Yesus sebagai Yahweh dalam Lukas 13:34
Pendahuluan:
"Yerusalem, Yerusalem! Kamu membunuh para nabi dan merajam orang yang diutus kepadamu! Berulang kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam yang mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya. Akan tetapi, kamu tidak mau." (Lukas 13:34, AYT)
Lukas 13:34 adalah ayat yang menampilkan perasaan mendalam Yesus terhadap Yerusalem, kota yang melambangkan pusat penyembahan dan identitas bangsa Israel. Dalam ayat ini, Yesus menyatakan kerinduan-Nya untuk mengumpulkan umat-Nya, tetapi juga mengungkapkan kekecewaan atas penolakan mereka. Banyak pakar teologi, khususnya dalam tradisi Reformed, melihat ayat ini sebagai pernyataan yang menunjukkan keilahian Yesus, menyiratkan bahwa Dia adalah Yahweh yang menuntun dan mengasihi umat-Nya sepanjang sejarah.
Artikel ini akan mengeksplorasi pandangan teologi Reformed tentang bagaimana Lukas 13:34 menunjukkan Yesus sebagai Yahweh, pemelihara dan penyelamat umat-Nya, serta relevansinya bagi iman Kristen masa kini.
1. Konteks Historis dan Naratif Lukas 13:34
Lukas 13 mencatat pengajaran Yesus mengenai pertobatan, kedatangan kerajaan Allah, dan panggilan untuk berkomitmen kepada-Nya. Dalam ayat 34, Yesus beralih ke seruan emosional kepada Yerusalem, sebuah kota yang telah menolak utusan-utusan Allah sepanjang sejarah.
Menurut Dr. Sinclair Ferguson, seorang teolog Reformed, konteks ini menunjukkan hubungan antara sejarah Israel dengan Yesus sebagai pusat penggenapan rencana Allah. Seruan kepada Yerusalem adalah bukti kasih dan kesabaran ilahi yang ditunjukkan Allah kepada umat-Nya meskipun mereka sering kali memberontak.
2. Identifikasi Yesus sebagai Yahweh
Dalam Lukas 13:34, Yesus berbicara tentang kerinduan untuk "mengumpulkan anak-anakmu," yang secara eksplisit menggemakan bahasa Yahweh dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab-kitab seperti Ulangan 32:11 dan Mazmur 91:4, Allah digambarkan sebagai sosok yang melindungi umat-Nya seperti induk burung yang melindungi anak-anaknya di bawah sayapnya.
Dr. R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, menunjukkan bahwa penggunaan bahasa ini oleh Yesus bukanlah kebetulan. Yesus secara sengaja mengidentifikasi diri-Nya dengan Yahweh, menunjukkan bahwa Dia adalah Pribadi yang sama yang memimpin Israel keluar dari Mesir dan memelihara mereka di padang gurun.
3. Penolakan Yerusalem terhadap Utusan Allah
Yesus menyebut Yerusalem sebagai kota yang "membunuh para nabi dan merajam orang yang diutus kepadamu." Ini adalah referensi langsung kepada sejarah Israel, di mana bangsa itu sering kali menolak dan menganiaya nabi-nabi Allah.
Dr. John Frame, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa pernyataan ini menunjukkan kontinuitas antara Yesus dan Yahweh. Dalam Perjanjian Lama, Yahweh mengutus nabi-nabi untuk membawa pesan-Nya, tetapi umat-Nya menolak mereka. Dalam Perjanjian Baru, Yesus berbicara sebagai Yahweh yang terus mengutus hamba-hamba-Nya dan kini menyatakan bahwa Dia sendiri datang sebagai utusan terakhir.
4. Kerinduan Allah yang Penuh Kasih
Yesus mengungkapkan kerinduan-Nya untuk mengumpulkan anak-anak Yerusalem seperti induk ayam yang melindungi anak-anaknya. John Calvin, dalam tafsirannya, melihat ini sebagai bukti kasih Allah yang besar. Calvin menulis bahwa Yesus, sebagai Yahweh, menunjukkan hati seorang gembala yang tidak ingin seorang pun dari umat-Nya binasa.
Calvin juga mencatat bahwa kasih ini tidak terpisah dari keadilan Allah. Yerusalem menolak kasih Yahweh yang dinyatakan melalui Yesus, dan penolakan ini mendatangkan konsekuensi berupa penghakiman ilahi.
5. Hubungan dengan Rencana Keselamatan Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa seluruh Alkitab adalah kisah tunggal tentang rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Dalam Lukas 13:34, Yesus menunjukkan peran-Nya sebagai penggenapan janji-janji Perjanjian Lama.
Dr. Michael Horton, seorang teolog Reformed, menyatakan bahwa Lukas 13:34 adalah bukti jelas bahwa Yesus adalah pusat dari rencana Allah. Sebagai Yahweh, Dia tidak hanya memiliki otoritas ilahi tetapi juga kerinduan untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa dan kebinasaan.
6. Penolakan Yerusalem dan Tanggung Jawab Manusia
Meskipun Yesus mengungkapkan kasih-Nya kepada Yerusalem, kota itu tetap menolak Dia. Dalam teologi Reformed, hal ini mengilustrasikan ketegangan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.
Dr. J.I. Packer, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa penolakan Yerusalem adalah akibat dari pemberontakan manusia terhadap Allah. Namun, Packer juga menekankan bahwa bahkan dalam penolakan, rencana keselamatan Allah tetap tidak tergagalkan. Penolakan Yerusalem justru membuka jalan bagi penyebaran Injil kepada bangsa-bangsa lain.
7. Penggenapan dalam Yesus Kristus
Yesus tidak hanya mengidentifikasi diri-Nya sebagai Yahweh, tetapi juga menggenapi peran Yahweh sebagai penyelamat umat-Nya. Dalam Lukas 13:34, Yesus berbicara dengan otoritas ilahi, tetapi juga dengan kerendahan hati sebagai Mesias yang akan menderita demi menyelamatkan umat-Nya.
Dr. G.K. Beale, seorang ahli teologi biblika, menyatakan bahwa penggunaan metafora perlindungan dalam Lukas 13:34 menunjukkan bahwa Yesus adalah pusat dari rencana pemeliharaan Allah. Dengan menyerahkan diri-Nya di kayu salib, Yesus membawa keselamatan yang sesungguhnya kepada umat-Nya.
8. Relevansi Lukas 13:34 bagi Kehidupan Kristen
Lukas 13:34 memberikan pelajaran penting bagi kehidupan iman:
Mengenal Yesus sebagai Yahweh
Yesus bukan sekadar guru atau nabi, tetapi Yahweh yang datang dalam daging. Orang percaya dipanggil untuk menghormati Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.Menghargai Kasih Allah
Yesus menunjukkan kasih yang besar kepada Yerusalem meskipun kota itu menolak Dia. Kasih ini mengingatkan orang percaya akan kasih karunia Allah yang melampaui pemberontakan manusia.Bertanggung Jawab dalam Iman
Yerusalem menghadapi konsekuensi atas penolakannya terhadap Yesus. Orang percaya dipanggil untuk merespons kasih Allah dengan iman dan ketaatan.Meneruskan Misi Yesus
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melanjutkan misi Kristus dengan memberitakan Injil kepada dunia, mengundang semua orang untuk datang kepada Yahweh yang menyelamatkan.
9. Lukas 13:34 dan Teologi Kristologis
Lukas 13:34 memperkuat doktrin Kristologi Reformed tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus. Sebagai Yahweh, Dia adalah Allah yang kekal, yang memiliki otoritas penuh atas sejarah dan keselamatan. Sebagai manusia, Dia adalah penggenapan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
Baca Juga: Allah Memilih Yakub: Kasih Karunia yang Berdaulat dan Rencana Penebusan
Dr. Ligon Duncan, seorang teolog Reformed, menyatakan bahwa Lukas 13:34 adalah salah satu dari banyak bukti dalam Injil bahwa Yesus berbicara dan bertindak sebagai Yahweh. Hal ini memberikan dasar yang kokoh bagi iman Kristen bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi.
Kesimpulan Teologis
Lukas 13:34 adalah ayat yang memperlihatkan Yesus sebagai Yahweh yang penuh kasih, yang rindu menyelamatkan umat-Nya tetapi juga adil dalam penghakiman-Nya. Ayat ini mengungkapkan hati Yesus sebagai Gembala Ilahi yang ingin melindungi umat-Nya tetapi menghadapi penolakan dari mereka yang seharusnya menerima Dia.
Dalam terang teologi Reformed, Lukas 13:34 mengajarkan bahwa Yesus adalah penggenapan rencana keselamatan Allah. Sebagai Yahweh, Dia memimpin umat-Nya dengan kasih dan kebenaran. Sebagai Mesias, Dia menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan mereka dari dosa.
Bagi orang percaya, Lukas 13:34 adalah panggilan untuk menghormati Yesus sebagai Tuhan, merespons kasih-Nya dengan iman, dan hidup dalam misi-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua orang. Berdoalah agar Roh Kudus memberi kita pengertian mendalam tentang Yesus sebagai Yahweh yang memelihara dan menyelamatkan kita.