereka tidak hanya berfokus pada dunia ini tetapi melampaui batas waktu, mengarah pada pengharapan kekal.
2. Uraian Ayat
a. "Dalam iman, semua ini mati tanpa menerima apa yang dijanjikan" (Ibrani 11:13)
Iman yang Melampaui Kehidupan Duniawi
Ayat ini menyoroti bahwa tokoh-tokoh iman meninggal tanpa menerima janji Allah secara penuh, tetapi mereka tetap percaya. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan pengharapan eskatologis yang berpusat pada janji Allah tentang keselamatan dan pemulihan.Pengakuan akan Ketergantungan pada Allah
Mereka mengandalkan karakter Allah yang setia, bukan pada keadaan di sekitar mereka. John Calvin menulis:"Iman sejati adalah percaya pada janji Allah, meskipun semua bukti lahiriah tampak bertentangan dengan penggenapannya."
b. "Mereka mengakui bahwa mereka adalah orang-orang asing dan pendatang di bumi" (Ibrani 11:13)
Identitas sebagai Pendatang
Para tokoh iman menyadari bahwa mereka hanyalah pendatang di bumi ini, menunjukkan fokus mereka pada kekekalan. Ini mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah rumah akhir kita, tetapi kita menantikan kota surgawi yang dijanjikan Allah.Kerendahan Hati dan Ketergantungan
Dalam teologi Reformed, pengakuan ini mencerminkan kerendahan hati dan penyerahan total kepada Allah. Herman Bavinck menyebutkan bahwa iman sejati selalu diarahkan pada tujuan akhir umat manusia, yaitu hidup bersama Allah dalam kekekalan.
c. "Sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi" (Ibrani 11:16)
Pengharapan pada Tanah Air Surgawi
Para tokoh iman tidak hanya menginginkan janji duniawi tetapi merindukan sesuatu yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Ini adalah bukti iman mereka yang fokus pada kekekalan, bukan pada hal-hal fana.Kasih Karunia Allah dalam Menyediakan Kota Surgawi
Allah tidak malu disebut Allah mereka karena Ia telah menyediakan kota bagi mereka. Dalam pandangan Reformed, ini menunjukkan anugerah Allah yang mempersiapkan tempat bagi umat-Nya, meskipun mereka tidak layak berdasarkan perbuatan mereka.
3. Tafsiran dalam Teologi Reformed
a. Pengharapan Eskatologis
Teologi Reformed menekankan bahwa iman tokoh-tokoh Perjanjian Lama berakar pada pengharapan eskatologis, yaitu janji Allah yang melampaui batas waktu. R.C. Sproul menyatakan:"Iman sejati adalah iman yang memandang ke depan, percaya pada janji Allah tentang pemulihan yang sempurna di dalam Kristus."
b. Kedaulatan Allah dalam Penggenapan Janji
Kisah Abraham dan Sarah menunjukkan bahwa penggenapan janji Allah sepenuhnya bergantung pada kedaulatan-Nya. Janji tentang keturunan yang banyak dan tanah perjanjian tidak terwujud sepenuhnya dalam hidup mereka tetapi digenapi melalui sejarah keselamatan.
c. Iman yang Berakar pada Kasih Karunia
John Calvin menekankan bahwa iman Abraham, Sarah, dan tokoh lainnya adalah respons terhadap kasih karunia Allah. Ia menulis:"Iman adalah alat yang dengannya kita menerima janji Allah, tetapi itu tidak berasal dari kita sendiri; itu adalah pemberian Allah."
4. Aplikasi Praktis
a. Hidup dengan Pengharapan Kekal
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan pengharapan pada janji kekal Allah, bukan hanya pada hal-hal duniawi. Ini berarti menjalani kehidupan dengan fokus pada tujuan akhir kita, yaitu hidup bersama Allah dalam kekekalan.
b. Menantikan Janji Allah dengan Sabar
Kisah Abraham, Sarah, dan tokoh lainnya mengajarkan kita untuk menantikan janji Allah dengan sabar. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti percaya bahwa Allah akan menggenapi rencana-Nya pada waktu yang tepat.
c. Mengakui Identitas Kita sebagai Pendatang
Seperti para tokoh iman, kita harus mengakui bahwa kita adalah pendatang di dunia ini. Hal ini mengarahkan kita untuk tidak melekat pada kenyamanan duniawi tetapi hidup dengan fokus pada kekekalan.
5. Pandangan Pakar Teologi Reformed
a. John Calvin
Calvin menyoroti bahwa iman para tokoh Perjanjian Lama adalah iman yang sepenuhnya percaya pada janji Allah meskipun mereka tidak melihat penggenapannya. Ia berkata:"Iman adalah keyakinan pada janji Allah yang melampaui batas waktu dan ruang."
b. Herman Bavinck
Bavinck mencatat bahwa pengharapan eskatologis adalah inti dari iman Kristen. Ia menulis:"Kisah Abraham dan Sarah mengajarkan bahwa pengharapan kita bukan pada dunia ini tetapi pada kota yang dirancang oleh Allah."
c. R.C. Sproul
Sproul menyebutkan bahwa iman yang sabar dan penuh pengharapan adalah bukti pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya.
6. Relevansi Ibrani 11:13-16 bagi Gereja Modern
a. Menguatkan Iman di Tengah Kesulitan
Gereja modern menghadapi berbagai tantangan, tetapi iman tokoh-tokoh Perjanjian Lama mengingatkan kita untuk tetap percaya pada Allah, meskipun janji-Nya tampak jauh dari kenyataan.
b. Mengarahkan Fokus pada Kekekalan
Gereja dipanggil untuk mengarahkan anggotanya pada pengharapan kekal, mengingatkan mereka bahwa dunia ini bukanlah rumah akhir mereka.
c. Menyaksikan Janji Allah kepada Dunia
Gereja harus menjadi saksi bagi dunia tentang kesetiaan Allah, menunjukkan bahwa iman kepada-Nya membawa pengharapan yang melampaui batas dunia ini.
Kesimpulan
Ibrani 11:13-16 mengajarkan bahwa iman yang sejati adalah iman yang sabar dan penuh pengharapan. Tokoh-tokoh seperti Abraham, Sarah, dan Abel adalah contoh bagaimana iman memandang melampaui kehidupan duniawi, menantikan penggenapan janji Allah dalam kekekalan.
Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan pengharapan eskatologis, kedaulatan Allah dalam penggenapan janji, dan kasih karunia-Nya yang memampukan umat-Nya untuk hidup dengan iman.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan pengharapan kekal, menantikan janji Allah dengan sabar, dan bersaksi tentang kesetiaan-Nya kepada dunia.