2 Korintus 6:11-13: Pelayanan yang Manusiawi dan Penuh Belas Kasihan

Pendahuluan
Dalam 2 Korintus 6:11-13, Rasul Paulus menyampaikan pesan penuh emosi kepada jemaat Korintus. Dengan penuh kasih, ia membuka hatinya dan mengajak mereka untuk melakukan hal yang sama. Ayat-ayat ini menunjukkan aspek penting dalam pelayanan Kristen, yaitu ketulusan, kasih, dan hubungan yang mendalam antara seorang pemimpin rohani dan jemaatnya.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas makna dari ayat-ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada pemikiran beberapa ahli teologi seperti John Calvin, Charles Hodge, dan R.C. Sproul.
Eksposisi Ayat per Ayat
1. 2 Korintus 6:11 – Paulus Membuka Hatinya
"Kami telah membuka mulut kami kepadamu, hai orang Korintus, hati kami terbuka lebar."
Dalam ayat ini, Paulus menunjukkan keterbukaan hatinya kepada jemaat Korintus. Frasa "membuka mulut" dalam konteks ini berarti berbicara dengan jujur dan penuh kasih.
John Calvin dalam Commentary on 2 Corinthians menjelaskan bahwa Paulus menegaskan kasihnya yang tulus terhadap jemaat Korintus, meskipun mereka sering kali mengecewakannya. Paulus tidak berbicara dengan kepura-puraan, tetapi dengan hati yang benar-benar terbuka.
Charles Hodge menambahkan bahwa kata-kata Paulus mencerminkan ketulusan dalam pelayanan. Ia tidak menahan kasih atau kebenaran dari jemaatnya, tetapi dengan penuh kelembutan dan kasih ia menyampaikan Injil kepada mereka.
Timothy Keller dalam Ministries of Mercy menyebut ayat ini sebagai contoh pelayanan yang penuh belas kasihan. Paulus menunjukkan bahwa seorang pemimpin rohani harus mengasihi jemaatnya dengan tulus, bahkan ketika menghadapi kesalahpahaman dan penolakan.
Aplikasi Praktis
-
Pelayanan Kristen harus didasarkan pada ketulusan dan keterbukaan hati.
-
Seorang pemimpin rohani harus siap mengungkapkan kasihnya kepada jemaat dengan jujur.
-
Dalam relasi antar sesama Kristen, penting untuk berbicara dengan kasih dan kejujuran.
2. 2 Korintus 6:12 – Batasan dalam Hati Jemaat
"Kamu tidak dibatasi oleh kami, tetapi kamu dibatasi oleh hatimu sendiri."
Dalam ayat ini, Paulus mengingatkan bahwa kasihnya kepada jemaat Korintus tidak memiliki batasan, tetapi justru hati merekalah yang tertutup.
R.C. Sproul dalam St. Andrew’s Expositional Commentary menjelaskan bahwa orang Korintus tidak mengalami sukacita penuh dalam hubungan mereka dengan Paulus karena mereka sendiri yang menutup hati mereka. Sproul menekankan bahwa ketika seseorang menolak kasih dan kebenaran, itu bukan karena Allah yang membatasi mereka, tetapi karena hati mereka yang mengeras.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menyatakan bahwa jemaat Korintus terpengaruh oleh ajaran sesat dan kritik terhadap Paulus, yang menyebabkan mereka menjadi curiga terhadap kasih yang sejati. Mereka melihat Paulus dengan kecurigaan, padahal kasihnya tetap sama kepada mereka.
John Calvin menambahkan bahwa manusia sering kali menciptakan batasan dalam hati mereka sendiri karena kesombongan, ketidakpercayaan, atau luka masa lalu. Paulus ingin mereka membuka hati dan menerima kasih serta kebenaran yang ia sampaikan.
Aplikasi Praktis
-
Jangan biarkan luka atau kecurigaan menghalangi kita untuk menerima kasih dan kebenaran dari orang lain.
-
Hati yang tertutup dapat menghalangi pertumbuhan rohani dan relasi yang sehat dalam gereja.
-
Kita perlu mengevaluasi apakah ada "batasan" dalam hati kita yang membuat kita sulit menerima kebenaran firman Tuhan.
3. 2 Korintus 6:13 – Ajakan untuk Membuka Hati
"Sekarang, untuk balasan yang sama – aku berbicara seperti kepada anak-anakku – bukalah pula hatimu lebar-lebar."
Di sini, Paulus meminta jemaat Korintus untuk membalas kasihnya dengan membuka hati mereka kepada dia. Ia berbicara seperti seorang ayah yang penuh kasih kepada anak-anaknya.
Charles Hodge menekankan bahwa hubungan antara Paulus dan jemaat Korintus adalah hubungan yang penuh kasih seperti hubungan antara seorang ayah dan anak. Ia tidak meminta sesuatu yang egois, tetapi hanya ingin mereka menerima kasih yang ia berikan.
John Stott dalam The Message of 2 Corinthians menyoroti bahwa kasih dalam pelayanan harus bersifat timbal balik. Gereja yang sehat adalah gereja di mana pemimpin dan jemaat saling terbuka dan mendukung satu sama lain dalam kasih Kristus.
R.C. Sproul menambahkan bahwa membuka hati berarti bersedia untuk menerima teguran, pengajaran, dan kasih dalam komunitas Kristen. Jika seseorang menutup hati mereka, mereka tidak hanya menolak pemimpin rohani mereka, tetapi juga menolak pekerjaan Roh Kudus.
Aplikasi Praktis
-
Hubungan dalam gereja harus didasarkan pada kasih yang tulus, bukan kecurigaan atau kepentingan pribadi.
-
Kita dipanggil untuk membuka hati terhadap pengajaran yang benar dan kasih yang sejati.
-
Seorang pemimpin rohani harus bersikap seperti ayah yang penuh kasih terhadap jemaatnya, bukan sebagai penguasa yang otoriter.
Pelajaran Teologis dari 2 Korintus 6:11-13
Dari eksposisi di atas, ada beberapa pelajaran penting dalam pelayanan Kristen:
-
Pelayanan harus dilakukan dengan hati yang terbuka – Paulus menunjukkan bagaimana seorang pemimpin Kristen harus bersikap. Ketulusan, kejujuran, dan kasih adalah dasar dari pelayanan yang sejati.
-
Jemaat harus bersedia menerima kasih dan kebenaran – Terkadang, masalah bukan pada pemimpin atau pengajaran yang diberikan, tetapi pada hati yang tertutup. Kita harus mengizinkan Roh Kudus bekerja dalam hati kita.
-
Kasih dalam pelayanan bersifat timbal balik – Hubungan antara pemimpin dan jemaat harus didasarkan pada kasih Kristus, bukan kecurigaan atau kepentingan pribadi.
-
Mengasihi dengan kasih seorang ayah – Pemimpin rohani tidak boleh bertindak sebagai penguasa yang otoriter, tetapi sebagai seorang ayah yang mengasihi anak-anaknya.
Implikasi bagi Gereja Masa Kini
Dalam konteks gereja modern, ajaran dalam 2 Korintus 6:11-13 tetap relevan. Banyak gereja mengalami perpecahan karena kurangnya keterbukaan antara pemimpin dan jemaat. Beberapa implikasi yang dapat diambil adalah:
-
Pemimpin gereja harus meneladani Paulus dalam ketulusan dan kasih. Seorang gembala harus rela membuka hati dan hidupnya bagi jemaat, bukan hanya sekadar berkhotbah di mimbar.
-
Jemaat harus bersikap terbuka terhadap pemimpin yang tulus. Jangan biarkan prasangka atau pengalaman buruk di masa lalu menutup hati kita terhadap pelayanan yang sejati.
-
Komunikasi dan kasih harus menjadi dasar dalam hubungan gereja. Gereja yang sehat adalah gereja di mana pemimpin dan jemaat saling menghormati, mendukung, dan membangun satu sama lain dalam kasih Kristus.
Kesimpulan
2 Korintus 6:11-13 mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memiliki hati yang terbuka dalam pelayanan. Paulus memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin Kristen harus mengasihi jemaatnya dengan tulus, tanpa syarat. Namun, ia juga menantang jemaat untuk membalas kasih itu dengan sikap yang sama.
Dalam teologi Reformed, pelayanan yang sejati harus didasarkan pada kasih karunia dan kebenaran Allah. Hubungan antara pemimpin dan jemaat harus dipenuhi dengan kasih, ketulusan, dan belas kasihan, sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membuka hati kita kepada Tuhan, kepada pemimpin rohani yang setia, dan kepada sesama saudara seiman. Inilah dasar dari pelayanan yang manusiawi dan penuh belas kasihan.