Lukas 19:10: Sebuah Studi Teologi tentang Misi dan Keselamatan
Pendahuluan:
“Sebab, Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10, AYT)
Ayat ini adalah pernyataan yang kuat tentang misi Yesus di dunia. Lukas 19:10 muncul sebagai klimaks dari kisah pertemuan Yesus dengan Zakheus, pemungut cukai yang bertobat setelah bertemu Sang Juruselamat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pandangan beberapa pakar teologi mengenai ayat ini, membahas maknanya dalam konteks keselamatan, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.
1. Konteks Narasi: Kisah Zakheus sebagai Ilustrasi Misi Kristus
Dr. Craig Keener, seorang teolog Perjanjian Baru, menyoroti bahwa konteks ayat ini adalah kisah Zakheus, seorang pemungut cukai kaya yang dihina oleh masyarakat Yahudi. Zakheus dianggap sebagai "orang yang hilang" dalam pengertian sosial dan spiritual. Namun, Yesus menunjukkan kasih dan penerimaan dengan mengunjungi rumah Zakheus.
Menurut Keener, tindakan Yesus menunjukkan bahwa misi-Nya adalah untuk melampaui batas-batas sosial dan agama demi menyelamatkan mereka yang dianggap terbuang. Zakheus, sebagai perwakilan "yang hilang," menjadi bukti nyata bahwa keselamatan adalah anugerah bagi semua orang yang merespons panggilan Tuhan.
2. Anak Manusia: Sebuah Gelar Mesianis
Dr. N.T. Wright, seorang teolog terkemuka, menyoroti penggunaan gelar "Anak Manusia" dalam Lukas 19:10. Gelar ini tidak hanya mengacu pada kemanusiaan Yesus, tetapi juga menekankan identitas-Nya sebagai Mesias. Dalam tradisi Yahudi, istilah ini merujuk pada tokoh ilahi dalam kitab Daniel 7:13-14 yang menerima kekuasaan dari Allah untuk memerintah dunia.
Menurut Wright, Lukas 19:10 menghubungkan misi Yesus dengan penggenapan nubuat mesianis. Yesus datang sebagai Anak Manusia yang memiliki otoritas untuk menyelamatkan dunia dan membawa kerajaan Allah ke tengah-tengah umat manusia.
3. "Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang"
John Stott, seorang teolog injili, menjelaskan bahwa frase "yang hilang" dalam Lukas 19:10 mencakup dimensi moral, spiritual, dan eksistensial. Manusia yang hilang adalah mereka yang terpisah dari Allah karena dosa. Yesus datang untuk memulihkan hubungan ini melalui karya penebusan-Nya di salib.
Stott juga menekankan bahwa misi Yesus untuk "mencari" menunjukkan inisiatif Allah dalam mendekati manusia. Allah tidak menunggu manusia mencari-Nya, tetapi justru mengambil langkah pertama dengan mengutus Yesus ke dunia.
4. Perspektif Teolog Reformed: Keselamatan sebagai Anugerah
Dalam tradisi Reformed, teolog seperti R.C. Sproul menafsirkan Lukas 19:10 sebagai pernyataan tentang anugerah Allah. Keselamatan tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia, tetapi adalah tindakan Allah yang mencari dan memanggil manusia kepada diri-Nya.
Sproul menekankan bahwa Zakheus, seorang pemungut cukai yang dianggap berdosa, adalah contoh sempurna dari orang yang dipilih oleh anugerah Allah. Zakheus tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi Yesus datang untuk memberikan keselamatan itu secara cuma-cuma.
5. Dimensi Misi Yesus: Teologi Kontekstual
Beberapa teolog, seperti C. René Padilla, menyoroti aspek misi sosial dalam Lukas 19:10. Padilla melihat kisah Zakheus sebagai panggilan bagi gereja untuk terlibat dalam transformasi masyarakat. Pertobatan Zakheus tidak hanya bersifat spiritual tetapi juga sosial, karena ia berkomitmen untuk mengembalikan harta yang ia ambil secara tidak adil.
Menurut Padilla, misi Yesus mencakup pemulihan hubungan manusia dengan Allah sekaligus pemulihan keadilan di masyarakat. Gereja, sebagai tubuh Kristus, dipanggil untuk melanjutkan misi ini dalam konteks dunia yang penuh dengan ketidakadilan.
6. Pandangan Eksistensial: Keselamatan bagi Mereka yang Tersesat
Dalam pandangan eksistensial, seperti yang dikemukakan oleh Paul Tillich, "yang hilang" dapat merujuk pada kondisi keterasingan manusia dari Allah, sesama, dan diri sendiri. Lukas 19:10 menjadi janji pengharapan bagi mereka yang merasa tidak berarti atau terpinggirkan.
Tillich menekankan bahwa tindakan Yesus dalam mencari dan menyelamatkan adalah undangan untuk menerima kembali identitas sebagai anak Allah. Pertobatan Zakheus mencerminkan transformasi eksistensial dari keterasingan menuju hubungan yang dipulihkan dengan Allah.
7. Aplikasi Praktis untuk Kehidupan Kristen
Dr. Timothy Keller, seorang pengkhotbah dan penulis, melihat Lukas 19:10 sebagai panggilan bagi orang percaya untuk mengikuti teladan Yesus dalam mencari "yang hilang." Menurut Keller, setiap orang percaya dipanggil untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan, baik secara spiritual maupun sosial.
Keller juga menekankan bahwa kasih karunia yang diterima Zakheus harus menghasilkan perubahan nyata dalam hidup. Pertobatan sejati tidak hanya berdampak pada hubungan dengan Allah tetapi juga dalam cara seseorang memperlakukan orang lain.
8. Penekanan pada Kabar Baik
Lukas 19:10 adalah inti dari Injil, seperti yang ditegaskan oleh Billy Graham, penginjil legendaris. Graham sering mengutip ayat ini dalam khotbahnya untuk menekankan bahwa misi Yesus adalah membawa kabar baik kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang atau dosa mereka.
Baca Juga: Warga dari Tempat Lain: Perspektif Teologi Reformed
Bagi Graham, Lukas 19:10 adalah undangan universal bagi semua orang untuk datang kepada Kristus. Tidak ada yang terlalu jauh dari jangkauan kasih dan keselamatan-Nya.
Kesimpulan Teologi tentang Lukas 19:10
Lukas 19:10 adalah pernyataan yang kaya dengan makna teologis. Ayat ini mengungkapkan:
- Inisiatif Allah dalam Keselamatan: Yesus datang untuk mencari, bukan menunggu.
- Identitas Yesus sebagai Mesias: Gelar Anak Manusia menunjukkan otoritas-Nya untuk menyelamatkan.
- Cakupan Misi Yesus: Keselamatan mencakup dimensi spiritual, sosial, dan moral.
Bagi orang percaya, Lukas 19:10 adalah pengingat akan kasih karunia Allah yang mencari kita ketika kita hilang. Ayat ini juga menjadi panggilan untuk mengikuti jejak Yesus dalam menjangkau dunia dengan kasih dan kebenaran Injil.
Berdoalah agar Roh Kudus memberikan pengertian dan hikmat ketika kita merenungkan Lukas 19:10 dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.