Pengetahuan tentang Allah Sebagai Dasar Hidup
Pengantar:
Pengetahuan tentang Allah adalah inti dari teologi Kristen. Bagi teologi Reformed, pemahaman tentang Allah bukan hanya aspek intelektual tetapi juga bersifat relasional dan penyelamatan. Doktrin ini menyoroti bagaimana manusia, yang terbatas dan berdosa, dapat mengenal Allah yang tidak terbatas dan sempurna. Artikel ini akan mengeksplorasi pandangan teologi Reformed mengenai doktrin pengetahuan tentang Allah, termasuk dasar-dasar Alkitabiah, wahyu Allah, keterbatasan manusia, dan implikasi praktisnya.
1. Dasar Alkitabiah Pengetahuan tentang Allah
Teologi Reformed menegaskan bahwa pengetahuan tentang Allah berasal dari wahyu-Nya, bukan dari usaha manusia semata. Alkitab menjadi sumber utama yang mengungkapkan siapa Allah itu. Dalam Mazmur 19:1-4, pemazmur menyatakan bahwa alam semesta memberitakan kemuliaan Allah:
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya."
Rasul Paulus juga menegaskan dalam Roma 1:19-20 bahwa sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan dapat diketahui melalui ciptaan. Namun, Paulus memperingatkan bahwa manusia berdosa sering kali menolak kebenaran ini dan menyembunyikan pengetahuan tentang Allah (Roma 1:21-23).
John Calvin menyebut ciptaan sebagai "teater kemuliaan Allah," tempat di mana manusia dapat mengenal Allah secara umum. Namun, pengetahuan umum ini tidak cukup untuk keselamatan; manusia membutuhkan wahyu khusus melalui Firman Allah dan Kristus.
2. Wahyu Allah: Umum dan Khusus
Teologi Reformed membedakan antara dua jenis wahyu: wahyu umum dan wahyu khusus.
a. Wahyu Umum
Wahyu umum adalah cara Allah menyatakan diri-Nya melalui alam semesta, sejarah, dan hati nurani manusia. Herman Bavinck menjelaskan bahwa wahyu umum memungkinkan semua manusia, terlepas dari latar belakang mereka, untuk mengenal Allah dalam tingkat tertentu. Namun, wahyu umum memiliki keterbatasan karena manusia, akibat dosa, sering kali menyalahgunakan atau mengabaikan pengetahuan ini.
b. Wahyu Khusus
Wahyu khusus adalah penyataan langsung Allah melalui Firman-Nya, baik yang tertulis (Alkitab) maupun yang diperlihatkan dalam pribadi Yesus Kristus. Dalam 2 Timotius 3:16-17, Paulus menulis:
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
John Calvin menekankan bahwa wahyu khusus adalah kacamata yang memungkinkan manusia memahami wahyu umum dengan benar. Tanpa wahyu khusus, manusia tetap buta terhadap kebenaran Allah.
3. Pengetahuan Allah sebagai Relasional
Bagi teologi Reformed, mengenal Allah bukan sekadar pengetahuan teoretis, tetapi hubungan yang hidup. Yesus dalam Yohanes 17:3 berkata:
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
Jonathan Edwards menekankan bahwa pengetahuan tentang Allah melibatkan hati, bukan hanya pikiran. Dalam tulisannya, ia menjelaskan bahwa "pengetahuan sejati tentang Allah harus disertai oleh kasih kepada-Nya."
Relasi ini dimungkinkan melalui karya Roh Kudus, yang memampukan manusia untuk mengenal Allah secara pribadi. Paulus menulis dalam 1 Korintus 2:10-12 bahwa Roh Kudus menyelidiki segala sesuatu dan menyatakan hal-hal rohani kepada manusia.
4. Keterbatasan Pengetahuan Manusia tentang Allah
Meskipun Allah menyatakan diri-Nya, teologi Reformed mengakui bahwa pengetahuan manusia tentang Allah bersifat terbatas. Ini karena:
a. Ketakterbatasan Allah
Allah adalah makhluk yang tak terbatas, sementara manusia adalah makhluk yang terbatas. Yesaya 55:8-9 mengingatkan bahwa pikiran Allah jauh lebih tinggi daripada pikiran manusia. Herman Bavinck menulis, "Kita tidak pernah dapat memahami Allah sepenuhnya, tetapi kita dapat mengenal-Nya sejauh yang Dia wahyukan."
b. Dampak Dosa
Dosa telah merusak kemampuan manusia untuk mengenal Allah dengan benar. Paulus menulis dalam 1 Korintus 1:21 bahwa "dunia, oleh hikmatnya, tidak mengenal Allah." Akibat dosa, manusia cenderung menciptakan allah palsu sesuai keinginan mereka sendiri (Roma 1:25).
c. Kebutuhan Akan Anugerah
Pengetahuan tentang Allah bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah. John Calvin menegaskan bahwa manusia hanya dapat mengenal Allah jika Allah sendiri yang berinisiatif menyatakan diri-Nya.
5. Pengetahuan tentang Allah Melalui Kristus
Yesus Kristus adalah puncak wahyu Allah. Dalam Yohanes 14:9, Yesus berkata kepada Filipus:
"Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa."
Teologi Reformed menekankan bahwa Kristus adalah sarana utama untuk mengenal Allah. Herman Bavinck menulis, "Dalam Kristus, kita tidak hanya melihat sifat-sifat Allah, tetapi juga kasih dan anugerah-Nya yang paling dalam."
Melalui karya Kristus di salib, manusia dapat diperdamaikan dengan Allah dan memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Paulus dalam Kolose 1:19-20 menyatakan bahwa Allah berkenan untuk "mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya melalui darah salib Kristus."
6. Implikasi Pengetahuan tentang Allah
Pengetahuan tentang Allah dalam teologi Reformed memiliki implikasi yang luas, baik secara teologis maupun praktis.
a. Kehidupan yang Dipimpin oleh Iman
Pengetahuan tentang Allah menghasilkan iman yang kokoh. Ibrani 11:6 mengajarkan bahwa "tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." Orang percaya yang mengenal Allah akan hidup dengan keyakinan penuh pada kasih, kuasa, dan hikmat-Nya.
b. Pengudusan Diri
Pengetahuan tentang Allah membawa transformasi hidup. Yohanes Calvin menulis bahwa "tidak ada pengetahuan tentang Allah tanpa pengetahuan tentang diri." Dengan mengenal Allah, manusia menyadari dosa mereka dan dipanggil untuk hidup kudus.
c. Penyembahan yang Benar
Pengetahuan tentang Allah memimpin kepada penyembahan yang sejati. Dalam Yohanes 4:24, Yesus berkata bahwa "Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Penyembahan yang benar lahir dari pengenalan yang mendalam tentang siapa Allah itu.
d. Pelayanan dan Misi
Pengetahuan tentang Allah mendorong orang percaya untuk memberitakan Injil. Charles Spurgeon menulis, "Semakin kita mengenal Allah, semakin besar hasrat kita untuk membagikan kebenaran-Nya kepada dunia."
7. Tantangan Kontemporer dalam Pengetahuan tentang Allah
Dalam konteks modern, doktrin pengetahuan tentang Allah menghadapi beberapa tantangan:
a. Relativisme dan Pluralisme
Banyak orang menganggap bahwa semua agama sama-sama benar. Namun, teologi Reformed menegaskan bahwa pengetahuan yang sejati tentang Allah hanya dapat ditemukan dalam wahyu-Nya yang khusus melalui Kristus.
b. Sekularisme dan Materialisme
Budaya modern sering kali meminggirkan Allah dan memprioritaskan hal-hal material. Teologi Reformed menekankan perlunya kembali kepada Firman Allah sebagai sumber pengetahuan yang sejati.
c. Distorsi Teologi
Pengetahuan tentang Allah sering kali terdistorsi oleh ajaran-ajaran yang menyimpang. Herman Bavinck memperingatkan bahwa "pengetahuan tentang Allah yang benar hanya dapat ditemukan dalam Alkitab, bukan dalam spekulasi manusia."
Kesimpulan: Menjadikan Pengetahuan tentang Allah Sebagai Dasar Hidup
Pengetahuan tentang Allah adalah panggilan utama setiap orang percaya. Dalam teologi Reformed, doktrin ini menekankan bahwa pengetahuan tentang Allah adalah anugerah yang diberikan melalui wahyu-Nya, khususnya dalam Kristus.
Sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes 17:3, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Pengenalan ini tidak hanya memberikan hidup kekal tetapi juga membimbing orang percaya dalam hidup sehari-hari.
Melalui pengenalan akan Allah, orang percaya dipanggil untuk hidup dalam iman, penyembahan, dan pelayanan kepada dunia. Kiranya doktrin ini mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Allah, mencari wajah-Nya, dan hidup bagi kemuliaan-Nya. Soli Deo Gloria!