Kisah Para Rasul 11:20-23: Pertumbuhan Jemaat di Antiokhia

Kisah Para Rasul 11:20-23: Pertumbuhan Jemaat di Antiokhia

Pengantar:

"Tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene, yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka, dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Maka sampailah kabar tentang mereka kepada jemaat di Yerusalem, lalu mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena mereka telah menyerahkan diri kepada-Nya."(Kisah Para Rasul 11:20-23)

Kisah Para Rasul 11:20-23 adalah salah satu bagian penting dalam narasi pertumbuhan gereja mula-mula. Perikop ini menggambarkan perkembangan gereja di Antiokhia, kota yang menjadi pusat misi besar bagi jemaat Kristen mula-mula. Dalam teologi Reformed, ayat-ayat ini menyoroti bagaimana Allah yang berdaulat bekerja melalui pemberitaan Injil untuk memperluas Kerajaan-Nya. Artikel ini akan membahas konteks sejarah dari bagian ini, pengajaran teologi yang terkandung di dalamnya, serta relevansinya bagi kehidupan gereja masa kini.

1. Konteks Sejarah Jemaat di Antiokhia

a. Latar Belakang Kota Antiokhia

Antiokhia adalah kota penting dalam Kekaisaran Romawi, terletak di wilayah Suriah. Kota ini adalah pusat perdagangan dan kebudayaan yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, termasuk orang Yahudi dan Yunani.

Herman Bavinck mencatat bahwa posisi strategis Antiokhia sebagai kota multikultural menjadikannya tempat yang ideal untuk penyebaran Injil ke seluruh wilayah dunia. Di kota inilah istilah "Kristen" pertama kali digunakan untuk menyebut para pengikut Kristus (Kisah Para Rasul 11:26).

b. Penyebaran Injil ke Orang Non-Yahudi

Kisah Para Rasul 11 mencatat bahwa setelah penganiayaan yang dimulai dengan kematian Stefanus, para murid tersebar ke berbagai wilayah, termasuk Fenisia, Siprus, dan Antiokhia. Pada awalnya, Injil hanya diberitakan kepada orang Yahudi (Kisah Para Rasul 11:19). Namun, di Antiokhia, beberapa orang percaya dari Siprus dan Kirene mulai memberitakan Injil kepada orang Yunani (Kisah Para Rasul 11:20).

John Calvin mencatat bahwa langkah ini menunjukkan pergeseran besar dalam misi gereja mula-mula, di mana keselamatan Allah dibuka bagi semua bangsa, sesuai dengan janji dalam Perjanjian Lama (Yesaya 49:6).

2. Pemberitaan Injil di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:20)

a. Yesus sebagai Tuhan

Pemberitaan Injil di Antiokhia berfokus pada pengakuan bahwa "Yesus adalah Tuhan." Dalam teologi Reformed, hal ini menekankan inti dari iman Kristen, yaitu bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah untuk menebus dosa dunia.

Dalam Roma 10:9, Paulus menulis:"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."

Herman Bavinck menjelaskan bahwa pengakuan akan Yesus sebagai Tuhan bukan hanya pengakuan intelektual, tetapi juga penyerahan diri sepenuhnya kepada otoritas Kristus.

b. Panggilan untuk Semua Bangsa

Pemberitaan Injil kepada orang Yunani di Antiokhia mencerminkan panggilan universal dari Injil. Dalam teologi Reformed, hal ini dipahami sebagai penggenapan dari janji Allah kepada Abraham, bahwa semua bangsa akan diberkati melalui keturunannya (Kejadian 12:3).

John Calvin menekankan bahwa Allah yang berdaulat memanggil orang dari segala bangsa untuk menjadi bagian dari umat-Nya, melampaui batas etnis dan budaya.

3. Penyertaan Allah dalam Pemberitaan Injil (Kisah Para Rasul 11:21)

a. Tangan Tuhan yang Menyertai

Dalam Kisah Para Rasul 11:21, Lukas mencatat bahwa "tangan Tuhan menyertai mereka," yang menghasilkan pertobatan besar. Frasa ini menekankan bahwa keberhasilan misi di Antiokhia bukan karena kemampuan manusia, tetapi karena kuasa Allah yang bekerja melalui mereka.

R. C. Sproul menekankan bahwa pekerjaan Allah yang berdaulat adalah inti dari misi gereja. Tanpa tangan Tuhan yang menyertai, usaha manusia tidak akan menghasilkan buah rohani.

b. Pertobatan sebagai Karya Allah

Pertobatan besar di Antiokhia menunjukkan bahwa keselamatan adalah karya Allah semata. Dalam Yohanes 6:44, Yesus berkata:"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku."

Herman Bavinck mencatat bahwa tangan Tuhan yang menyertai menggambarkan kuasa Roh Kudus yang bekerja untuk membangkitkan iman dan pertobatan dalam hati manusia.

4. Pengutusan Barnabas ke Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:22)

a. Tanggung Jawab Jemaat Yerusalem

Ketika kabar tentang pertobatan di Antiokhia sampai ke jemaat Yerusalem, mereka segera mengutus Barnabas untuk melihat apa yang terjadi. Hal ini menunjukkan tanggung jawab gereja untuk memastikan bahwa pekerjaan misi dilakukan dengan benar dan sesuai dengan ajaran para rasul.

John Calvin mencatat bahwa pengutusan Barnabas adalah contoh dari bagaimana gereja berfungsi sebagai tubuh Kristus yang saling mendukung dalam pelayanan.

b. Barnabas: Seorang Pendorong

Barnabas dikenal sebagai "anak penghiburan" (Kisah Para Rasul 4:36), dan perannya di Antiokhia adalah untuk mendukung dan mendorong jemaat yang baru bertumbuh. Dalam Kisah Para Rasul 11:23, Lukas mencatat bahwa Barnabas bersukacita melihat kasih karunia Allah yang nyata di antara mereka.

R. C. Sproul mencatat bahwa Barnabas adalah contoh dari pemimpin gereja yang rendah hati dan penuh kasih, yang memperkuat iman orang percaya melalui dorongan dan pengajaran.

5. Nasihat Barnabas kepada Jemaat Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:23)

a. Setia kepada Tuhan

Barnabas menasihati jemaat di Antiokhia untuk tetap setia kepada Tuhan. Dalam teologi Reformed, kesetiaan adalah bukti dari iman yang sejati. Dalam Yohanes 15:4, Yesus berkata:"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu."

Herman Bavinck mencatat bahwa kesetiaan kepada Tuhan mencakup ketaatan kepada firman-Nya, hidup dalam kasih, dan terus-menerus bergantung kepada anugerah-Nya.

b. Menyerahkan Diri kepada Tuhan

Barnabas mendorong mereka untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Penyerahan diri ini mencakup pengakuan bahwa seluruh hidup mereka adalah milik Allah, dan bahwa mereka dipanggil untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.

John Calvin menjelaskan bahwa penyerahan diri kepada Tuhan adalah tanda dari hati yang telah diperbarui oleh Roh Kudus, yang menjadikan Kristus sebagai pusat hidup mereka.

6. Implikasi Kisah Para Rasul 11:20-23 bagi Gereja Masa Kini

a. Misi yang Universal

Kisah tentang jemaat di Antiokhia mengingatkan gereja bahwa misi Allah bersifat universal. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa, tanpa memandang perbedaan budaya atau etnis.

b. Pentingnya Pemuridan

Barnabas menunjukkan pentingnya pemuridan dalam mendukung pertumbuhan iman orang percaya. Gereja masa kini perlu memperhatikan kebutuhan rohani jemaat baru melalui pengajaran, dorongan, dan pembinaan.

c. Ketergantungan pada Kuasa Allah

Kesuksesan misi di Antiokhia mengingatkan gereja bahwa semua usaha manusia dalam pelayanan hanya akan berhasil jika disertai oleh tangan Tuhan. Gereja harus terus berdoa dan bergantung pada kuasa Roh Kudus dalam semua aspek pelayanannya.

Kesimpulan: Kuasa Kasih Karunia Allah dalam Jemaat di Antiokhia

Kisah Para Rasul 11:20-23 menunjukkan bagaimana Allah yang berdaulat bekerja melalui pemberitaan Injil untuk membawa banyak orang kepada keselamatan. Jemaat di Antiokhia adalah bukti nyata dari kuasa kasih karunia Allah yang melampaui batas etnis dan budaya, mempersatukan semua orang yang percaya dalam tubuh Kristus.

Sebagaimana Barnabas bersukacita atas karya Allah di Antiokhia, kita juga dipanggil untuk bersukacita atas pekerjaan Allah dalam hidup kita dan melibatkan diri dalam misi-Nya untuk membawa Injil kepada dunia.

"Segala kemuliaan bagi Allah yang melalui tangan-Nya menyertai pemberitaan Injil dan membawa banyak orang kepada keselamatan."

Next Post Previous Post