Renungan Malam Habakuk 2:4: Orang Benar Akan Hidup Oleh Iman
Pendahuluan:
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ketika malam tiba dan kita merenungkan perjalanan hidup kita, sering kali kita dihadapkan pada pertanyaan: Bagaimana kita dapat tetap kuat dalam menghadapi ketidakpastian, penderitaan, dan ketidakadilan di dunia ini? Dalam dunia yang semakin gelap dan penuh tantangan, di mana kita menaruh kepercayaan kita?
Di tengah pergumulan hidup, kita diingatkan akan firman Tuhan dalam Habakuk 2:4:"Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya."
Ayat ini bukan hanya menjadi pegangan bagi Habakuk, tetapi juga menjadi fondasi utama dalam iman Kristen. Paulus mengutip ayat ini dalam Roma 1:17, Galatia 3:11, dan Ibrani 10:38, menegaskan bahwa iman adalah kunci bagi kehidupan orang percaya.
Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa keselamatan dan kehidupan orang percaya sepenuhnya adalah hasil dari anugerah Allah dan bukan usaha manusia. Iman yang sejati bukan hanya sekadar percaya, tetapi kepercayaan yang aktif dan penuh pengharapan kepada Tuhan dalam segala situasi.
Malam ini, kita akan merenungkan tiga kebenaran utama dari Habakuk 2:4:
- Perbedaan antara Orang yang Sombong dan Orang yang Benar
- Iman sebagai Landasan Hidup Orang Percaya
- Hidup oleh Iman di Tengah Tantangan Dunia
1. Perbedaan antara Orang yang Sombong dan Orang yang Benar
a) Orang yang Membusungkan Dada: Simbol Kesombongan Manusia
Dalam Habakuk 2:4, Tuhan menyebut tentang orang yang membusungkan dada dan tidak lurus hatinya. Ini merujuk pada orang yang mengandalkan kekuatan dan kebijaksanaannya sendiri tanpa bergantung pada Tuhan.
Kesombongan ini terlihat dalam dua bentuk:
- Kesombongan terhadap Tuhan → Menolak kedaulatan Allah dan hidup seolah-olah tidak membutuhkan Dia.
- Kesombongan terhadap sesama manusia → Merasa lebih unggul dan tidak mau bergantung kepada Tuhan.
Bangsa Babel yang akan dipakai Tuhan untuk menghukum Yehuda adalah contoh kesombongan ini. Mereka menganggap bahwa kekuatan dan kebijakan mereka sendiri yang membuat mereka menang. Tetapi Tuhan memperingatkan bahwa kesombongan akan membawa kehancuran.
Amsal 16:18 berkata:"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."
Banyak orang hari ini mengandalkan harta, kepandaian, atau status sosial mereka, tetapi semua itu tidak bisa menyelamatkan mereka dari penghakiman Allah.
b) Orang yang Benar: Hidup oleh Iman
Sebaliknya, Tuhan berkata bahwa orang yang benar akan hidup oleh imannya.
Apa arti "orang benar" dalam teologi Reformed?
- Orang benar bukan karena usahanya sendiri, tetapi karena dibenarkan oleh iman kepada Kristus.
- Kebenaran sejati bukan berasal dari perbuatan baik kita, tetapi adalah pemberian Allah melalui karya Kristus di kayu salib.
Roma 3:22 berkata:"Yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan."
Dunia ini penuh dengan keangkuhan dan kesombongan manusia, tetapi orang percaya dipanggil untuk hidup dengan rendah hati dan bersandar penuh pada Tuhan.
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Apakah saya lebih mengandalkan diri sendiri atau Tuhan dalam hidup saya?
- Apakah saya hidup dalam kerendahan hati atau kesombongan yang halus?
2. Iman sebagai Landasan Hidup Orang Percaya
a) Iman adalah Kepercayaan yang Aktif kepada Tuhan
Ketika Tuhan berkata bahwa orang benar akan hidup oleh imannya, ini bukan sekadar iman yang pasif atau hanya percaya dalam pikiran, tetapi iman yang aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Iman yang sejati berarti:
- Percaya kepada Tuhan dalam segala situasi, bahkan ketika keadaan tidak masuk akal.
- Tetap setia kepada Tuhan meskipun mengalami penderitaan.
- Hidup dalam ketaatan kepada Firman Tuhan.
Ibrani 11:1 berkata:"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
Iman bukan berarti kita selalu mengerti apa yang Tuhan lakukan, tetapi berarti kita percaya bahwa Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu.
b) Iman dalam Teologi Reformed: Anugerah Allah
Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa iman bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah.
Efesus 2:8-9 berkata:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
Artinya, iman sejati adalah pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya. Kita bisa percaya kepada Kristus karena Allah yang telah lebih dulu bekerja dalam hati kita.
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Apakah iman saya hanya sebatas teori, atau benar-benar menjadi dasar dalam hidup saya?
- Apakah saya mengandalkan kasih karunia Tuhan dalam iman saya, atau saya masih bergantung pada usaha saya sendiri?
3. Hidup oleh Iman di Tengah Tantangan Dunia
a) Iman dalam Masa Sulit
Ketika Tuhan memberikan pesan ini kepada Habakuk, bangsa Yehuda sedang dalam krisis moral dan spiritual. Habakuk melihat ketidakadilan dan bertanya mengapa Tuhan seolah membiarkan kejahatan merajalela.
Tuhan menjawab dengan cara yang mengejutkan: Dia akan menggunakan bangsa Babel yang lebih jahat untuk menghukum Yehuda. Ini bukan jawaban yang diharapkan Habakuk. Tetapi Tuhan menegaskan bahwa orang benar akan tetap hidup oleh imannya, meskipun keadaan tampak buruk.
Kita juga sering mengalami masa-masa sulit, seperti:
- Ketika doa-doa kita tampak tidak dijawab.
- Ketika kita mengalami penderitaan atau kehilangan.
- Ketika dunia tampak semakin jahat dan tidak adil.
Namun, kita dipanggil untuk hidup oleh iman, bukan oleh perasaan atau keadaan kita.
Yesaya 40:31 berkata:"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
b) Iman yang Berbuah dalam Hidup Sehari-hari
Hidup oleh iman berarti:
- Mempercayai Tuhan lebih dari keadaan yang kita lihat.
- Mengandalkan Firman Tuhan sebagai pegangan hidup kita.
- Tetap setia kepada Tuhan, meskipun jalan-Nya sulit dimengerti.
Ketika kita menghadapi pencobaan, kita harus bertanya:
- Apakah saya tetap beriman kepada Tuhan, atau mulai ragu?
- Apakah saya bersandar kepada janji Tuhan, atau kepada pengertian saya sendiri?
Orang yang benar tidak hidup berdasarkan apa yang terlihat, tetapi berdasarkan janji Tuhan yang kekal.
Kesimpulan
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Habakuk 2:4 mengajarkan bahwa hidup orang percaya harus didasarkan pada iman kepada Tuhan, bukan pada kekuatan sendiri.
- Kesombongan manusia membawa kehancuran, tetapi iman kepada Tuhan membawa hidup.
- Iman sejati bukan hanya percaya dalam pikiran, tetapi hidup dalam kepercayaan penuh kepada Tuhan.
- Di tengah tantangan hidup, kita harus tetap hidup oleh iman, karena Tuhan tetap setia memegang kendali.
Malam ini, marilah kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dengan iman yang teguh, percaya bahwa Dia bekerja dalam segala hal untuk kebaikan kita. Soli Deo Gloria!
Doa Malam
"Tuhan yang setia, kami bersyukur karena Engkau telah memanggil kami untuk hidup oleh iman. Tolong kami untuk tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi bersandar kepada-Mu dalam segala keadaan. Kuatkan iman kami dan jadikan kami orang benar yang hidup dalam ketaatan kepada-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin."