2 Raja-Raja 20:5: Doa, Air Mata, dan Kesetiaan Allah

2 Raja-Raja 20:5: Doa, Air Mata, dan Kesetiaan Allah

Pendahuluan

2 Raja-Raja 20:5 berbunyi:

“Kembalilah dan katakan kepada Hizkia, pemimpin umat-Ku, ‘Inilah firman TUHAN, Allah Daud, nenek moyangmu: Aku telah mendengar doamu dan melihat air matamu. Ketahuilah, Aku akan menyembuhkanmu. Pada hari ketiga, kamu akan pergi ke Bait TUHAN.’” (AYT)

Ayat ini adalah bagian dari kisah penyembuhan Raja Hizkia, yang sebelumnya telah menerima nubuat kematian dari Nabi Yesaya. Namun, setelah berdoa dengan sungguh-sungguh, Allah mengubah keputusan-Nya dan memberikan Hizkia perpanjangan umur selama 15 tahun.

Bagaimana kita memahami peristiwa ini dalam terang teologi Reformed? Apakah ini menunjukkan bahwa Allah bisa berubah pikiran, ataukah ada prinsip yang lebih dalam tentang doa, kedaulatan Allah, dan respons-Nya terhadap umat-Nya?

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna 2 Raja-Raja 20:5 dengan mempertimbangkan perspektif para teolog Reformed serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.

1. Konteks 2 Raja-Raja 20:5

a. Latar Belakang Sejarah

Kisah ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Hizkia di Yehuda (729–686 SM). Hizkia dikenal sebagai raja yang takut akan Tuhan dan melakukan reformasi besar dalam penyembahan di Yehuda (2 Raja-Raja 18:1-7). Namun, pada suatu titik dalam pemerintahannya, ia jatuh sakit dan diberitahu oleh Nabi Yesaya bahwa ia akan meninggal (2 Raja-Raja 20:1).

Hizkia merespons berita ini dengan berdoa dengan sungguh-sungguh, menangis di hadapan Tuhan, dan memohon belas kasihan-Nya. Kemudian, Tuhan menyuruh Yesaya kembali kepada Hizkia dengan pesan bahwa doanya telah didengar, dan ia akan disembuhkan serta diberikan tambahan 15 tahun masa hidup.

b. Konteks Teologis

Kisah ini menyoroti beberapa tema teologis utama:

  1. Kesetiaan Allah terhadap umat-Nya – Allah menyebut Hizkia sebagai “pemimpin umat-Ku,” yang menunjukkan hubungan khusus antara Allah dan raja yang saleh.
  2. Kedaulatan Allah dalam menjawab doa – Doa Hizkia tidak mengubah rencana Allah dalam arti absolut, tetapi merupakan bagian dari cara Allah bekerja dalam sejarah.
  3. Kasih dan belas kasihan Allah – Allah melihat air mata Hizkia dan meresponsnya dengan anugerah.

2. Eksposisi 2 Raja-Raja 20:5

a. “Aku telah mendengar doamu”

Pernyataan ini menegaskan bahwa Allah mendengar doa umat-Nya. Dalam perspektif teologi Reformed, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai doa dan kedaulatan Allah:

  • Doa adalah sarana yang Allah tetapkan untuk melaksanakan kehendak-Nya.
    John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:

    “Allah tidak memerintahkan kita untuk berdoa karena Ia tidak mengetahui kebutuhan kita, tetapi karena Ia telah menetapkan doa sebagai cara bagi kita untuk menerima berkat-Nya.”

    Doa Hizkia bukanlah sesuatu yang mengubah kehendak Allah, tetapi merupakan bagian dari rencana-Nya yang telah ditetapkan sejak semula.

  • Allah menjawab doa sesuai dengan hikmat-Nya.
    Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa Allah menjawab doa bukan karena manusia memaksa-Nya, tetapi karena itu sesuai dengan rencana-Nya yang lebih besar.

    Dalam kasus Hizkia, perpanjangan hidupnya adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang lebih besar bagi Yehuda.

b. “Aku telah melihat air matamu”

Bagian ini menunjukkan bahwa Allah memperhatikan penderitaan umat-Nya. Dalam Mazmur 56:8, tertulis:

“Engkau menghitung-hitung sengsaraku, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?”

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa Allah tidak hanya maha tahu, tetapi juga memiliki kasih dan belas kasihan yang nyata terhadap umat-Nya.

R.C. Sproul juga mengajarkan bahwa Allah adalah pribadi yang peduli terhadap penderitaan manusia. Ia tidak hanya menetapkan rencana dalam kedaulatan-Nya, tetapi juga merespons umat-Nya dengan kasih yang sejati.

c. “Aku akan menyembuhkanmu”

Bagian ini menunjukkan bahwa kesembuhan berasal dari Allah. Namun, dalam teologi Reformed, penting untuk memahami bahwa kesembuhan bukanlah hak, tetapi anugerah Allah.

Beberapa poin penting tentang kesembuhan dalam perspektif Reformed:

  1. Kesembuhan adalah hak prerogatif Allah.
    Allah berdaulat dalam memilih siapa yang Ia sembuhkan dan kapan Ia menyembuhkan.

  2. Kesembuhan bersifat sementara di dunia ini.
    Meskipun Hizkia disembuhkan, ia tetap akhirnya meninggal dunia. Ini menunjukkan bahwa kesembuhan fisik di dunia ini bukanlah tujuan akhir, tetapi gambaran dari kesembuhan rohani yang sempurna dalam Kristus.

  3. Kesembuhan tidak selalu datang sesuai waktu dan cara yang kita inginkan.
    Kadang-kadang Allah menjawab doa dengan memberikan kekuatan untuk menanggung penderitaan, seperti dalam kasus Paulus yang memiliki "duri dalam daging" (2 Korintus 12:7-10).

d. “Pada hari ketiga, kamu akan pergi ke Bait TUHAN.”

Bagian ini menunjukkan bahwa kesembuhan Hizkia memiliki tujuan—yaitu untuk kembali beribadah kepada Allah.

John MacArthur menekankan bahwa segala berkat yang Allah berikan kepada umat-Nya harus dikembalikan kepada-Nya dalam bentuk penyembahan. Kesembuhan bukan hanya untuk kepentingan pribadi Hizkia, tetapi agar ia bisa terus melayani dan memimpin Yehuda dalam penyembahan yang benar.

3. Perspektif Teolog Reformed tentang Doa dan Kedaulatan Allah

a. John Calvin: Doa sebagai Alat dalam Rencana Allah

Calvin menegaskan bahwa meskipun Allah telah menentukan segala sesuatu, Ia menggunakan doa sebagai sarana untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam Institutes, ia menulis:

“Allah dalam anugerah-Nya mengizinkan kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya melalui doa, bukan karena Ia membutuhkan kita, tetapi karena Ia ingin kita bersekutu dengan-Nya.”

Dalam kasus Hizkia, doa adalah sarana yang Allah gunakan untuk menggenapi rencana-Nya bagi Yehuda.

b. Charles Hodge: Kesetiaan Allah dalam Menjawab Doa

Hodge menekankan bahwa kesetiaan Allah terlihat dalam cara Ia menjawab doa.

“Allah menjawab doa bukan karena Ia berubah pikiran, tetapi karena sejak semula Ia telah merencanakan untuk menjawab doa-doa umat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.”

Hizkia berdoa, dan Allah menjawabnya bukan karena Ia berubah, tetapi karena sejak kekekalan, Ia telah merancang respons itu sebagai bagian dari rencana-Nya.

c. R.C. Sproul: Hubungan antara Doa dan Kedaulatan Allah

Sproul menjelaskan bahwa doa bukanlah cara untuk mengubah kehendak Allah, tetapi untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan memahami rencana-Nya.

“Doa bukanlah alat untuk memaksa Allah, tetapi untuk menyesuaikan hati kita dengan kehendak-Nya.”

Ini berarti bahwa doa Hizkia bukanlah sesuatu yang "mengubah pikiran Allah," tetapi merupakan bagian dari kehendak Allah yang telah ditetapkan sejak awal.

4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya

a. Percayalah bahwa Allah mendengar doa kita

Allah tidak hanya mendengar doa Hizkia, tetapi juga doa kita. Kita dipanggil untuk berdoa dengan iman, percaya bahwa Allah akan menjawab sesuai dengan kehendak-Nya.

b. Berserulah kepada Allah dalam penderitaan

Seperti Hizkia yang menangis di hadapan Allah, kita juga boleh membawa pergumulan kita kepada-Nya, karena Ia adalah Bapa yang penuh kasih.

c. Gunakan hidup kita untuk memuliakan Allah

Kesembuhan Hizkia tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kembali beribadah. Setiap berkat yang kita terima harus digunakan untuk memuliakan Allah.

Kesimpulan

2 Raja-Raja 20:5 adalah pengingat bahwa Allah adalah Allah yang mendengar doa, melihat air mata, dan bertindak sesuai dengan rencana-Nya yang penuh kasih.

Para teolog Reformed seperti Calvin, Hodge, dan Sproul menekankan bahwa doa bukanlah alat untuk mengubah pikiran Allah, tetapi adalah sarana yang Ia gunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Kesembuhan Hizkia bukanlah hasil dari kekuatan doa semata, tetapi bagian dari rencana Allah untuk memelihara umat-Nya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk berdoa dengan iman, percaya kepada kesetiaan Allah, dan menggunakan hidup kita untuk memuliakan-Nya.

Next Post Previous Post