Micah 7:18-19: Allah yang Berbelas Kasihan dan Mengampuni Dosa
Pendahuluan:
Mikha 7:18-19 adalah salah satu bagian dalam Alkitab yang memberikan gambaran mendalam tentang sifat Allah yang penuh kasih, belas kasihan, dan pengampunan. Ayat ini berbunyi:"Siapakah Allah seperti Engkau, yang mengampuni dosa dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri? Yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia! Ia akan kembali menyayangi kita, menginjak-injak segala kesalahan kita, dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."
Ayat ini menjadi sumber penghiburan dan harapan bagi orang percaya, terutama ketika berhadapan dengan dosa dan pelanggaran. Dalam artikel ini, kita akan membahas Mikha 7:18-19 secara mendalam berdasarkan perspektif teologi Reformed, menggali maknanya, dan memahami implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Eksposisi Mendalam Mikha 7:18-19
a. “Siapakah Allah seperti Engkau”
Pertanyaan retoris ini menegaskan keunikan Allah. Dalam seluruh sejarah manusia, tidak ada ilah lain yang seperti Allah Israel, yang mengampuni dosa dan menunjukkan kasih setia.
Dalam teologi Reformed, keunikan Allah ini berkaitan dengan atribut-atribut-Nya yang tidak dapat dibandingkan dengan makhluk ciptaan. John Calvin menekankan bahwa Allah adalah Pribadi yang sempurna dalam segala sifat-Nya, termasuk kasih, keadilan, dan belas kasihan.
b. “Yang mengampuni dosa dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri”
Ayat ini menunjukkan tindakan Allah yang aktif dalam mengampuni dosa. Istilah "mengampuni" dan "memaafkan" menggambarkan kemurahan hati Allah yang melampaui keadilan manusia.
Menurut Herman Bavinck, pengampunan Allah adalah tindakan kasih karunia yang sepenuhnya bersifat supranatural. Allah tidak mengampuni berdasarkan usaha manusia, tetapi semata-mata karena kehendak-Nya yang berbelas kasihan.
Sisa-sisa milik-Nya merujuk pada sisa umat yang tetap setia kepada Allah meskipun mayoritas telah jatuh dalam dosa. Ini menggambarkan doktrin "sisa pilihan" dalam teologi Reformed, di mana Allah memelihara umat pilihan-Nya melalui setiap generasi.
c. “Yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia”
Allah yang tidak bertahan dalam murka-Nya menggambarkan natur-Nya yang panjang sabar dan penuh kasih. Meskipun Allah adil dalam menghukum dosa, Dia lebih suka menunjukkan kasih setia-Nya kepada umat-Nya.
R.C. Sproul menegaskan bahwa murka Allah adalah bagian dari keadilan-Nya, tetapi belas kasihan-Nya adalah manifestasi dari kasih-Nya yang abadi. Kasih setia (hesed) adalah tema sentral dalam Perjanjian Lama, yang menunjukkan komitmen Allah kepada perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
d. “Ia akan kembali menyayangi kita, menginjak-injak segala kesalahan kita”
Tindakan Allah menyayangi umat-Nya menunjukkan inisiatif-Nya dalam membawa pemulihan. Frasa “menginjak-injak segala kesalahan” menggambarkan kemenangan Allah atas dosa.
Teologi Reformed menekankan bahwa dosa manusia telah dikalahkan melalui karya Kristus di salib. Melalui pengorbanan-Nya, Kristus menghapus dosa umat-Nya dan membawa mereka kembali kepada Allah.
e. “Melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”
Metafora ini menunjukkan pengampunan Allah yang total dan sempurna. Ketika Allah mengampuni, Dia tidak mengingat dosa-dosa kita lagi.
Charles Spurgeon menggambarkan pengampunan ini sebagai tindakan Allah yang menghapus dosa sepenuhnya sehingga tidak ada lagi yang dapat menuduh umat-Nya. Ini adalah dasar dari keyakinan dan pengharapan orang percaya.
2. Perspektif Teologi Reformed tentang Pengampunan Allah
a. Pengampunan sebagai Tindakan Anugerah
Dalam teologi Reformed, pengampunan Allah adalah anugerah yang tidak layak diterima oleh manusia. Manusia, dalam keadaan dosa, tidak memiliki kemampuan untuk mencari Allah atau memperbaiki hubungannya dengan-Nya.
John Owen menegaskan bahwa pengampunan Allah adalah tindakan sepihak yang didasarkan pada kasih karunia-Nya, bukan hasil dari usaha manusia.
b. Pengampunan Melalui Kristus
Pengampunan Allah tidak terlepas dari karya penebusan Kristus. Dalam teologi Reformed, salib Kristus adalah pusat dari pengampunan dosa. Allah yang adil tidak dapat mengabaikan dosa, tetapi melalui Kristus, keadilan-Nya dipenuhi, dan belas kasihan-Nya dinyatakan.
c. Pengampunan yang Membawa Pemulihan
Pengampunan Allah tidak hanya menghapus dosa tetapi juga membawa pemulihan hubungan antara Allah dan manusia. Menurut Herman Bavinck, pengampunan Allah mengubah status manusia dari musuh menjadi anak-anak Allah.
Kesimpulan: Allah yang Mengampuni dan Memulihkan
Mikha 7:18-19 adalah pengingat akan kasih dan belas kasihan Allah yang melampaui pemahaman manusia. Allah yang mengampuni dosa dan memulihkan hubungan dengan umat-Nya adalah Pribadi yang layak untuk disembah dan dipuji.
Dalam teologi Reformed, ayat ini menekankan bahwa pengampunan Allah adalah anugerah yang diberikan melalui karya Kristus. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ucapan syukur, pengharapan, dan ketaatan kepada Allah yang telah menghapus dosa-dosa kita.
Kiranya kebenaran dari Mikha 7:18-19 memperkuat iman kita dan mendorong kita untuk terus hidup dalam kasih karunia Allah. Soli Deo Gloria!