Apa yang Alkitab Katakan tentang Allah sebagai Bapa Kita?
Pendahuluan
Salah satu kebenaran paling mendalam dalam Alkitab adalah bahwa Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa bagi umat-Nya. Konsep ke-Bapa-an Allah bukan sekadar metafora, tetapi sebuah realitas teologis yang mengungkapkan hubungan-Nya yang intim, penuh kasih, dan berdaulat dengan umat-Nya.
Dalam tradisi Reformed, teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan John Piper menyoroti berbagai aspek Allah sebagai Bapa, termasuk dalam penciptaan, penebusan, pemeliharaan, dan kasih yang kekal bagi umat-Nya. Artikel ini akan mengeksplorasi apa yang Alkitab katakan tentang Allah sebagai Bapa, berdasarkan pemikiran para teolog Reformed.
1. Allah sebagai Bapa dalam Penciptaan
Ayat Kunci: Maleakhi 2:10
"Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita?"
Pandangan John Calvin: Allah sebagai Bapa dalam Penciptaan
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa Allah sebagai Bapa dapat dipahami pertama-tama dalam tindakan penciptaan. Allah adalah sumber segala kehidupan, dan dalam pengertian umum, semua manusia bisa disebut sebagai anak-anak-Nya dalam hal keberadaan mereka sebagai ciptaan.
Calvin menulis:
"Allah, sebagai Pencipta kita, adalah Bapa dari seluruh umat manusia. Namun, hanya mereka yang ditebus dalam Kristus yang dapat benar-benar mengenal dan menikmati ke-Bapa-an-Nya secara penuh."
Meskipun Allah adalah Bapa dari semua dalam penciptaan, hubungan yang sejati dan penuh dengan-Nya hanya bisa didapatkan melalui Kristus.
2. Allah sebagai Bapa dalam Hubungan Perjanjian
Ayat Kunci: Keluaran 4:22
"Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung."
Pandangan Herman Bavinck: Ke-Bapa-an dalam Perjanjian Allah
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa di Perjanjian Lama, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa bagi Israel. Ini bukan hanya hubungan penciptaan, tetapi juga hubungan perjanjian di mana Allah memilih dan menebus umat-Nya.
Bavinck menulis:
"Ke-Bapa-an Allah bukan sekadar hubungan universal sebagai Pencipta, tetapi terutama hubungan perjanjian yang menunjukkan kasih dan pemeliharaan-Nya bagi umat pilihan-Nya."
Di sini, Allah sebagai Bapa berarti bahwa Ia memimpin, melindungi, dan mendisiplin umat-Nya seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya.
3. Allah sebagai Bapa yang Menyelamatkan dalam Yesus Kristus
Ayat Kunci: Yohanes 1:12-13
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari keinginan daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah."
Pandangan Jonathan Edwards: Anak-Anak Allah Melalui Kristus
Jonathan Edwards melihat ke-Bapa-an Allah sebagai anugerah yang diberikan hanya melalui Kristus. Kita bukan hanya diciptakan oleh Allah, tetapi juga diangkat menjadi anak-anak-Nya melalui iman kepada Yesus.
Edwards menulis:
"Hubungan sejati antara Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak hanya terjadi dalam Kristus. Di luar Kristus, kita adalah anak-anak murka, tetapi di dalam Dia, kita menjadi ahli waris Kerajaan."
Dalam Perjanjian Baru, ke-Bapa-an Allah bukan sekadar status, tetapi hubungan yang mendalam yang membawa hak istimewa dan janji kekal bagi orang percaya.
4. Allah sebagai Bapa yang Memelihara dan Menyediakan
Ayat Kunci: Matius 6:31-32
"Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu."
Pandangan Charles Spurgeon: Bapa yang Setia dalam Pemeliharaan
Charles Spurgeon sering berkhotbah tentang pemeliharaan Allah yang setia bagi anak-anak-Nya. Dia mengajarkan bahwa karena Allah adalah Bapa yang sempurna, kita dapat percaya bahwa Ia akan menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan.
Spurgeon berkata:
"Jika seorang ayah duniawi tahu bagaimana memberikan yang baik bagi anaknya, betapa lebih lagi Bapa Surgawi akan mencukupi segala kebutuhan kita!"
Allah bukan hanya menciptakan dan menebus kita, tetapi juga peduli dengan kebutuhan kita sehari-hari. Hubungan kita dengan Allah sebagai Bapa harus membangun kepercayaan bahwa Dia akan selalu cukup bagi kita.
5. Allah sebagai Bapa yang Mendisiplin dengan Kasih
Ayat Kunci: Ibrani 12:6-7
"Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Dimanakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"
Pandangan R.C. Sproul: Disiplin sebagai Tanda Ke-Bapa-an Allah
R.C. Sproul mengajarkan bahwa disiplin Allah bukanlah tanda murka, tetapi tanda kasih-Nya sebagai Bapa yang sejati. Dia menegaskan bahwa Allah mendisiplin kita agar kita bertumbuh dalam kekudusan dan kedewasaan rohani.
Sproul berkata:
"Seorang ayah yang sejati tidak akan membiarkan anaknya terus hidup dalam dosa. Disiplin adalah ekspresi dari kasih Allah yang sejati."
Sebagai anak-anak Allah, kita harus memahami bahwa setiap ujian dan teguran yang kita alami adalah tanda bahwa kita dikasihi dan dibentuk oleh-Nya.
6. Allah sebagai Bapa yang Menjanjikan Warisan Kekal
Ayat Kunci: Roma 8:16-17
"Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, yaitu ahli waris Allah dan yang berhak menerima janji Allah bersama-sama dengan Kristus, jika kita menderita bersama-sama dengan Dia supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."
Pandangan John Piper: Sukacita dalam Warisan Anak-anak Allah
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa ke-Bapa-an Allah bukan hanya tentang hubungan di dunia ini, tetapi juga tentang janji warisan kekal yang kita miliki di dalam Kristus.
Piper menulis:
"Sukacita terbesar dalam menjadi anak-anak Allah adalah bahwa kita bukan hanya dikasihi, tetapi kita juga akan menikmati kemuliaan-Nya selamanya."
Sebagai anak-anak Allah, kita bukan hanya menerima berkat sementara, tetapi juga janji kehidupan kekal yang penuh sukacita di hadirat-Nya.
Kesimpulan: Ke-Bapa-an Allah sebagai Sumber Penghiburan dan Sukacita
Dari berbagai perspektif para teolog Reformed, kita melihat bahwa Allah sebagai Bapa mencakup berbagai aspek:
- Sebagai Pencipta (Calvin) – Allah adalah sumber kehidupan.
- Dalam Perjanjian (Bavinck) – Allah memilih dan menebus umat-Nya.
- Dalam Kristus (Edwards) – Kita diangkat menjadi anak-anak Allah.
- Dalam Pemeliharaan (Spurgeon) – Allah mencukupi kebutuhan kita.
- Dalam Disiplin (Sproul) – Allah membentuk kita dalam kasih.
- Dalam Warisan Kekal (Piper) – Kita memiliki warisan surgawi bersama Kristus.
Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kepercayaan penuh, ketaatan, dan sukacita di dalam-Nya. Soli Deo Gloria!